Categories: MotoGP

Ducati Membela: Kemenangan Pecco Bagnaia Sah

RiderTua.com – 9 hari usai kemenangan pembalap Ducati MotoGP Pecco Bagnaia di GP Jerez, media motorsportmagazine mengungkapkan adanya ‘kejutan’. Media asal Inggris itu melaporkan bahwa, Bagnaia meraih kemenangan dengan menggunakan ban dengan tekanan angin di bawah standart selama 25 dari 25 lap di Jerez. Selain itu, terungkap bahwa tekanan ban yang digunakan pembalap Pramac Jorge Martin juga di bawah tekanan yang diizinkan. Dimana pembalap berusia 24 tahun itu crash di lap pertama selama 24 dari 25 lap balapan.

Direktur balap Ducati, Gigi Dall’Igna membela diri dengan argumen yang kuat terhadap tuduhan bahwa Pecco mencapai kemenangannya di Jerez dengan tekanan ban di bawah standart. “Kemenangan Bagnaia legal,” tegas bos asal Italia itu. Andrea Dovizioso dan Alex Rins juga tidak seluruhnya tekanan ban sesuai standart ( hanya 11 lap dan tekanan berubah selama balapan?)

Sejak itu, tekanan ban minimum MotoGP adalah 1,9 bar untuk ban depan slick dan 1,7 bar untuk ban belakang slick. Di Moto2, untuk ban belakang diperbolehkan 1,5 bar. Tetapi ada kesepakatan di antara 6 anggota aliansi pabrikan MSMA bahwa pelanggaran ringan tidak akan dihukum.

Sebagai informasi, sejak GP Mugello 2016 MotoGP membutuhkan sensor di roda belakang dan depan untuk memantau tekanan ban. Salah satu alasannya, selama tes Sepang pada Februari 2016, ban belakang Loris Baz di Avintia-Ducati meledak dengan kecepatan 330 km/jam di home stretch. Waktu itu, Michelin yang memasok ban standar untuk tahun pertama, menyalahkan tekanan ban yang tidak mencukupi.

Ing. Sebastian Risse dari KTM Factory Racing mengatakan, “Ini adalah masalah yang sulit. Sayangnya, saat ini sensor tidak terlalu handal dan sinyalnya sangat mudah dipalsukan sehingga pada akhirnya tidak ada pabrikan yang akan menerima penalti dari nilai sensor seperti itu.”

Untuk alasan ini, 6 pabrikan MotoGP telah mencapai kesepakatan untuk tidak menghukum jika terjadi pelanggaran. Di lain pihak, biasanya Michelin tidak memberikan hasil sama sekali.

Dulu situasinya berbeda, setidaknya di Moto2 dengan ban Dunlop. Pada 2018, kemenangan Fabio Quartartaro (tim speed-up Luca Boscoscuro) di GP Motegi-Jepang dianulir karena tekanan ban belakang pembalap asal Prancis itu kurang 0,05 bar jika diukur tekanan turun di bawah 1,5 bar.

Gigi Dall’Igna selaku Manajer Umum Ducati Corse yang berhasil mengantarkan Ducati memenangkan Kejuaraan Dunia Konstruktor selama 2 tahun terakhir, yang telah dituduh melakukan penipuan, membela diri terhadap tuduhan dari Inggris itu dengan argumen yang masuk akal.

Musim 2022 ini, Ducati ingin merebut gelar juara dunia pembalap (terakhir Casey Stoner pada 2007) dengan bintang Desmosedici-nya seperti Pecco Bagnaia, Jack Miller, Enea Bastianini, Jorge Martin dan Johann Zarco.

Kepada beberapa jurnalis papan atas, Dall’Igna mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk mengumpulkan dan memantau data musim ini agar dapat membuat aturan pemantauan tekanan ban yang berlaku untuk tahun 2023.

Bos balap Ducati itu mengungkapkan, “Tidak banyak yang bisa dijelaskan tentang hal ini. Kami mencari sistem mumpuni yang dapat kami gunakan untuk mengukur tekanan ban. Masalah pada aturan saat ini adalah, bahwa tekanan tergantung pada apakah kita slipstreaming atau tidak. Oleh karena itu MSMA masih mendiskusikan, berapa banyak lap yang harus kita lakoni agar tetap di atas nilai minimum yang ditentukan oleh Michelin untuk alasan keamanan dan lap mana yang harus digunakan.”

“Ini juga masalah keamanan yang sangat penting. Jika relatif mudah bagi ban belakang untuk bergerak dalam nilai yang ditentukan Michelin bagi kami, namun sangat rumit untuk ban depan. Tekanan ban yang tergantung pada suhu, sangat tergantung pada apakah kita membalap di slipstream atau tidak. Ketika seseorang mengharap slipstream, mereka menyetel sistem dengan cara tertentu.”

“Di sisi lain, jika seseorang berpikir bahwa dia akan membalap sendiri dalam balapan, dia menyesuaikan parameternya dengan cara yang berbeda. Tetapi jika sebaliknya yang terjadi, nilainya terlalu tinggi. Misalnya, jika seseorang menyesuaikan tekanan ban untuk balapan sendirian, tetapi berakhir di belakang pembalap lain, mereka berisiko mengalami inflasi berlebihan dan crash.”

“Saat ini, sistem yang digunakan semua tim dan pabrikan tidak dapat diandalkan. Itu berarti kami menggunakan sensor yang berbeda. Sistem ini tidak anti penipuan. Jika seseorang menginginkannya, mereka dapat mengelabui sistem dan memodifikasi atau memanipulasi nilai tekanan ban. Itu sebabnya kita tidak bisa menjatuhkan sanksi atau penalti jika tekanan ban tidak tercapai.”

Dall’Igna mengatakan bahwa MSMA sedang mencari sistem pengawasan yang bagus untuk tahun 2023 yang tidak dapat dirusak. Kemudian pabrikan dan tim juga langsung dapat menyetujui sanksi, setelah tekanan ban minimum yang ditentukan oleh Michelin tidak tercapai.

Dall’Igna menambahkan, “Harus juga dikatakan bahwa data yang dikumpulkan saat ini tidak memperhitungkan kemungkinan kesalahan yang mungkin terjadi pada sistem pengukuran apa pun. Nilai yang tampak di bawah minimum mungkin juga tidak. Ini seperti kontrol kecepatan di jalan, di mana kita tidak menggunakan nilai yang diukur oleh kamera kecepatan, tetapi yang dikoreksi.”

Apakah ada pemenang balapan MotoGP lain musim ini yang juga gagal memenuhi tekanan ban minimal? “Ya,” jawab Dall’Igna. Apakah dari pabrikan lain? “Ya,” tegas bos jenius yang berjuluk ‘Si Rubah Pintar’ itu meyakinkan.

Di Jerez, Alex Rins dikatakan membalap dengan tekanan ban yang terlalu kecil. “Juga Andrea Dovizioso, pembalap Suzuki dan Yamaha, disebut sebagai pelanggar keempat. Tekanan ban yang diukur pada ban depan terlalu rendah untuk keduanya, mereka finis di posisi 19 dan 17. Mereka bisa saja jatuh sebelum mencapai limit ban depan mereka, karena gaya balap mereka yang lambat,” ujar Dall’Igna.

“Di Ducati, kami berusaha untuk mematuhi peraturan Michelin di semua balapan,” pungkas Gigi Dall’Igna.

Rafie Satya Pradipta

Leave a Comment

Recent Posts

Wuling Dkk Tawarkan Diskon Untuk Mobil Listriknya di Indonesia

RiderTua.com - Wuling masih menjadi pemimpin penjualan mobil listrik di Indonesia pada Maret lalu. Binguo yang mampu menjadi model BEV…

18 April 2024

Hyundai, Kia, dan Toyota Hadirkan Diskon Untuk MPV Mewahnya

RiderTua.com - Hyundai tidak hanya menghadirkan low MPV Stargazer di Indonesia, tetapi juga MPV mewah Staria. Nyatanya model ini hadir…

18 April 2024

Marc Marquez Bahagia: Di Qatar Duel Melawan Martin, di Portimao Bertarung dengan Pecco!

RiderTua.com - Marc Marquez kehilangan peluang meraih kemenangan di GP Amerika karena masalah pengereman, sehingga rider Gresini Ducati itu gagal…

18 April 2024

Siap Dibawa Trabasan! Modifikasi Honda CB350 RS Jadi Motor Scrambler

RiderTua.com - Dirt Freak Jepang yang menyediakan banyak sparepart modifikasi, kini mereka mengenalkan Honda CB350 RS yang telah dimodifikasi menjadi…

18 April 2024

Toyota Alphard Masih Memiliki Banyak Pesanan di Indonesia

RiderTua.com - Toyota memang cukup sukses dalam menjual mobil di Indonesia, terbukti dengan angka penjualannya yang tinggi selama ini. Bahkan…

18 April 2024

Daihatsu Sigra yang Memimpin Penjualan Mobil LCGC Bulan Lalu

RiderTua.com - Tidak bisa dipungkiri kalau Daihatsu mampu menjadi salah satu merek mobil terlaris di Indonesia. Walau mereka lebih unggul…

18 April 2024