Categories: MotoGP

Keputusan Penalti Freddie Spencer ‘Lelucon’?

RiderTua.com – Keputusan Freddie Spencer dan kawan-kawannya di stewards panel FIM MotoGP menuai kontroversi. Siapa pun yang bertanggung jawab mengganjar penalti kepada pembalap, tidak akan pernah bisa populer meskipun sebenarnya mereka sangat ingin mendapatkan rasa hormat. Sayangnya, dalam kasus Freddie Spencer, rasa hormat tampaknya telah sirna. Dia pernah dijuluki ‘Fast Freddie’ berkat bakatnya yang luar biasa di Honda, di mana dia meraih tiga gelar dunia dengan cara yang menakjubkan dan menunjukkan kemampuan luar biasa ini untuk melaju dengan ban yang masih dalam kondisi dingin. Setelah hukuman penalti yang diterima Fabio Quartararo (Yamaha), para netizen marah dan mengganti namanya menjadi ‘Farce Freddie’ (Lelucon Freddie). Menurut beberapa pendapat kesalahan yang yang dibuat El Diablo lebih kecil ketimbang kesalahan Taka Nakagami..

Sebenarnya Steward panel terdiri dari tiga orang. Freddie Spencer, Ralph Bohnhorst dan Bill Cumbow. Namun kenapa semua menjadi tanggung jawabnya?.. Tidaklah menyenangkan melihat reputasi seorang legenda balap seperti Freddie Spencer ternoda, meskipun dalam hal ini Freddie pasti tahu apa dampak atau risiko yang akan terjadi dari keputusannya.

Keputusan Penalti Freddie Spencer Lelucon?

Kritikan keras dari pimpinan Yamaha Racing, yang menuduh Stewards Panel FIM MotoGP melakukan inkonsistensi yang serius dan kurangnya keadilan dalam sebuah pernyataan publik, semakin keras. Yamaha juga mengutuk sistem di mana keputusan panel tidak memerlukan penjelasan atau pembenaran dan tidak memungkinkan adanya contoh lebih lanjut. Mereka bertindak sesuai dengan aturan mereka sendiri.

Kebencian semakin menumpuk selama musim yang sudah penuh dengan penalti. Beberapa penalti diberikan dengan agak sembarangan, sementara di lain waktu, penalti yang yang seharusnya diberikan malah tidak terjadi. Dan ‘kegaduhan’ itu dimulai sekitar pukul 15.30 Minggu sore, hampir 2 jam setelah berakhirnya balapan MotoGP di Assen.

Pada titik inilah steward mengumumkan bahwa pemimpin klasemen Fabio Quartararo terkena long lap penalti untuk balapan berikutnya di Silverstone pada 7 Agustus mendatang karena secara berlebihan menyebabkan kontak (dengan Aleix Espargaro) yang sangat mempengaruhi balapannya.

Quartararo yang saat itu berada di posisi ketiga sementara pemimpin race Pecco Bagnaia bersiap untuk menyalip datang, untuk bermanuver melawan Aleix Espargaro di bagian dalam tikungan lambat tikungan 5 di lap lima ketika dia kehilangan kendali di bagian depan. Dia bertabrakan dengan Espargaro dan jatuh. Namun pembalap Aprilia itu tetap berada di atas motornya, tetapi didorong ke gravel sehingga merosot kembali ke posisi ke-15. Dengan heroik Aleix berusaha mengejar ketinggalan, pada akhrinya rider berusia 32 tahun itu finis di ke-4 pada balapan 26 lap.

Insiden Balap?

Jelas, kesalahan yang yang dibuat El Diablo lebih kecil ketimbang kesalahan Taka Nakagami, yang memulai GP Catalunya dari posisi ke-12 di grid dan langsung naik ke posisi ke-4 dalam beberapa meter sebelum menginjak rem dengan keras dan seperti Fabio yang crash karena selip ban depan. Tapi konsekuensi yang ditimbulkan lebih serius. Selain cedera, pembalap LCR Honda itu juga membawa jatuh penantang gelar Pecco Bagnaia, yang start dari barisan depan, dan Alex Rins yang kemudian pergelangan tangannya patah.

Jelas, kedua pembalap itu kesal. Itu adalah kesalahan besar, karena Taka terlalu cepat dan terlambat, di lintasan yang ramai sesaat setelah start dan menghancurkan balapannya.

Jika tidak ada hukuman yang dikenakan dalam kasus ini, lalu kapan? Para stewards melihatnya secara berbeda. Menurut mereka itu hanya insiden balap. Oleh karena itu, tidak diperlukan hukuman. Jika prosedur ini tidak dapat dijelaskan, maka semakin tidak dapat dipahami mengapa kesalahan Fabio di Assen dinilai dengan cara yang berbeda.

Jika menyaksikan kedua insiden itu berkali-kali, memang tanpa semua sudut kamera yang dimiliki para stewards dan saya merasa sangat sulit untuk tidak melihatnya sebagai hal yang sangat kontradiktif dan sebagai akibatnya terlihat tidak adil. Ada contoh lain yang terjadi tahun ini juga. Yakni insiden yang tidak dihukum serta pelanggaran ringan yang diberi sanksi seperti kasus Jack Miller yang menerima dua long lap penalti.

Direktur balap Yamaha Lin Jarvis mengungkapkan kekecewaannya pada perbedaan tersebut. Kurangnya konsistensi dalam keputusan ini akan menghancurkan ‘keadilan di MotoGP dan kepercayaan pada para stewrads’. Setidaknya tiga insiden lebih serius yang mengakibatkan pembalap absen dalam balapan dan cedera, malah tidak dihukum pada tahun 2022.

Semua ini tanpa kesempatan untuk ditinjau atau banding. Karena anehnya, menurut aturan, jenis hukuman ini tidak bisa diganggu gugat.

Jarvis kemudian mempertimbangkan apakah masalah itu bisa ditangani di tingkat yang lebih tinggi. “Pada dasarnya kami ingin mengangkat masalah ini ke CAS (Pengadilan Arbitrase Olahraga),” katanya secara tertulis. Tapi jalan itu terhalang oleh aturan aneh yang sama yang membuat jenis keputusan ini tak tersentuh.

“Justru karena itu steward harus membuat keputusan yang benar, seimbang dan konsisten,’ tegas Jarvis. Sementara itu, Quartararo berbicara di media sosial, “Selamat kepada para stewards untuk pekerjaan yang luar biasa. Lain kali saya tidak akan mencoba menyalip, karena pasti akan mendapatkan penalti.”

Tidaklah menyenangkan melihat reputasi seorang legenda balap ternoda.. Seandainya Freddie Spencer dan rekan-rekannya di FIM MotoGP Stewards Panel beraksi pada tahun 1983, dia tidak akan menjadi Juara Dunia. Karena serangannya terhadap Kenny Roberts di lap terakhir GP Swedia, yang membuat Kenny menjadi korban yang tidak bersalah, akan dihukum hari ini karena melampaui track limit. Turun kembali ke posisi kedua berarti Spencer kehilangan gelar dari pembalap Yamaha itu dengan selisih 1 poin. Jadi dia memenangkan gelar dunia dengan 144 hingga 142 poin.

Tags: motogp
Mimi Carrasco

Leave a Comment

Recent Posts

Wuling Dkk Tawarkan Diskon Untuk Mobil Listriknya di Indonesia

RiderTua.com - Wuling masih menjadi pemimpin penjualan mobil listrik di Indonesia pada Maret lalu. Binguo yang mampu menjadi model BEV…

18 April 2024

Hyundai, Kia, dan Toyota Hadirkan Diskon Untuk MPV Mewahnya

RiderTua.com - Hyundai tidak hanya menghadirkan low MPV Stargazer di Indonesia, tetapi juga MPV mewah Staria. Nyatanya model ini hadir…

18 April 2024

Marc Marquez Bahagia: Di Qatar Duel Melawan Martin, di Portimao Bertarung dengan Pecco!

RiderTua.com - Marc Marquez kehilangan peluang meraih kemenangan di GP Amerika karena masalah pengereman, sehingga rider Gresini Ducati itu gagal…

18 April 2024

Siap Dibawa Trabasan! Modifikasi Honda CB350 RS Jadi Motor Scrambler

RiderTua.com - Dirt Freak Jepang yang menyediakan banyak sparepart modifikasi, kini mereka mengenalkan Honda CB350 RS yang telah dimodifikasi menjadi…

18 April 2024

Toyota Alphard Masih Memiliki Banyak Pesanan di Indonesia

RiderTua.com - Toyota memang cukup sukses dalam menjual mobil di Indonesia, terbukti dengan angka penjualannya yang tinggi selama ini. Bahkan…

18 April 2024

Daihatsu Sigra yang Memimpin Penjualan Mobil LCGC Bulan Lalu

RiderTua.com - Tidak bisa dipungkiri kalau Daihatsu mampu menjadi salah satu merek mobil terlaris di Indonesia. Walau mereka lebih unggul…

18 April 2024