Categories: MotoGP

‘Teknologi Zaman Batu’ Ducati yang Ditakuti Lawan

RiderTua.com – Insinyur KTM MotoGP Sebastian Risse mengatakan perangkat pengatur ketinggian motor Ducati yang dioperasikan dengan kabel sebagai teknologi zaman batu. Namun  kini justru tidak disukai oleh kelima pabrikan, yang pastinya menurut Ducati bisa menambah performa motor.. Hampir 3 tahun setelah protes keras yang dilayangkan oleh Honda, Suzuki, KTM dan Aprilia terhadap spoiler roda belakang kontroversial Ducati di GP Qatar 2019, kini muncul kembali perdebatan sengit di MSMA (Asosiasi Produsen Olahraga Balap Motor) tentang ‘Front Ride Height Device’ yang ditemukan desainer Ducati, Gigi Dall’Igna. Apakah perangkat baru ini akan dilarang setelah tahun 2022 karena alasan keamanan? Bos balap KTM Pit Beirer mengungkapkan detailnya dan mengaku lebih suka mengurus bahan bakar ramah lingkungan.

‘Teknologi Zaman Batu’ Ducati yang Ditakuti Lawan

Pit Beirer – Gigi Dall’Igna

Karena pada tes IRTA MotoGP pada 5-6 Februari 2022 di Sirkuit Sepang, sangat jelas bahwa Ducati sedang mengerjakan Desmosedici GP22 dengan ‘Front Ride Height Adjuster’ baru atau sedang bereksperimen dengan perangkat yang kerap disebut FRHA ini. Perangkat ini berfungsi dapat menurunkan fork depan saat balapan, dan dioperasikan manual dengan menggunakan sakelar.

Di MSMA, sekarang 5 dari 6 pabrikan enggan menggunakan ‘Front Ride Height Device’. Dan di balapan awal musim di Qatar, Bastianini yang menang dengan Ducati GP21, sementara lima GP22 (Miller, Bagnaia, Zarco, Martin dan Marini) tidak finis atau setidaknya tidak bersaing untuk posisi puncak.

Jadi, apakah perangkat baru itu belum matang? Bukankah itu memberikan peningkatan catatan waktu? “Saya tidak ingin menilai mengapa satu model Ducati berjalan lebih baik dari yang lain,” kata Direktur Motorsport KTM Pit Beirer dalam sebuah wawancara eksklusif.

Bos KTM itu menambahkan, “Kami di KTM membuat keputusan yang sangat jelas terhadap sistem ini. 1,5 tahun yang lalu kami mendiskusikan, apakah kami harus membangun sesuatu seperti ini atau tidak. Karena akan ada celah kecil dalam peraturan untuk melakukan itu. Kami jelas memutuskan untuk tidak melakukannya, karena pembalap sudah memiliki 8 tombol dan opsi penyesuaian yang berbeda di setang atau di dasbor. Jika motor juga dapat diatur ketinggiannya di bagian depan, konstanta lain ikut berperan. Kami sekarang memiliki surat dari pabrikan rem Brembo yang memberi tahu kami tentang hal itu.”

“Kami memiliki kecepatan tertinggi 362 km/jam. Jadi, apa yang ingin kami capai dengan perangkat FRHA ini? Kami menggunakannya untuk melaju sedikit lebih rendah di bagian depan, sehingga kami dapat berakselerasi lebih baik dan menambah top speed. Tapi kami sudah terlalu cepat dengan top speed. Zona penyelamatan tidak dirancang untuk 362 km/jam. Kita berada di limit sana. Itu sebabnya kami tidak ingin lebih cepat dengan top speed,” imbuh bos asal Austria itu.

“Selain itu, kami sudah memiliki 8 tombol dan opsi penyesuaian ini di setang. Pembalap MotoGP memiliki kelemahan dibandingkan dengan pembalap mobil, karena mereka menggantung di samping motor saat di tikungan sementara mereka harus mengoperasikan tombol-tombol ini.”

“Di MotoGP lutut dan siku kita harus menggantung pada motor dengan kecepatan lebih dari 200 km/jam. Jadi kami harus berhati-hati untuk tidak membawa kendaraan ini terlalu jauh dari basisnya. Kami harus tetap fokus pada balap motor. Ini semua tentang akselerasi, pengereman dan karakteristik membalap. Oleh karena itu, kami jelas menentang perangkat baru ini untuk alasan keamanan saja. Kami akan mengetahui sepanjang tahun, apakah sistem ini benar-benar membantu dengan catatan waktu atau tidak. Kami di KTM pasti tidak ingin untuk membangun sistem seperti itu di motor,” imbuh Beirer.

Sebagai pengingat, ketika 4 pabrikan (Honda, Aprilia, Suzuki dan KTM) memprotes usai GP Qatar 2019 karena spoiler roda belakang yang digunakan oleh Ducati, para penentang Ducati mencoretnya. Tapi Marc Marquez memenangkan Kejuaraan Dunia tanpa spoiler. Dia memenangkan 12 dari 19 balapan dan 6 kali finis ke-2!

Sejak 2019, iklim di MSMA antara Ducati dan pabrikan lainnya sempat memanas. Pada tahun 2019, tidak ada pertemuan MSMA yang terjadi setelah protes! Hanya krisis kesehatan yang memaksa pertemuan kembali bersama di satu meja pada April 2020, meskipun hanya secara virtual.

Sekjen MSMA yang baru Harus Netral

Sekretaris Jenderal MSMA yang baru, Biense Bierma dalam situasi yang sulit. Karena dia pernah bekerja dengan Gigi Dall’Igna sebagai insinyur dinamika kendaraan di Aprilia Racing di Noale-Italia. Sekarang dia harus netral dan mewakili kepentingan keenam pabrikan.

Pit Beirer menekankan bahwa pembengkakkan anggaran bukanlah argumen yang kuat, ini semua tentang rasa dan keamanan. Dalam beberapa pekan terakhir, belum ada pembalap MotoGP yang antusias dengan FRHD. Para rider lebih suka berkonsentrasi membalap.

Beirer menambahkan, “Di MotoGP, setiap pabrikan memiliki anggaran teknologi yang sangat bagus. Itulah mengapa biaya bukanlah argumen yang bagus. Tapi tetap harus menjadi motor yang bisa dikendarai. Kami harus tetap pada batas-batas tertentu.”

Teknologi Jaman Batu

Sebelumnya atau tepatnya pada bulan Februari lalu, insinyur KTM MotoGP Sebastian Risse menggambarkan perangkat ketinggian pengendaraan yang dioperasikan dengan kabel sebagai teknologi zaman batu yang tidak up to date.

Beirer menjelaskan, “Kami di KTM lebih memilih untuk berkonsentrasi 100 persen dengan produsen bahan bakar kami, untuk mengembangkan bahan bakar sintetis sepenuhnya secepat mungkin. Tujuan kami untuk menjalankan balapan yang netral CO2 dengan ‘bahan bakar bio’ 100 persen sebelum peraturan baru mulai berlaku.”

“Di industri ada positioning yang jelas. Setidaknya 5 dari 6 pabrikan tidak menginginkan sistem ini. Ada prosedur yang jelas di MSMA tentang bagaimana membawa perubahan teknis bersama dengan promotor Dorna. Jika MSMA bulat, kita bisa menerapkannya dalam semalam.”

“Promotor akan menerima perubahan aturan teknis jika 6 pabrikan setuju dan perubahan itu tidak sepenuhnya sia-sia. Jika kami tidak setuju, ada keputusan mayoritas. Kemudian kami membutuhkan 2 tahun ‘waktu tunggu’, yaitu masa transisi agar perubahan tersebut dapat diterapkan. Sehingga setiap pabrikan memiliki waktu untuk mengembangkan motor mereka ke arah yang sama atau membuat perangkat kontroversial lagi.”

Bisa Dihentikan Tahun Depan

Apakah itu berarti Ducati dapat terus menggunakan ‘Front Ride Height Device’ pada 2022 dan 2023 tanpa hambatan? Pit Beirer dengan ragu-ragu menjawab, “Pemungutan suara berlangsung tahun lalu, istilahnya dimulai saat itu. Padahal, izin untuk sistem ini berakhir setelah 2022.”

Tak satu pun dari 5 pabrikan yang menentang, mencegah Ducati menggunakan perangkat FRHA pada 2022. “Perangkat baru sesuai dengan peraturan, jadi tidak pernah merencanakan protes. Tidak ada yang ingin menghentikannya untuk 2022. Tetapi 5 produsen yakin bahwa itu dipilih pada tahun 2021. Kami tidak dapat mencegah ‘Front Ride Height Device’ untuk tahun 2022, tetapi kami dapat menghentikannya untuk tahun depan,” tegas Beirer.

Suara pabrikan hanya rekomendasi jika tidak ada kebulatan suara. “Keputusan akhir dibuat oleh Komisi Balapan. Ada 4 suara yakni Dorna, IRTA, FIM dan MSMA jumlah mayoritas sederhana. Ketika kami memiliki keputusan yang mengikat dari industri, kami menyerahkannya ke GPC. Kemudian kita harus berurusan dengan hasil pemungutan suara dari badan ini. Itu bisa positif atau negatif bagi kami,” ungkap bos KTM itu.

Tetapi pada bulan Februari lalu, CEO Dorna Carmelo Ezpeleta sudah menekankan, “Kami tidak menginginkan anggaran yang lebih tinggi atau kecepatan yang lebih tinggi.”

Selain itu, Asosiasi tim IRTA dan asosiasi dunia FIM biasanya tidak memilih satu sama lain, sehingga dapat diharapkan mayoritas 3 banding 1.

Beirer mengatakan, “Jika mayoritas pabrikan menganggap hal-hal tertentu logis, tentu saja promotor Dorna harus mengembangkan motor dengan cara yang berarti bersama-sama dengan industri. Jika kami memiliki mayoritas di MSMA untuk perubahan aturan teknis tertentu, Dorna akan mendengarkan kami. Berbeda jika kita sebagai industri menginginkan perubahan pada kalender yang merupakan kedaulatan mutlak Dorna. Maka kita memang bisa menyetor keinginan. Tapi kemudian Dorna memutuskan menurut apa yang masuk akal baginya. Itu hukum tidak tertulis.”

“Dorna mengurusi hal-hal yang tidak terlalu menyangkut industri karena tidak ada hubungannya dengan konstruksi sepeda motor yang cukup jelas. Kebulatan suara lebih baik, maka Dorna akan lebih mudah mengambil keputusan. Karena dengan begitu tidak ada yang dirugikan. Jika tidak ada konsensus, satu orang selalu merasa dirugikan dan yang lain senang.”

Rafie Satya Pradipta

Leave a Comment

Recent Posts

Suzuki Pastikan Jimny 3-Door di Indonesia Aman Dari Recall

RiderTua.com - Suzuki sempat melakukan penarikan terhadap Jimny 3-door di Australia beberapa bulan lalu. Belum lagi dengan adanya recall dua…

19 April 2024

Tesla Tunda Pengiriman Cybertruck Akibat Pedal Gas Bermasalah

RiderTua.com - Tesla menjadi salah satu merek mobil listrik yang cukup dikenal di seluruh dunia. Meski demikian, mereka juga dikenal…

19 April 2024

Chery dan Jaguar-Land Rover Bakal Kembangkan Mobil Listrik?

RiderTua.com - Chery telah menghadirkan sejumlah mobil listriknya di pasar global, termasuk Omoda E5. Meski demikian, mereka terbuka bagi merek…

19 April 2024

Alex Rins Berharap Banyak Pada Tes yang Dilakukan Cal Crutchlow di Barcelona

RiderTua.com - Setelah gagal menggelar tes di Portimao karena cuaca buruk dan kemudian COTA menjadi akhir pekan yang menyedihkan bagi…

19 April 2024

Suzuki Telah Mengirim 400 Unit Jimny 5-Door ke Konsumen Indonesia

RiderTua.com - Suzuki masih berusaha untuk memenuhi tingginya permintaan Jimny 5-door di Indonesia. Walau dengan antisipasi sebelumnya, mereka mendapat penumpukan…

19 April 2024

Toyota Fortuner Kini Hadirkan Varian Hybrid!

RiderTua.com - Toyota Fortuner masih menjadi andalannya di segmen SUV ladder frame di Indonesia sampai sekarang. Hanya saja model ini…

19 April 2024