RiderTua.com – Ducati kini memiliki motor baru (GP21) yang cocok bagi semua pembalap, yang hasilnya menempatkan Ducati di puncak klasemen konstruktor. Motor berperforma baik dengan pembalap yang berbeda yang punya gaya balap yang berbeda dan di trek yang juga sangat berbeda.. Namun, karena tidak ada salah satu rider yang dominan seperti di Yamaha dengan Quartararo, hal itu menciptakan dilema dalam pencarian gelar dunia pembalap. Faktanya meski empat rider Ducati GP21 berbagi poin, hanya Fabio Quartararo yang menang sendirian untuk Yamaha. Davide Barana, direktur teknis Ducati Corse, memberikan analisisnya tentang situasi ini.
Dalam kejuaraan konstruktor, Ducati memimpin di Spielberg. Tetapi dalam kejuaraan pembalap, kesenjangan dengan pembalap pabrikan Yamaha Fabio Quartararo besar setelah melakoni 11 dari 18 balapan yang direncanakan. Bagnaia di peringkat 2 tertinggal 47 poin di Kejuaraan Dunia, Zarco (peringkat 4) adalah 49 poin setelah jatuh di GP Austria. Sedangkan Miller di peringkat 5 hanya mencetak 5 poin dalam tiga balapan terakhir dan tertinggal 76 poin.
Mengenai hal ini, Davide Barana mengatakan, “Kami cukup senang, tetapi tidak sempurna. Kami berada di kejuaraan konstruktor, tetapi di kejuaraan pembalap jaraknya sedikit lebih besar. Itu berarti kami harus bekerja keras untuk mengisi celah ini.”
Kemudian Direktur Teknis Ducati Corse itu menambahkan, “Jika di sisi lain saya murni memberikan umpan balik secara teknis, saya akan mengatakan bahwa kami sangat senang. Untuk pabrikan, ini adalah penghargaan yang bagus untuk melihat bahwa sebuah motor berperforma baik dengan pembalap yang berbeda yang punya gaya balap yang berbeda dan di trek yang juga sangat berbeda. Jadi kami sangat senang, dan saya pikir hasilnya akan memberi penghargaan kepada kami atas upaya kami tidak hanya tahun ini, tetapi tentu saja juga di tahun-tahun sebelumnya.”
Top speed masih menjadi senjata andalan Ducati, tetapi tampaknya Desmosedici GP juga menjadi lebih ramah pembalap saat harus berbelok. “Ducati selalu terlihat tidak terlalu kuat dalam hal menikung, dan mungkin itu yang terjadi pada waktu-waktu tertentu,” pengakuan Barana.
“Tetapi saya telah menekankan dalam beberapa tahun terakhir, bahwa kami telah bekerja sangat keras pada sasis, serta pada kekuatan kami serta pada mesin dan aerodinamis, untuk meningkatkan lap time. Proses ini membutuhkan waktu karena memerlukan beberapa langkah untuk mengonfirmasi, bahwa sesuatu berfungsi sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Waktu tes yang terbatas dengan rider resmi, membuat prosesnya lebih lama. Tapi saya percaya bahwa hasil yang kita lihat sekarang adalah hasil dari proses ini.”
Barana menambahkan, “Tentunya line-up pembalap baru juga membantu. Karena perilaku paket, yaitu pembalap plus motor, merupakan campuran dari perilaku pembalap dan motor. Saya pikir beberapa pembalap di skuad kami sangat bagus saat berbelok, sementara yang lain cukup bagus di area lain. Hal ini tentunya merupakan kombinasi dari kedua faktor tersebut.”
Dari sudut pandang seorang insinyur, bukankah lebih sulit untuk terus mengembangkan motor ke arah yang benar ketika pembalap punya gaya balap yang berbeda?
Barana menjawab, “Saya akan mengatakan itu adalah keuntungan. Hal ini sebut saja sebagai ‘keanekaragaman’ dari pembalap yang banyak membantu kami dalam mengembangkan motor. Karena kekuatan seorang pembalap terletak pada satu aspek yang menopang aspek lainnya. Dan jika kita punya pembalap, misalnya yang performa remnya tidak terlalu bagus, dia akan lebih sensitif ketika kita melakukan sesuatu di area itu untuk meningkatkan perasaannya.”
“Pada saat yang sama, itu juga akan menguntungkan pembalap, yang biasanya sudah menginjak rem dengan keras dan tidak meminta lebih karena dia sudah merasa kuat di sana. Ini adalah mekanisme kompensasi yang membantu meningkatkan motor secara keseluruhan, tanpa berfokus hanya pada satu aspek atau yang lain.”
Jadi apakah Desmosedici GP21 adalah Ducati terbaik yang pernah ada?
“Saya pikir Ferrari mengatakan mobil terbaik yang pernah dibuat adalah yang berikutnya. Saya rasa itu juga berlaku untuk kami,” ujar Technical Director Ducati Corse itu sambil tersenyum.
“Seperti yang saya katakan, dari sudut pandang teknis murni, kami cukup senang karena kami dapat melihat bahwa pembalap yang berbeda tampil baik dan kami lebih baik di trek di mana kami tidak sekuat di masa lalu. Tapi kami masih memiliki banyak ide yang ingin kami terapkan, jadi saya yakin motor berikutnya akan lebih baik.”
RiderTua.com - Salah satu skutik Yamaha yang berkolaborasi dengan FILA yakni sebuah brand fashion terkenal, menghasilkan edisi spesial dari Fazzio…
RiderTua.com - Marc Marquez mengukuhkan dirinya sebagai pembalap GP23 tercepat pada 3 seri pertama MotoGP musim 2024. CEO Ducati Claudio…
RiderTua.com - Akhirnya Neta dapat memulai perakitan mobil listriknya di Indonesia setelah memulai penjualannya sejak tahun lalu. Walau mereka baru…
RiderTua.com - Walau Citroen mengimpor seluruh mobilnya dari luar negeri, modelnya dapat dijual dengan harga cukup terjangkau. Tentunya dengan kualitasnya…
RiderTua.com - Fabio Quartararo memilih tetap bertahan dengan Yamaha meski performa M1 sangat mengecewakannya. Aleix Espargaro ikut mengomentari hal ini, pembalap…
RiderTua.com - Sejauh ini penjualan mobil listrik di seluruh dunia masih cukup bagus, walau dengan adanya penurunan tren di Eropa…
Leave a Comment