Norwegia dan Belanda Larang Kendaraan Gas dan Diesel di Tahun 2025

TOKYO – Hingga saat ini lebih dari 2 juta mobil listrik sudah mengaspal di jalan raya di bumi ini, itupun data pada tahun lalu di 2016 seperti di wartakan Badan Energi Internasional, China merupakan kontributor terbesar dalam pertumbuhan pasarnya. Perusahaan ini sekarang memiliki armada mobil listrik terbesar di dunia, setelah menguasai A.S. di kelas ini.
Namun, mobil listrik – bertenaga baterai dan juga plug-in hybrid – hanya 0,2% dari semua mobil yang ada saat ini. Tapi pasarnya kini berkembang pesat dan bisa berkembang menjadi 20 juta unit pada 2020, menurut perkiraan pertumbuhan industri.
Menurut sebuah laporan yang disusun oleh IEA dan kelompok lobi industri, stok global mobil listrik pada tahun 2016 meningkat 60% dari tahun sebelumnya. Jumlah mobil-mobil di China dua kali lipat lebih banyak dari tahun ini menjadi 650.000, melampaui 560.000 yang didorong di Amerika Serikat. Cina menyumbang 32% dari pasar kendaraan listrik global, naik dari 25% tahun sebelumnya.
Putus asa untuk memperbaiki kualitas udara negara yang tercemar secara serius, pemerintah China telah mendorong pembuatan mobil listrik dan sekarang berencana untuk menetapkan kuota penjualan mobil untuk apa yang mereka sebut “kendaraan energi baru”.
Pada 2011, hanya ada 7.000 mobil listrik di jalanan China, namun jumlahnya mulai berkembang pesat pada tahun 2014. Pemerintah ingin terus memberi insentif yang lebih mudah pada kendaraan ramah lingkungan tersebut hingga 2020, sehingga pasar harus terus berkembang.
 
Pembuat mobil China dan Jepang sangat antusias untuk ikuti arus ini. Usaha patungan antara China Dongfeng Motor Group dan Nissan Motor Jepang telah merilis sebuah mobil listrik khusus untuk pasar China.
Negara-negara Eropa telah menjadi pengadopsi awal mobil dengan non polusi atau polusi rendah. Di Norwegia, mobil listrik mencapai 28,8% dari seluruh mobil yang terdaftar, diikuti oleh 6,4% di Belanda, 3,4% di Swedia, 1,5% di Prancis dan 1,4% di Inggris.
Sementara itu, negara-negara pabrikan otomotif besar yang masih “tradisional” lambat dalam penyerapannya. Hanya 0,9% mobil listrik ada di jalan A.S. berikutnya 0,7% di Jerman dan di Jepang  0,6%.
Norwegia dan Belanda sedang membicarakan tentang pelarangan penjualan kendaraan bertenaga gas dan diesel, kemungkinan akan dilakukan pada tahun 2025.
China merupakan pembeli teratas, dimana memiliki 32% dari semua kendaraan “bersih” itu
Norwegia adalah rumah bagi sejumlah pembangkit listrik tenaga air berbiaya rendah (sumber tenaga penggerak untuk hydroelektrik), sehingga mengendarai mobil listrik di negara ini bisa lebih murah daripada membeli mobil dengan mesin pembakaran internal, yang harus terus-menerus mengisi bahan bakarnya.
Hal ini memungkinkan negara Skandinavia untuk memanfaatkan mata uang asing dengan mengekspor sebagian besar minyak mentah dan gas alam yang dihasilkannya.
Pembuat mobil Jepang bisa jadi akan memimpin dalam pengembangan mobil listrik. Mitsubishi Motors pertama kali memproduksi salah satu produknya secara massal, iMiEV. Hari ini, Tesla dan General Motors dari Amerika Serikat memperoleh pijakan yang solid di pasar. Toyota Motor   lamban masuk pasar. Mereka mengharapkan untuk memproduksi secara massal mobil listrik pada tahun 2020. Di Jerman, Volkswagen, BMW dan Daimler berusaha menaikkan rasio mobil listrik mereka ke semua mobil baru yang mereka jual sampai 25% pada tahun 2025.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh IEA terhadap berbagai penelitian, planet bumi ini diperkirakan akan ada 9 juta sampai 20 juta mobil listrik di jalannya pada tahun 2020.