MotoGP Ridertua.com – Sebelum Petrucci ada: Makoto Tamada, Troy Bayliss, Nicky Hayden, Ben Spies dan Cal Crutchlow yang pindah ke MotoGP langsung dari ajang balap Superbike dan bisa mencicipi podium teratas di kelas premier. ‘Petrux’ adalah runner-up dalam seri FIM Superstock 2011 sebelum bergabung dengan MotoGP, akhirnya berhasil menang dua kali (Mugello 2019, Prancis 2020) di tim resmi Ducati. Bagaimana dengan Toprak Razgatlioglu? Juara dunia bertahan WSBK itu adalah harapan besar berikutnya bintang SBK yang akan ‘melompat’ ke MotoGP.
Pembalap Turki itu baru-baru ini menguji Yamaha M1 meskipun dia sekarang tidak akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan kursi di MotoGP hingga 2024. Intinya Danilo Petrucci memperingatkan Toprak, karena di WSBK memakai ban Pirelli, sedangkan di MotoGP dengan Michelin yang lebih sensitif dan yang varian terakhir sangat tidak mendukung gaya hard braking Toprak.. Karakter ban Michelin terbaru (varian 2020 ke atas) lebih cocok dengan ‘cornering speed‘ daripada ‘hard-braking style‘.
Petrucci berujar, “Saya pikir Toprak menunjukkan keterampilan yang luar biasa, dia benar-benar hebat dalam pengereman.. Saya tidak tahu apakah di MotoGP dia bisa mengerem sekeras yang dia lakukan sekarang di World Superbike, tapi sungguh menyenangkan melihatnya balapan dan saya pikir dia bisa bagus di MotoGP. Itu tergantung pada motor mana yang akan dia kendarai, tetapi dia adalah bakat yang luar biasa,” kata Petrucci dalam wawancara dengan media crash.net.
Dia melanjutkan.. “Yang pasti, dia menggunakan semua keterampilannya dan semua potensi yang dimiliki motornya di World Superbike saat ini. Bautista, Toprak dan Rea adalah tiga talenta luar biasa. Kejuaraan Superbike sangat bagus untuk ditonton tahun ini dan saya penasaran melihat Toprak di MotoGP. Saya pikir dia akan cepat.”
Gaya Hard-Braking Toprak
Razgatlioglu terkenal dengan gaya ‘stoppie’ hard-braking yang luar biasa. Namun Petrucci, yang kekuatan terbesarnya juga pada sektor rem, memperingatkan bahwa karakter ban Michelin terbaru lebih cocok dengan cornering speed (kecepatan menikung) di MotoGP.
“Anda tidak bisa mengerem sekeras yang kami lakukan di masa lalu di MotoGP, karena bannya sangat sensitif.. Kesulitan saya dimulai pada awal 2020, ketika ban belakang di revisi dengan yang baru, tidak membantu saya menghentikan motor. Jadi saya semakin buruk dalam hal pengereman, yang merupakan poin terkuat saya,” jelas Petrucci.
“Anda dapat melihat dengan jelas bahwa saat pengereman kami hanya mengalami sedikit stoppie. Tapi jika Anda membandingkan dengan foto beberapa tahun lalu, motor-motor itu mengerem dengan ban belakang tinggi di udara sampai ke tikungan,” tambahnya..
“Sekarang Anda tidak melihat ini lagi karena daya henti dari ban berkurang agar memiliki kecepatan menikung (cornering speed) yang lebih banyak. Jadi Anda tidak bisa membuat perbedaan besar dalam pengereman, Anda bisa membuat lebih banyak perbedaan di kecepatan dan akselerasi di tikungan,” katanya.
“Saya mulai kesulitan dengan hal ini. Saya sangat kuat pada musim (2017 hingga 2019) ketika konstruksi ban belakang sangat keras dan kami selalu memilih kompon yang paling lembut dan mencoba mengatur balapan.. Dovi sangat bagus dalam mengatur ban selama periode itu, menjadi cepat di sepuluh lap terakhir,” kenangnya..
“Pada saat yang sama, Dani Pedrosa benar-benar dalam masalah, karena konstruksi ban yang begitu kuat tidak membantunya dengan bobotnya yang ringan. Tapi mungkin itu membantu saya, karena saya ingat berkali-kali saya menjadi yang tercepat di FP3, dalam kondisi pagi yang masih dingin, karena saya bisa memaksa ban. Sejak 2020, ini tidak mungkin lagi bagi saya.”
Jadi apakah Toprak harus merubah gaya balapnya jika pindah ke MotoGP?