Dani Pedrosa, Juara Tanpa Mahkota yang Bikin Bahagia

RiderTua.com – Dalam balapan, gelar juara dunia dan menjadi ‘nomor.1’ memang menjadi tujuan semua pembalap, namun cara memperoleh kemenangan kadang ditempuh dengan bermacam cara. Cara-cara tertentu kadang memicu kontroversi. Menang dengan mengorbankan lawan (crash) misalnya akan memicu rasa tidak suka dari beberapa penikmat balap.. Pembalap yang menang dengan menempuh segala cara akan terlihat kurang menarik, sebaliknya sportifitas akan sangat dihargai. Dani Pedrosa memang belum pernah juara dunia di kelas utama MotoGP. Banyak yang mencibirnya, namun tidak sedikit pula yang acungi jempol atas apa yang sudah dia berikan untuk olahraga ini. Karakter yang cenderung kalem dan tenang (jauh dari ‘beringas’) menjadi inspirasi bahwa tidak semua keinginan harus terpenuhi. Tidak banyak musuh yang membenci Dani selama karirnya (lebih sedikit dibanding pembalap lain).. Dan meskipun di akhir karirnya dia ‘tidak bahagia’ dengan tak membawa gelar dunia MotoGP, namun setidaknya kini dia membuat bahagia tim barunya.. KTM..

Dani Pedrosa, Juara Tanpa Mahkota yang Bikin Bahagia

Mengapa kepindahan Dani Pedrosa dari Honda ke KTM menjadi salah satu penandatanganankontrak paling signifikan akhir-akhir ini.. Dani Pedrosa akan kembali ke grid MotoGP yang telah lama ditunggu-tunggu.. Ini akan menandai balapan pertamanya sejak MotoGP Valencia 2018 dan datang setelah hampir tiga tahun sulit dibujuk oleh KTM sendiri agar pembalap Spanyol itu melawan musuh lamanya: Valentino Rossi, Marc Marquez dan Maverick Vinales.

Sebanyak 42 balapan telah terlewat sejak Pedrosa pensiun, tetapi dia berada di balik layar.. Dan pembalap Spanyol yang kecil itu membuat dampak besar selama bekerja dengan KTM. Tidak berlebihan jika mengatakan bahwa penandatanganan KTM atas Dani Pedrosa pada akhir musim MotoGP 2018 menjadi salah satu langkah paling signifikan. Salah satu tokoh MotoGP yang paling berpengalaman dan dianggap sebagai salah satu pembalap terhebat yang dijuluki juara tanpa mahkota..

Menghabiskan seluruh 13 tahun karir MotoGP di Repsol Honda, menjadi sebuah keputusan yang akan disesali HRC. Banyak tawaran dilayangkan padanya seperti tim Petronas SRT Yamaha namun ditolak, yang akhirnya membuka pintu bagi Fabio Quartararo.

Namun, peran pengembangan selalu cenderung lebih cocok untuk Pedrosa.. Menolak untuk menjadi pembalap reguler mungkin karena adanya kombinasi ‘rasa malu dan penghinaan’ dari media (netizen), ditambah karir yang dipenuhi dengan cedera dan operasi yang menyakitkan, yang membuatnya berkata ‘Cukup’ untuk balapan.

Dedikasi terhadap tugasnya sebagai tes rider tetap kokoh, sedemikian rupa sehingga dia berulang kali menolak peluang dari KTM untuk balapan sebagai wildcard, sementara dia dengan hormat memilih untuk tidak mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Johann Zarco ketika Zarco putus di tengah jalan (mirip Vinales) meskipun Pedrosa berada di posisi terbaik untuk menjadi pembalap reguler KTM.