RiderTua MotoGP – Jika kita mencermati sepak terjang Lorenzo dengan berganti tim dari Yamaha, Ducati dan Honda. Kita akan ingat sosok Casey Stoner yang tidak menuntut motor, tapi Stoner yang mengikuti kemauan motor. Keduanya bertolak belakang, beda dengan Stoner, sifat Perfeksionis Lorenzo membuat sulit beradaptasi dengan motor baru…
Akhir pekan ini, di Austin, Jorge Lorenzo akan lakoni balapan ketiganya dengan motor Honda. Hingga saat ini hasilnya masih “negatif”. Berada di posisi ketiga belas dan keduabelas di Qatar dan Argentina. Hanya meraih tujuh poin di klasemen. Seperti yang terjadi pada tahun 2017, ketika dia meninggalkan Yamaha ke Ducati, Por Fuera juga menghadapi berbagai kesulitan adaptasi motor.
Sifat Perfeksionis Lorenzo Membuat Sulit Beradaptasi
Hambatan pertama Lorenzo adalah dia pembalap yang sangat teliti, terbiasa perhitungkan semua aspek secara gila-gilaan, dan perlu memiliki setiap detail di tempat yang tepat untuk dapat melaju secepat mungkin. Justru karena perfeksionisme ini, dengan berganti tim dan motor akan sangat sulit baginya. Masalah ergonomi seperti mengganti tempat duduk yang nyaman, jok motor Honda pun diubah walau perbaikan ini belum berpengaruh..
Adaptasi yang dirancang khusus untuk RC213V Lorenzo justru jadi bumerang. Di Termas de Rio Hondo, Lorenzo secara tidak sengaja menekan tombol limiter. Kemudian selama balapan handle gripnya lepas karena dia sendiri telah meminta Honda untuk melonggarkan dan melunakkannya.
Gaya balap Lorenzo juga menghambat dia dimana Honda RC213V adalah motor yang dibuat untuk Marc Marquez, agresif dan terbiasa menyerang di tikungan, sementara Jorge lebih halus. Singkatnya, Lorenzo harus memaksa dirinya untuk mengubah gaya balapnya lagi. Seperti yang dia lakukan pada GP Desmosedici, yang memaksanya untuk menjadi spesialis dalam pengereman yang dalam hard braking. Tidak akan mudah atau butuh waktu…
