Paolo Ciabatti : Perlakuan Para Steward ke Pecco Bagnaia dan Marc Marquez Berbeda

Marc Marquez - Paolo Ciabatti

RiderTua.com – Paolo Ciabatti (Direktur olahraga Ducati) kesal dengan kurangnya konsistensi dalam pemberian penalti dari Panel Stewards FIM MotoGP. “Kami memiliki daftar panjang pertanyaan untuk para steward, baik dari pembalap maupun manajer tim. Pendapat pribadi saya, sama seperti Davide Tardozzi dan Gigi Dall’Igna di Ducati,” ujar Ciabatti.

“Jika ada perilaku seperti yang dilakukan Marc Marquez pada race hari Minggu di Portimao 2023, itu harus dihukum. Penalti juga harus diberikan untuk insiden seperti yang dilakukan Nakagami di Catalunya 2022, saat dia membuat Bagnaia dan Rins tersingkir dari balapan. Pergelangan tangan Alex Rins patah, tapi kala itu Nakagami tidak dihukum,” imbuh bos asal Italia itu kesal.

Paolo Ciabatti : Perlakuan Para Steward ke Pecco Bagnaia dan Marc Marquez Berbeda

Dalam 5 seri pertama MotoGP musim 2023, beberapa pembalap Ducati MotoGP juga terlibat dalam keputusan kontroversial yang dibuat oleh Panel Stewards FIM. Dimana keputusan mereka dikritik habis-habisan. Pecco Bagnaia menerima penalti turun satu posisi yang tidak dapat dipahami di Jerez, tetapi Luca Marini lolos tanpa hukuman di Portimao pada hari Sabtu.

Selain itu Jorge Martin kesal, karena Marc Marquez dua kali menghalangi jalannya dalam tiga lap pertama pada race hari Minggu di Portimao tapi tidak diganjar double long-lap penalti. Di Jerez, Yamaha kecewa karena long-lap penalti yang diterima Franco Morbidelli (crash di lap pertama sprint) dan Fabio Quartararo.

Manajer tim, pabrikan, pembalap, dan para penggemar merasa kesal dan terkejut dengan tidak konsistensinya Freddie Spencer dan rekan-rekan dalam pemberian hukuman yang dijatuhkan. Karena pelanggaran yang sebanding memiliki bobot yang berbeda oleh pembalap yang berbeda, ada yang dihukum atau malah tidak dihukum sama sekali. Banyak pembalap dan bos tim (juga di kelas Moto3 dan Moto2) mengeluh bahwa para steward ogah menerima masukan atau pendapat lain dan tidak mau mendengarkan sama sekali.

Pada akhirnya kita jadi berburuk sangka, Spencer yang notabene adalah mantan pembalap Honda terlihat sering menunjukkan rasa belas kasihan kepada pembalap Honda.

Paolo Ciabatti menambahkan, “Jika tidak ada manuver penting seperti yang dilakukan Marquez di Portugal atau di Nakagami di Barcelona, ​​kami menganggap insiden seperti itu sebagai insiden balap biasa. Kalau tidak, kita tidak akan melihat lagi manuver menyalip.”

“Tidak ada yang menyangkal bahwa hukuman harus dijatuhkan ketika satu pembalap dengan sengaja menabrak pembalap lain. Yang mengganggu kami adalah, Steward memberi Bagnaia penalti turun satu posisi di Jerez tanpa alasan apa pun. Tapi ketika Jack Miller melakukan manuver menyalip yang jauh lebih agresif melawan Jorge Martin di tikungan terakhir, dia tidak dihukum. Tidak ada yang terjadi di sana. Nol ! Di balapan yang sama. Akibatnya, Martin kehilangan dua posisi,” tegas bos berusia 65 tahun itu yang memiliki banyak pengalaman profesional dalam balapan. ”

Di Le Mans, Paolo Ciabatti juga kesal dengan pertemuan antara pembalap dan steward FIM yang gagal, yang digambarkan oleh pembalap seperti Jack Miller sebagai buang-buang waktu.

Ciabatti melanjutkan, “Jadi para pembalap meletakkan pertanyaan mereka di atas meja dan mendapat jawaban. Pembalap kami melaporkan, jika kita menyentuh lawan saat melakukan manuver menyalip dalam balapan, kita harus mundur satu tempat. Jika kita menabrak lawan saat menyalip, kita akan dihukum long lap penalti.”

“Namun hanya berselang 1 hari kemudian, ternyata aturan tersebut tidak berlaku lagi. Karena Marc Marquez sempat menyentuh Bagnaia yang meninggalkan bekas di kulitnya, tapi tidak ada penalti. Lalu ada insiden antara Binder dan Marini. Luca tidak sependapat dengan Brad, dia mengatakan bahwa dia disentuh olehnya dan didorong keluar dari krub. Lagi-lagi tidak ada penalti.”

“Marini mengatakan kepada saya bahwa dia ditabrak. saya percaya dia ketimbang Binder. Kadang-kadang, di saat panas, seorang pembalap tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimanapun, tidak ada penalti dalam sprint Le Mans sehingga masih ada kurangnya konsistensi. Peraturan tersebut dijelaskan kepada pembalap pada hari Jumat. Namun aturan tersebut tidak diterapkan pada hari berikutnya,” imbuh Ciabatti.

Johann Zarco juga kesal pada ketidakadilan para stewards. “Para steward terlalu menghormati pembalap top,” keluh pembalap Pramac itu, mengacu pada Marc Marquez yang terlalu sering dibiarkan begitu saja. Bahkan pembalap Repsol Honda itu secara terang-terangan mengatakan bahwa dengan sengaja mengalami crash agar bendera kuning keluar di kualifikasi 2 Le Mans sehingga dia tetap berada di barisan depan grid. Ironisnya lagi, bahkan Marc tidak menyembunyikan langkah berbahaya ini dari media.

Ciabatti tahu bahwa tidak setiap insiden dapat dinilai dengan sangat jelas. “Jika kita melihat Luca Marini di sprint race di Portugal, dia masuk ke tikungan dan roda depan slip. Sayangnya, Bastianini berada di jalur luar sana. Luca menjatuhkannya, yang menyebabkan tulang belikat Enea patah,” ungkap Ciabatti.

“Tapi tidak ada niat di balik itu, jadi tidak bisa disebut membalap tidak bertanggung jawab. Bagi saya, kejadian seperti ini adalah bagian dari balap motor. Tapi Marc Marquez membalap dengan tidak bertanggung jawab di Portimao pada race hari Minggu, seperti yang dilakukan Nakagami tahun lalu di Catalunya,” tegas Ciabatti.

Bahkan di Le Mans Marc Marquez menjelaskan, “Satu-satunya insiden di tahun 2023 yang pantas mendapat penalti adalah crash saya dengan Miguel Oliveira di Portimao.”

“Kami di Ducati sepenuhnya setuju dengan pendapat ini,” pungkas Paolo Ciabatti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *