Monster Energy Yamaha MotoGP RiderTua.com – Fabio Quartararo menutup paruh pertama musim MotoGP sebagai pemimpian klasemen. Setelah awal musim yang sulit karena mengeluh power mesin yang kurang, kini dia malah menyoroti poin kuat dari Yamaha M1. Crash di Assen tentu tidak bisa mempengaruhi hasil paruh pertama musim MotoGP Fabio Quartararo, yang sudah menjadi juara bertahan bersama Yamaha M1. Dia telah mengumpulkan 172 poin dalam 11 balapan, pencapaian yang pasti akan membebaninya di paruh kedua musim ini setelah liburan musim panas.
Selisih 21 poin dari lawan terdekatnya yakni Aleix Espargaro, dan 66 poin dari Pecco Bagnaia, yang secara teori harus menjadi lawan yang diwaspadai. Sebuah kondisi yang bagaimanapun sulit diduga, tetapi ketidakpastian adalah bagian dari balap. Dengan tidak ‘mencari limit’ motor: Apakah ini sinyalemen strategi ‘main aman’ dari Quartararo dan Yamaha di paruh kedua musim ini?.. Dan melihat kepercayaan diri El Diablo tampaknya gelar dunia tidak akan sulit direngkuhnya untuk kali keduanya musim ini..
Setelah seri terakhir, Fabio Quartararo melanjutkan latihan mengingat kalender balap akan aktif lagi dari 5 hingga 7 Agustus di Silverstone. Dalam kesempatan itu, dia harus menjalani Penalti ‘Long Lap’ yang menyebabkan banyak perdebatan dan menjadi alasan kritik baru bagi Panel FIM yang dikepalai oleh Freddie Spencer. Namun El Diablo harus menjalani penalti tanpa terlalu banyak konsekuensi, pasti bisa mengandalkan M1 yang mempunyai cornering speed yang menjadi poin kuatnya. Kepemimpinannya membuktikan bahwa top speed bukanlah yang utama di MotoGP, meski Yamaha bekerja keras untuk mendapatkan power dan power lagi untuk 2023.
Bahkan sampai mempertanyakan untuk mengganti konsep mesin V4. Kedatangan Luca Marmorini menandai perubahan penting di garasi Yamaha, yang mendorong untuk menemukan solusi secara internal terutama dalam hal power mesin. Fabio adalah pembalap yang paling nyetel dengan M1.. Namun paruh pertama musim MotoGP tidak berjalan mulus. “Awalnya sulit, karena dari Jepang kami mengharapkan sesuatu yang tidak bisa kami tawarkan (power). Kami memutuskan untuk berhenti memikirkan apa yang belum kami capai dan mencoba memaksimalkan apa yang kami miliki,” kata manajer tim Massimo Meregalli.
Balapan pertama di Qatar dengan finish di posisi ke-9, kemudian podium di Mandalika di lintasan basah memberi kepercayaan diri baru, dengan M1 yang hampir tidak pernah bersinar dalam balapan basah dalam beberapa tahun terakhir. Juga berkat pertumbuhan psikologis Fabio Quartararo. “Dia lebih dewasa dari tahun lalu, dia punya tekad kuat. Tapi di atas semua itu, dia adalah satu-satunya pembalap Yamaha yang mampu memanfaatkan sebanyak mungkin kekuatan motor kami,” kata bos tim Yamaha itu.
Beberapa Langkah Lagi Menuju Gelar Dunia Kedua
Setelah akhir pekan pertama mengeluh kepada media tentang kurangnya kecepatan motornya, pembalap Prancis itu mengubah pendapatanya. Dengan pengembangan mesin yang dibekukan oleh regulasi, kritik adalah hal percuma.. Jadi lebih baik mengubah suasana hati, melihat dengan percaya diri dan memanfaatkan setiap aspek dari YZR-M1. Dan keberuntungan juga membantu, karena beberapa kesalahan yang dilakukan oleh lawan utama dalam perebutan gelar Dunia MotoGP, Pecco Bagnaia, yang telah menderita empat nol. Rahasia sebenarnya terletak pada keselarasan sempurna dengan front end (banyak pembalap crash kerana ban depan) dan kemampuan untuk membuat sedikit atau tidak ada kesalahan.
Konfirmasi ulang gelar dunia mungkin terbukti lebih mudah dari yang diharapkan. “Berlawanan dengan apa yang bisa terjadi dengan pembalap lain, saya tidak harus jatuh untuk menemukan limit motor. Saya tahu persis ketika kami memasuki area batasan (hampir mencapai limit dan jatuh). Akibatnya, (ibarat) motor saya memberi saya kelonggaran dan memperingatkan saya terlebih dahulu (sebelum crash)”