RiderTua.com – Meski tersingkir dari Q1 dan harus keluar dalam balapan, Celestino Vietti mampu finis di posisi ke-8 di GP Le Mans. Pembalap Kalex dari tim Mooney VR46 Moto2 itu hanya kalah 3 poin dari pesaing pertamanya Ai Ogura. Ini artinya dia mampu mempertahankan posisinya sebagai pemimpin klasemen di balapan selanjutnya ‘Gran Premio d’Italia Oakley’ di Mugello (27-29 Mei). Sebagai informasi, seperti Pecco Bagnaia (Ducati MotoGP), Vietti berasal Piedmont-Italia. Untuk meniti karirnya di balap motor, dia bergabung ke VR46 Academy di Tavullia milik legenda MotoGP Valentino Rossi.
Apa yang Dipelajari Celestino Vietti dari Valentino Rossi?
‘Cele’ tampil mengesankan pada 2018, dimana dia berhasil naik podium hanya dalam balapan keduanya. Saat itu dia menggantikan Niccolo Bulega di tim Sky Racing VR46 Moto3 di Phillip Island. Namun, karirnya tidak berkembang menjadi kesuksesan yang pasti. Dua kemenangan balap pertama di kelas terkecil tahun 2020, diikuti oleh musim rookie Moto2 yang mengecewakan tahun lalu.
Menjelang balapan kandangnya (Mugello 27-29 Mei), pembalap berusia 20 tahun itu mengenang masa-masa awal karir balapnya dan mengungkapkan tentang pelajaran apa yang paling dia hargai di VR46 Riders Academy milik Valentino Rossi.
Celestino datang dari Cirie dekat kota Turin-Italia yang jaraknya cukup jauh dari Sirkuit Dunia Misano. Bagaimana dia bisa menjadi pembalap motor? “Saya mulai tertarik pada balap motor berkat ayah saya. Dia selalu menjadi penggemar berat mesin dan olahraga balap motor pada umumnya. Ketika dia masih muda, ayah berkompetisi di beberapa balapan. Seluruh keluarga menerima antusiasme ini. Pertama, kakak laki-laki saya mulai dengan minimoto dan kemudian saya. Lalu saya berkompetisi di kejuaraan nasional pertama dan selangkah demi selangkah semakin maju,” jawab Vietti.
“Kemudian saya datang ke Akademi pada tahun 2015 dan itu adalah momen kunci. Keluarga saya harus banyak berkorban karena kami selalu harus menempuh jarak berkilo-kilometer untuk bisa membalap motor. Itu adalah sesuatu yang saya dan dia sangat inginkan.”
Setelah itu Vietti tinggal di sekitar Academy VR46. “Ya, di Tavullia. Pada 2019, tahun Kejuaraan Dunia pertama saya bersama Team Sky, Akademi ingin saya pindah ke sana agar mereka bisa berlatih bersama. Bahkan waktu itu saya belum cukup umur dan itu tidak mudah pada awalnya,” ungkapnya.
Orang tua Vietti tinggal di Piedmont. “Jadi ya, saya harus belajar melakukan sesuatu dan bertahan hidup sendiri. Sekarang jika saya mengingatnya, saya akan melakukannya lagi. Karena itulah bagaimana saya tumbuh dari sudut pandang olahraga dan manusia,” imbuh Vietti.
VR46 Riders Academy milik Valentino Rossi dianggap sebagai contoh utama dalam mempromosikan pembalap muda jauh melampaui negara Italia sendiri. Apa artinya bagi Vietti sebagai pembalap, menjadi bagian dari proyek ini? “Untuk seorang Italia atau untuk pembalap mana pun, ini jelas merupakan kesempatan yang diimpikan semua orang. Itu hal terbaik yang bisa terjadi padamu,” ujarnya.
Vietti menambahkan, “Mempunyai basis yang kuat memberi kita ketenangan. Pertama, yang terpenting kita punya kesempatan untuk berlatih dengan pembalap terbaik di dunia. Kedua, karena Vale selalu menjadi idola saya. Tak hanya dia, tetapi juga Franco (Morbidelli), Pecco (Bagnaia) dan semua pembalap muda lain dari akademi. Hal yang menyenangkan adalah, kami selalu berlatih bersama, jadi kita selalu bisa belajar sesuatu dari pembalap lain. Kita terus mendorong diri sendiri setiap saat.”
Sejauh ini, apa nasihat Vale yang paling berharga untuk Vietti yang saat ini berhasil memimpin klasemen? “Vale banyak membantu saya, itu pasti. Ketika saya datang ke Kejuaraan Dunia, saya adalah seorang pria yang membiarkan dirinya terseret dalam fase-fase yang sulit. Juga di balapan akhir pekan, ketika segalanya berjalan buruk. Saya tidak bisa menanganinya dengan sangat tenang. Dia menasihati saya, cara untuk tetap sedikit lebih tenang dan menjalani semuanya dengan lebih gembira. Karena pada akhirnya, segalanya menjadi lebih mudah ketika kita menjalaninya dengan hati senang,” pungkas Vietti.