RiderTua MotoGP – Ada ungkapan menarik bahwasanya Jorge Lorenzo ngembangin tangki doang di Ducati secara mendasar. Faktanya memang Ducati era baru ini Revolusinya terjadi pada masa Dovi dan Iannone. Mereka yang merasakan motor versi terbaru Desmo “Italia rasa Jepang”. Berbicara masalah performa motor memang tidak 100% hasil pengembangan rider karena justru bagaimana teknisi mampu menterjemahkan kelebihan seorang rider menjadi paket motor yang cocok dan kompetitif. Buktinya motor versi 2018 dengan paket yang sama akan beda hasilnya untuk tiap rider.
Tahun pertama Jorge Lorenzo di Ducati terseok-seok dan hampir putus asa. Padahal paket Ducati adalah yang paling joss gandos saat ini. Kencang tak terkira di trek lurus dan mulai lebih bersahabat baik saat masuk, middle corner atau keluar tikungan. Namun sekali lagi efeknya akan berbeda dengan semua rider. Seperti yang terlihat hal yang terlihat unik diminta oleh Lorenzo ada 2 hal yaitu Jok (tempat duduk) dan tangki yang tidak nyaman. Saat jok diubah Lorenzo tetap gak bisa kencang. Namun menariknya ketika model tangki diubah Lorenzo bisa melesat kencang. Artinya bukan mesin yang buruk, bukan pula aerodinamika yang jelek. Namun yang membuat kencang adalah Ergonomi. Ergonomi atau posisi berkendara Lorenzo menjadi nyaman tidak cepat lelah sehingga tahan hingga akhir dan enak melibas tikungan. Jadi bukan faktor teknis kendala yang terlihat secara kasat mata.
Tanpa disadari Ducati sudah membayar mahal gaya balap Lorenzo untuk mengembangkan Desmo GP18. Kelemahan Ducati adalah saat di ‘middle Corner’ dan di awal musim sudah disempurnakan oleh Gigi Dall‘Igna dan kecepatan tikungan itu adalah spesialis Lorenzo saat di Yamaha. Dan kekuatan ini mampu keluar dalam dua seri terakhir. Jika Lorenzo pergi pastinya data telemetri ini harus diterapkan oleh Dovi dan Petrucci diselaraskan dengan paket Lorenzo. Yang jadi masalah apakah gaya balap Dovi dan Petrux sama dengan Lorenzo..?
Sebenarnya Ducati rugi membuang Lorenzo dengan gaya balap yang mengalir nan lembut dibandingkan pembalap lain dia lebih hemat ban. Itulah kelebihan dia. Dan ini merupakan kunci kecepatan konsisten hingga akhir. Jika dia sudah menemukan gaya balap yang cocok maka Lorenzo adalah pembalap yang sulit dihentikan dan dikalahkan.
Sebenarnya kenapa Lorenzo justru di dua seri terakhir “mendadak kencang” ?. Jawabnya adalah dia sudah beradaptasi. Jadi faktor tangki menjadi hal yang signifikan dibanding teknis sepertinya adalah sisi kenyamanan pembalap dan fisik( jika dibandingkan Stoner yang tidak perlu banyak minta ubahan detail kecil seperti itu). Bisa jadi efek psikologisnya Lorenzo merasa nyaman, tidak mudah lelah, percaya diri dan akhirnya mampu melesat.. Dan satu lagi ‘Cetak Biru Gaya Balap’ Lorenzo ditinggalkan di Ducati sebagai asset berharga buat penerusnya.. Tinggal bagaimana Ducati menerapkannya ke depan.. IMHO
RiderTua.com - Rumor yang tersebar di paddock GP Spanyol tetap pada nasib beberapa tim satelit. Seperti diketahui, Yamaha sedang berusaha keras…
RiderTua.com - Aleix Espargaro bisa saja mengucapkan selamat tinggal pada MotoGP pada akhir musim 2024. Pembalap Spanyol itu bisa menjadi…
RiderTua.com - Raul Fernandez yang membalap untuk tim satelit Trackhouse menjadi satu-satunya pembalap Aprilia yang masih menggunakan mesin 2023. Aprilia…
RiderTua.com - Setelah kemenangan sensasionalnya di GP Spanyol, Pecco Bagnaia menjalani tes hari Senin dengan relatif tenang di Jerez. Rider Ducati…
RiderTua.com - Setelah Jorge Martin (Pramac Ducati) crash, Miguel Oliveira sempat berada di posisi ke-6 pada race hari Minggu di Jerez.…
RiderTua.com - Wuling telah menampilkan mobil listrik ketiganya di Indonesia, yaitu Cloud EV. Hanya saja tidak seperti Air EV dan…
Leave a Comment