RiderTua.com – Carlo Pernat tak menyangkal bahwa sejak dari dulu GP Prancis di Le Mans selalu menarik banyak penggemar MotoGP. Menurutnya untuk menarik minat penonton, pihak penyelenggara menyuguhkan acara-acara menarik sebelum dan sesudah balapan.
“Ketika kita tiba seminggu lebih awal, sudah ada pesta di mana-mana. Suatu hari, saya tidak ingat apakah itu tahun 1995, acara MotoGP selama 3 hari di Le Mans juga digelar konser Joe Cocker. Bisa kita bayangkan. Maksud saya, kita pergi nonton balapan sekaligus nonton konser Joe Cocker,” ujar Pernat sambil tersenyum.
Carlo Pernat: Mempertahankan Marc Marquez? Stabilitas Keuangan Ducati Tidak Seperti Honda
Carlo Pernat juga mengomentari ekspansi MotoGP ke Amerika Serikat, setelah MotoGP dibeli Liberty Media dari Dorna Sports. “Mungkin begitu, tetapi saya sedikit khawatir. Liberty Media ingin memfokuskan semuanya pada Amerika Serikat, tetapi ‘budaya’ balap tidak ada di sana,” ujar mantan manajer Enea Bastianini itu.
Pernat menambahkan, “Anehnya, mereka justru lebih antusias terhadap motocross. Dulu saya juga mengikuti kejuaraan dunia motocross dan kita dapat melihat bahwa antusiasmenya memang ada. Rata-rata orang Amerika bisa menyebutkan siapa juara dunia motocross saat ini, tetapi jika kita menyebut nama Kevin Schwantz, mereka akan menjawab, ‘Siapa Kevin?’.”
Menurut Pernat, meskipun ada upaya untuk meniru F1 dari sisi marketing, media, dan strategi bisnis, jati diri MotoGP harus tetap dijaga. MotoGP punya karakter, budaya, dan value yang berbeda. Dan para petinggi MotoGP sendiri sadar bahwa mereka tidak boleh kehilangan identitasnya hanya demi meniru kesuksesan F1.
Menurut Pernat, justru Asia yang akan menjadi lahan subur untuk pertumbuhan olahraga balap motor. “Asia sangat luas. Dan lahan yang ideal untuk mengembangkan gairah balap ada di sana dan sangat subur. Pasar Asia juga sudah memberikan semua sinyal yang diperlukan,” imbuh mantan manajer pribadi legenda MotoGP Valentino Rossi itu.
Tahun depan pasar pembalap akan ramai, karena sebagian besar kontrak pembalap akan habis di akhir 2026. “Saya sudah mengatakan sebelumnya, telepon sudah berdering selama berbulan-bulan (negosiasi sudah berjalan). Masalah kontrak antara Marc Marquez dan Ducati, jelas serius. Karena Ducati ingin mempertahankannya, tetapi mereka tidak akan pernah memiliki kekuatan finansial seperti Honda,” tegas Pernat.
Terkait kontrak Pecco Bagnaia, menurut Pernat, Ducati harus segera mengambil keputusan. “Semua hal untuk tahun depan harus diselesaikan dalam 4 atau 5 seri pertama,” imbuhnya.
Pernat juga menyoroti kerjasama antara Maverick Vinales dan Jorge Lorenzo. “Saya melihat, mereka menimbulkan kehebohan di media sosial. Di satu sisi, saya rasa mereka berbahaya karena keduanya memiliki kepribadian yang sangat unik. Saya tidak pernah benar-benar percaya pada manfaat seorang pembalap dibimbing oleh pembalap lain. Karena setiap pembalap memiliki gaya balapnya sendiri, dan selalu ada risiko mengubah karakternya,” ujar manajer gaek asal Italia itu.
Mantan manajer berusia 77 tahun itu menambahkan, “Jorge selalu membutuhkan obsesi. Dia adalah tipe orang yang mengorbankan segalanya untuk menang. Jika dia berhasil mentransfer sebagian obsesinya kepada Vinales, tahun depan kita pasti akan memiliki pembalap lain yang patut diperhatikan dengan serius.”
