RiderTua.com – Turbulensi adalah peristiwa ketika kecepatan aliran udara berubah drastis. Pol Espargaro salahkan bahaya turbulensi akibat adanya winglet.. Pembalap KTM (GasGas) itu memasuki kelas MotoGP setelah memenangkan gelar dunia Moto2 pada tahun 2013 bersama tim Tech3-Yamaha. Ini artinya, di tahun 2023 rider berusia 32 tahun itu akan menjalani musim ke-10 di kelas premier. BTW, ukuran winglet yang semakin besar membuatnya khawatir. Dia tidak sendirian dalam mengkritik hal ini. Karena setelah crash pada hari Minggu di Silverstone, Marco Bezzecchi (Mooney VR46) juga mengeluh bahwa dia tersedot ke dalam slipstream Pecco Bagnaia dan karena itu salah mengerem.
“Ya, sekarang kejadian seperti itu biasa terjadi saat pengereman. Ini juga terjadi pada saya di Qatar pada tahun 2022 ketika Bastianini menyalip saya. Dia melaju dan menyalipku kemudian motornya tepat berada di depanku. Dalam situasi seperti ini, hisapan memberi kita perasaan bahwa seseorang mendorong kita dari belakang. Maka kita tidak bisa lagi menjaga motor tetap pada jalurnya dan mau tidak mau melebar jauh,” jelas Pol Espargaro.
Pol Espargaro : Turbulensi Kuat karena Winglet
Pol menambahkan, “Oleh karena itu, penting bagi kami di MotoGP hari ini untuk menyalip dan kemudian mengerem ke sisi lawan. Kita harus memberikan udara bersih kepada pengejar. Saat kita menyalip, kecepatan pembalap yang disalip meningkat secara signifikan. Inilah sebabnya mengapa orang di belakang bisa saja bertabrakan dengan orang di depannya.”
“Setiap pembalap harus cukup pintar untuk memberikan kelonggaran pada lawannya. Jika kita melakukan semacam ‘block pass’, mungkin secara tidak sengaja lawan akan menabrak kita. Dengan aerodinamika saat ini, kita harus selalu mengusahakan udara bersih di depan kita. Dengan ‘udara kotor’ kita jadi melambat. Turbulensi juga membuatnya lebih rumit,” pungkas pembalap yang saat ini berada di peringkat 24 dengan 8 poin dalam klasemen itu.
BTW, sejak comeback ke Silverstone, Pol Espargaro berhasil mencetak poin dalam 3 dari 4 balapan untuk tim GASGAS Tech3 dan membuat sensasi dengan finis di posisi ke-6 dalam sprint race di Spielberg. Pasalnya usai crash mengerikan di FP2 di Portimao (24 Maret), pembalap Spanyol itu absen selama 4,5 bulan.

Pol Espargaro mengatakan bahwa GASGAS RC16 miliknya telah banyak berubah sejak musim dingin, jadi secara bertahap dia harus berusaha kembali ke batas kemampuannya. Perubahan aerodinamis juga memberinya kendala, terutama di grup ‘padat’ di lap pertama balapan.
Suami Carlota Bertran itu menjelaskan, “Di Silverstone, saya memperhatikan bahwa ketika saya membalap di belakang kelompok saya kesulitan berbelok di tikungan cepat di sektor pertama, meskipun jarak saya cukup jauh dari kelompok di depan saya. Saat itulah saya merasakan turbulensi kuat yang disebabkan oleh winglet.”
“Itu cukup berbahaya, menurutku. Saat kita memimpin balapan, kita tidak merasakan banyak hal dan 5 atau 6 pembalap pertama tidak terlalu menderita. Namun saat kita berada di ujung lintasan, turbulensi menjadi sangat kuat,” imbuh Pol.
Pol Espargaro menargetkan Spielberg untuk memperkecil jarak dengan Silverstone. “Sejak awal, menurutku saya memiliki peluang lebih baik untuk balapan jarak pendek pada hari Sabtu. Karena sudah jelas bagi saya sebelum GP Austria bahwa panasnya hari Minggu akan mendorongku ke batas fisikku. Dan ternyata aku tidak salah,” ungkap Pollycio.
Mulai dari 2017 hingga 2020, Pol Espargaro mengikuti MotoGP di tim KTM Red Bull. Dalam kurun waktu 4 tahun tersebut, dia meraih 6 podium dan 2 pole position, termasuk finis ke-3 di GP Styria 2020.
Musim ini, Pol tampil dengan livery GASGAS di GP Austria untuk pertama kalinya, namun karena kebiasaan terkadang dia melambaikan tangannya kepada lebih dari 10.000 penggemar di tribun KTM antara tikungan 5 dan 6. “Kami satu keluarga dengan GASGAS. Saya merasa nyaman di Spielberg,” ujar Pol sambil tersenyum.