RiderTua.com – Pedro Acosta mengalami awal yang buruk dalam karir Moto2-nya. Tetapi berkat saran dari pemilik tim Red Bull KTM Ajo (Aki Ajo), kesalahan itu dengan cepat teratasi. Pembalap berusia 18 tahun itu meraih peringkat 5 di Kejuaraan Dunia di musim debutnya di Moto2 dengan 3 kemenangan balap. “Pada bulan Desember saya sedikit lebih mudah menjalaninya, tetapi saya telah berlatih dengan kecepatan penuh sejak Januari. Saya akan senang ketika musim dimulai,” ujar pembalap asal Spanyol itu.
Pedro Acosta Lebih Terkenal Dibanding Joan Mir?
Di negara yang memiliki banyak pembalap seperti Spanyol, sulit untuk menonjol dari mereka. Marc Marquez misalnya, sekarang bekerja dengan manajer lain karena dia merasa pengakuannya di Spanyol tidak sesuai dengan prestasi olahraganya. Di sisi lain, meski memahkotai dirinya sebagai Juara Dunia MotoGP 2020, Joan Mir tidak dikenal oleh penggemar non-MotoGP.
Lain halnya dengan Pedro Acosta yang jauh lebih luar biasa. Bahkan helm replikanya terjual habis di Spanyol, Andalusia, Murcia dan Levante “Kita dapat melihat helm saya di hampir setiap motor. Saat semua bikers yang kita lihat mengenakan replika helm Pedro Acosta, kita bertanya pada diri sendiri, ‘Apa yang terjadi?’ Ketika saya masih belia, kita melihat replika helm Rossi, Marquez dan Lorenzo di mana-mana. Saya tidak menyangkalnya, suatu kepuasan ketika kita melihat helm kita dan helm kita dibuat di wilayah tempat tinggal saya,” tambah Acosta.
Pedro akan memasuki musim baru sebagai pemenang pada balapan final musim 2022. Seberapa penting podium di Valencia? Apakah dia menjalani liburan musim dingin dengan lebih santai?
Pedro menjawab, “Bukan kemenangan di Valencia, melainkan fakta bahwa saya menyelesaikan musim dengan cara yang saya lakukan. Saya pikir saya telah mencetak poin terbanyak sejak kembali dari cedera. Saya memenangkan dua balapan dan sangat-sangat jarang jatuh. Itu juga penting karena saya jatuh 15 kali dalam 5 balapan di awal musim. Itu sangat banyak dibandingkan dengan yang biasa saya alami di Moto3.”
Dengan penjang lebar Juara Dunia Moto3 2021 itu menjelaskan, “Tapi usai GP Mugello saya hanya crash beberapa kali. Pada saat itu kami telah menemukan set-up dasar untuk motor. Kami melakukan sedikit perubahan pada motor dan saya yakin bahwa apa yang kami miliki akan berhasil.”
“Kami mulai lebih fokus untuk menonton sesi latihan dan melihat bagaimana saya membalap, bagaimana orang-orang cepat berkendara dan apa yang harus saya ubah, jadi lebih sedikit pada motornya. Karena Moto2 adalah kelas yang lebih mementingkan pembalap ketimbang motornya. Pada akhirnya kami memiliki rem yang sama, elemen suspensi yang sama, dan hampir semua sasis yang sama.”
“Saya pikir itu adalah langkah penting bagi kami karena crash di Le Mans meredam balapan pertama, di mana saya benar-benar berada di atas dan memimpin. Tetapi karena ego saya, karena saya menginginkannya dengan segala cara, saya mengacaukannya. Saya mendapat pelajaran, kita masih bisa memenangkan balapan dengan 0,01 detik. Jadi tidak perlu menang 5 detik. Ketika kita memahami itu, kita mendekatinya secara berbeda.”
Jelas tim Red Bull KTM Ajo tahu apa yang mereka lakukan. Seberapa penting bagi Pedro memiliki seseorang seperti Aki Ajo di sisinya? “Penting untuk memiliki seseorang dengan banyak pengalaman dan telah bekerja dengan begitu banyak pembalap pemenang. Itu juga sangat bagus untuk saya di Moto3. Saya masih muda, itu adalah tahun balap pertama saya. Orang-orang berbicara dan kamera mengikuti kita sepanjang hari. Tim membantu saya tetap tenang,” jawab pembalap berjuluk Hiu Marazzon itu.
Pedro menambahkan, “Ketika seseorang seperti Aki mengatakan, ‘Hei, jika gagal, tidak apa-apa. Kita di sini untuk belajar.’ Karena tujuan tahun lalu bukan untuk memenangkan gelar. Terlepas dari empat kali nirpoin berturut-turut, dia tidak mengatakan apa-apa kepada saya tentang itu. Bahkan di Le Mans, ketika kami bisa saja menang tapi saya terjatuh karena saya keras kepala. Ketika kami akhirnya menang di Mugello, Aki lalu berkata, ‘Tidak perlu memberitahumu apapun karena itu sudah sangat menyakitimu’.”
Setelah kemajuan mengesankan di Kejuaraan Dunia Moto3 pada tahun 2021 dengan membukukan 6 kemenangan dan gelar dunia di tahun pertama, ekspektasi Pedro di tahun 2022 juga tinggi. Saat musim Moto2 pertamanya dimulai dengan cara yang tak terduga, media juga mengkritik Pedro. Menurut Aki Ajo, ini mengacu pada proses pembelajaran yang logis.
Pedro menanggapi, “Saya harus mengatakan bahwa saya mengerti ketika saya dikritik. Saya orang pertama yang ingin mengeluarkan semuanya. Saya dua kali crash di Qatar, saya dua kali crash di Indonesia, di Argentina dan Austin juga sama. Saya crash sekali di Jerez dan sekali lagi di Le Mans. Dalam 6 balapan saya telah menghabiskan anggaran tim.”
“Aki menjelaskannya kepada saya dengan caranya sendiri. Lihat, jika kita crash setelah 7 lap di FP1, kita tidak akan mendapatkan pengalaman apa pun dengan motornya. Kita tidak mendapatkan pengalaman apa pun dengan trek dan ban, dan kami tidak akan melakukan set-up dengan benar. Santai saja di FP1 dan lakukan 10 atau d12 lap. Kumpulkan informasi dan Anda akan melihat seberapa baik seluruh akhir pekan akan berjalan. Jika kita menyelesaikan sesi pertama dengan feeling yang baik, kami dapat menyetel motor sesuai keinginan kita,” pungkas Pedro Acosta.