RiderTua.com – Managing Director Yamaha Motor Racing, Lin Jarvis mengakui kelebihan bos balap Ducati yang jenius dan inovatif Gigi Dall’Igna. Namun, Yamaha tidak berpikir akan membawa unit penggerak hybrid di MotoGP. Setelah sejumlah inovasi teknis yang kontroversial mulai dari winglet hingga sayap roda belakang di Qatar 2019, kemudian berbagai perangkat holeshot dan ride height serta sayap ‘Pokemon’ baru atau Dragon Wings di Silverstone 2022, pesaing sebenarnya dari Ducati adalah General Manager Ducati Corse Gigi Dall’Igna. Tetapi setelah insinyur handal asal Italia itu mengungkapkan pendapatnya bahwa, seseorang harus memikirkan unit penggerak hibrida dengan sistem pemulihan energi seperti model Formula 1 di MotoGP setelah 2026, para rival menjadi kecewa. Mulai dari KTM, Yamaha hingga Aprilia belum ada yang menyukai saran ini.
Lin Jarvis: Gigi Dall’Igna Tak Terhentikan
Karena di MotoGP, penggerak seperti itu harus dirancang jauh lebih sederhana dan yang terpenting harus lebih ringan ketimbang di Formula 1, karena berat kendaraan tidak bisa mencapai 798 kg. Pada Formula 1 terdapat modul-modul seperti Kinetic Energy Motor-Generator Unit (MGU-K), Thermal Energy Motor-Generator Unit (MGU-H), Energy Storage (ES), Turbocharger, Control Electronics dan Exhaust System. MGU-K mengubah sebagian energi kinetik yang seharusnya tidak digunakan di gandar belakang saat pengereman menjadi energi listrik dan menyalurkannya ke perangkat penyimpanan energi.
Selain itu, di Formula 1 ada aturan minimal 642 kg untuk mesin naturally aspirated pada tahun 2013. Pada tahun pertama hybrid di 2014, ada perubahan besar yakni kendaraan harus berbobot 690 kg termasuk pembalap. Bahkan sekarang total berat minimum mencapai 798 kg. Dan misalnya biaya mesin di Scuderia Toro Rosso, naik dari 10,4 (Rp 155 miliar) menjadi 27 juta euro (Rp 402 miliar) yaitu hampir tiga kali lipat.

Regulasi mesin di MotoGP diperbaiki hingga akhir 2026. Kemudian Ducati menginginkan mesin yang lebih irit atau lebih tepatnya unit penggerak hybrid. Bagaimana pendapat Lin Jarvis selaku Managing Director Yamaha Motor Racing tentang masalah ini? “Sangat penting bahwa olahraga kita tetap berkelanjutan dalam hal anggaran. Pada saat yang sama, itu harus tetap relevan dalam kaitannya dengan teknologi yang mungkin kita gunakan dalam produksi untuk sepeda motor seri yang dapat dibeli,” jawab Jarvis.
Manajer Tim Yamaha itu menambahkan, “Saat ini, Yamaha belum berencana menggunakan unit tenaga hybrid pada mesin produksi. Jadi kami tidak mendukung untuk mesin hibrida. Kami mendukung arah dengan bahan bakar berkelanjutan yang akan 100 persen wajib di MotoGP 2027. Bahkan kami ingin penggunaan bahan bakar sintetis diwajibkan lebih cepat.”
Bahkan KTM dan Aprilia mengusulkan menggunakan bahan bakar nabati 100 persen untuk 2026. “Kami belum mempertimbangkan ini secara rinci dan belum memberikan suara. Tapi untuk Yamaha, kami tidak akan menentangnya. Bio Fuel jelas merupakan arah yang kami sukai dan ambil di Yamaha,” tegas manajer asal Inggris itu.
Gigi Dall’Igna berpikir bahwa dengan Bio Fuel kita akan kehilangan kurang dari 10 persen tenaga mesin. “Ya, kami juga yakin bahwa pada saat Bio Fuel digunakan, performa mesin bisa sangat mirip dengan saat ini. Kita mungkin langsung kehilangan beberapa kekuatan setelah diperkenalkan, tetapi kita dapat pulih seiring berjalannya waktu. Jika semua pembangkit kehilangan persentase daya yang sama, itu bahkan lebih baik. Karena dengan begitu masalah top speed agak terbendung,” ujar Jarvis.
Para pengamat mengatakan, dibutuhkan energi lima hingga enam kali lebih banyak untuk menghasilkan 1 liter biofuel ketimbang menghasilkan 1 liter bahan bakar fosil. “Itu mungkin terjadi hari ini. Tapi pada 2026 atau 2027, mudah-mudahan itu akan membaik dan berubah,” imbuhnya.
Aramco sudah membangun pembangkit listrik tenaga surya raksasa di Arab Saudi agar suatu hari nanti dapat memproduksi bahan bakar sintetis dengan cara yang netral terhadap iklim. “Ya, kemudian Bio Fuel dibuat dengan energi matahari. Investasi seperti itu akan meningkat,” jawabnya.
Ketika mendengar tentang ide hibrida yang disampaikan Gigi Dall’Igna, Jarvis sempat berkomentar, “Dia tak terhentikan.” Lin Jarvis menjawab, “Ya. Tetapi kita juga harus mengakui kelebihannya. Dia telah menjadi manajer proyek paling inovatif di MotoGP dalam beberapa tahun terakhir. Nama Dall’Igna sering menjadi yang terdepan dalam hal penemuan-penemuan baru. Sementara saya tidak tahu apa manfaat yang tepat dari sayap dinosaurus pada ekor baru ini, yang pertama kali kita lihat di Silverstone-Inggris.”
“Tapi tim Dall’Igna selalu muncul dengan ide-ide baru. Seseorang hanya dapat memuji inovasi ini dari sudut pandang teknik. Apakah semua ide ini baik untuk olahraga? Itu adalah pertanyaan lain,” pungkas Lin Jarvis.