RiderTua.com – Pada 12 Mei, Suzuki Motor Corporation secara resmi mengkonfirmasi mundur dari Kejuaraan Dunia MotoGP pada akhir musim 2022. Tim Suzuki Ecstar pun akhirnya juga mengumumkan pada pukul 6 sore masih di hari yang sama. Sebelumnya, pada tanggal 2 Mei usai tes hari Senin di Circuito de Jerez berakhir, kedua pembalapnya Alex Rins dan Joan Mir diberi pengarahan tentang rencana tersebut secara terpisah dari anggota tim lainnya. Usai pemberitahuan itu, Rins mengaku ‘menangis tersedu-sedu‘ karena dia telah melakukan banyak hal untuk membangun tim dan jatuh bangun meningkatkan daya saing Suzuki GSX-RR sejak 2017 (kita juga pasti tahu dan mengerti perasaanya saat ini, seperti kehilangan kekasih yang ditinggal pergi pas sayang-sayangnya).
Dengan mundur dari MotoGP, diperkirakan Suzuki bisa menghemat sekitar 150 juta euro atau sekitar Rp 2,3 triliun selama 4 tahun ke depan (setahun sekitar 40 juta euro). Tetapi ada risiko kehilangan citra yang telah dibangunnya selama ini dan kurangnya inovasi teknis untuk seri ini. Divisi sepeda motor Suzuki yang menyusut telah kehilangan konsep dan model inovatif selama bertahun-tahun, dan pangsa pasar di seluruh dunia juga jatuh. Mungkinkah Suzuki akan kembali nanti dengan mesin V4..?
Mundur dari MotoGP, Suzuki Menghemat Rp 2,3 Triliun
Sementara itu, dunia MotoGP mulai move-on dengan mundurnya pabrikan asal Hamamatsu-Jepang tersebut dan melanjutkan rencana masa depan. Namun untuk perusahaan Dorna Sports SL, masalahnya belum selesai. Suzuki tidak bisa dipaksa kembali ke Kejuaraan Dunia, tetapi Suzuki tidak akan lolos dari pelanggaran kontrak dan tidak akan dihukum. Karena pada November 2021, mereka telah meneken kontrak untuk 5 tahun hingga akhir 2026.
Sekarang departemen hukum Dorna dan Suzuki sedang berembug. Hukuman kontrak sedang dinegosiasikan, dan Suzuki harus membayar jutaan euro untuk layanan yang tidak diberikan. Ini juga harus menghalangi pabrikan lain yang mungkin juga berpikir untuk mundur.
Di pihak Dorna, mereka juga perlu hati-hati. Karena perusahaan asal Spanyol itu tidak ingin selamanya mengasingkan Suzuki apalagi Dorna juga memiliki hak komersial atas Kejuaraan Dunia Superbike. Tapi pabrikan motor terbesar ke-3 di dunia itu juga menarik diri dari seri balap ini pada akhir 2010 silam. Suzuki hanya 1 kali memenangkan Kejuaraan Dunia Superbike yakni pada tahun 2005 bersama Troy Corser di GSX-R 1000 di tim Alstare Francis Batta.
Semua kelas di kejuaraan dunia balap motor yang telah dibentuk oleh mundurnya Suzuki selama bertahun-tahun. Suzuki mengundurkan diri dari MotoGP setelah 2011 selama 3 tahun. Mereka comeback pada tahun 2015, tidak lagi memakai mesin V4 tapi mesin 4-silinder in-line. Dengan motor tersebut Alex Rins berhasil memenangkan 3 balapan, sedangkan Joan Mir 1 kali, Maverick Vinales juga. Secara mengejutkan Mir sukses meraih gelar dunia pada 2020.
Kelas motorcross juga menjadi akrab dengan keputusan plin-plan para petinggi Suzuki. Pada akhir September 2017, secara tiba-tiba dan hanya dalam waktu semalam Suzuki mengumumkan bahwa tim pabrikan akan mundur dari kejuaraan dunia motocross MX2 dan MXGP di akhir musim.
Sekarang muncul pertanyaan, seberapa besar kompensasi yang harus dibayar Suzuki Motor Corporation kepada Dorna untuk pemutusan kontrak? Tapi tentu saja, semua kontrak bersifat rahasia. Setiap pabrikan MotoGP yang tidak memiliki tim satelit menerima 500.000 euro atau Rp 7,6 miliar per musim dari Dorna hingga akhir 2021 yaitu Suzuki dan Aprilia.
Selama 5 tahun ke depan, jumlah tersebut akan meningkat karena akan digelar balapan hingga 22 seri, bukan 20. Namun, jumlah pasti dari hibah tergantung pada jumlah balapan. Sementara pabrikan yang mengoperasikan tim satelit menerima sekitar 2 juta euro atau Rp 30,6 miliar per tahun dari Dorna. Namun, Ducati hanya mendapat 2 juta euro, meskipun mereka memasok 3 tim satelit. Karena Dorna lebih suka hanya satu tim satelit per pabrikan.
Hemat Rp 2,3 Triliun
Tidak peduli seberapa tinggi kompensasi untuk Dorna, Suzuki pasti akan menghemat jutaan euro dengan menarik diri selama 4 tahun ke depan. Pasalnya, para pengamat memperkirakan Suzuki menggelontorkan anggaran tahunan MotoGP sekitar 30 (Rp 458 miliar) hingga 40 juta euro (Rp 611 miliar). Oleh karena itu mereka akan menginvestasikan hingga 200 juta euro (Rp 3 triliun) di kelas utama pada akhir 2026. Keluarnya Suzuki akan menghemat banyak uang, meskipun tahap pertama 40 juta untuk 2022 telah terlanjur diinvestasikan.
Akhirnya, Suzuki Racing Corporation meluncurkan perusahaan balap sendiri bernama Suzuki Racing pada tahun 2019. Mengikuti pabrikan lain seperti Honda Racing Corporation, Ducati Corse, Yamaha Motor Racing, Aprilia Racing dan KTM Factory Racing. Divisi ini mengendalikan semua kegiatan balap pabrikan.
Jika dihitung dengan matematika sederhana, Suzuki harus menghabiskan 160 juta euro (Rp 2,4 triliun) lagi untuk MotoGP selama 4 tahun ke depan. Yang dipertanyakan, apakah di masa depan mereka masih mampu meraih gelar juara lagi? Melawan Ducati, Yamaha, Honda, Aprilia, KTM dan sebagainya. Pada saat yang sama, anggaran meningkat termasuk gaji pembalap.
Berapa Suzuki akan membayar Dorna? 5, 10, 25, 20 atau bahkan 30 juta euro? Tidak ada yang tahu. Tidak ada yang bisa memperkirakan itu. Sebagai pengingat, bahkan di Formula-1, masalah dengan pabrikan seperti Toyota, BMW dan Renault. Tidak pernah diketahui berapa jumlah denda hukuman kontrak harus dibayar.
Jadi Suzuki mungkin akan menghemat 150 juta euro, yang kemudian dapat digunakan untuk biaya penelitian dan pengembangan terutama di e-mobility. Divisi sepeda motor Suzuki yang menyusut telah kehilangan konsep dan model inovatif selama bertahun-tahun, dan pangsa pasar di seluruh dunia juga jatuh.
Ketika berbicara tentang motor sport kelas atas, Suzuki kalah unggul dari merek-merek seperti BMW, Ducati dan KTM selama 15 tahun terakhir. Tanpa partisipasi dalam seri balap motor bergengsi, Suzuki akan terus tertinggal dalam hal inovasi teknis. Konsep ‘Menang pada hari Minggu, menjual pada hari Senin’ akan segera menjadi kenangan dari masa lalu bagi Suzuki.