RiderTua.com – Iker Lecuona belum bisa membalap dengan kekuatan alaminya.. Lecuona melewatkan tiga balapan pertama dan terakhir musim MotoGP 2020. Dia hanya membalap 7 kali dalam musim 2020 (14 seri). Pembalap Tech3 KTM itu tahu betul, di mana dia harus meningkatkan penampilannya. Iker Lecuona berhasil tiga kali masuk 10 besar di musim MotoGP pertamanya, pada tahun 2020. “Tahun lalu sangat penting sekaligus sangat sulit bagi saya,” kata pembalap asal Spanyol dari tim Tech3-KTM itu. Salah satu kelemahannya adalah masalah fisik, meski secara teknik bagus.. Bahkan pernah menjadi acuan pembalap KTM di GP Aragon-2.. “Set-up Iker Lecuona membantu kami.. Akibat pengaturan (set-up) Iker sangat membantu semua motor KTM. Semua motor kami menjadi lebih baik, ban depan menjadi lebih baik. Dan seluruh paket bekerja dengan baik,” ujar Espargaro saat itu.
Lecuona Belum Bisa Membalap dengan Kekuatan Alaminya

“Sebagai rookie saya sering jatuh. Semua orang di tim bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang bagus. Bos tim Herve Poncharal banyak membantu saya dan tidak pernah kehilangan kepercayaan pada saya. Saya keluar dari Kejuaraan Dunia Moto2 dan tersandung secara fisik dan mental. Saya tidak bisa menyelesaikan lima lap terakhir balapan seperti yang saya lakukan di awal. Itulah mengapa, musim dingin ini saya memfokuskan untuk meningkatkan diri saya secara signifikan di bagian ini. Ini sangat penting di kelas MotoGP,” imbuhnya.
Lecuona segera menyadari, bahwa dia tidak selalu bisa membalap dengan kekuatan alaminya. Pembalap termuda KTM itu mencoba menganalisa, “Tergantung cuaca dan trek. Kadang-kadang saya sangat kuat dalam pengereman dan tersandung masalah di bagian ini pada race berikutnya. Jika saya harus memilih kekuatan, maka saya akan memilih saat masuk ke tikungan, saya selalu pandai dalam hal itu. ”
Baca : Set-up Iker Lecuona Membantu KTM
Dia mencapai puncak tahun ini dengan berada di peringkat 9 dan 10 di Red Bull Ring-Spielberg. “Trek dengan tiga lintasan lurus ini luar biasa. Di sana saya bisa menggunakan tenaga mesin secara penuh, di trek lain saya hanya perlu membuka gas 100 persen selama satu putaran selama 2 detik.”
“Dan kemudian saya mengerem dengan cakram karbon. Titik pengeremannya sama dengan mesin Moto2. Tetapi saya bisa sampai di sana dengan kecepatan lebih dari 70 km/jam. Bagi saya ini masih sulit dipercaya. Awalnya saya mengira itu tidak mungkin terjadi,” pungkas pembalap berusia 21 tahun itu.