RiderTua.com – Tangis Oliveira dan Neneknya dibayar dengan senyum bahagia. Dia berujar saat mengunjungi neneknya mereka tidak bisa berdekatan, mereka hanya bisa menangis, “Aku dan nenekku menangis,” ujarnya… Namun setelah memenangkan balapan MotoGP yang keduanya di trek kandang di Portimao-Portugal, kini semua berakhir dengan senyuman bahagia. “Tahun depan akan lebih sulit,” ujar pembalap berusia 25 tahun itu.
Tangis Oliveira dan Neneknya Dibayar dengan Senyum Bahagia

“Ini kejuaraan yang ketat. Tahun ini balapan sedikit berbeda dari biasanya, dan daya saing pembalap dan tim juga berbeda. Tim satelit bisa naik podium dan bahkan memenangkan perlombaan. Dan akhir pekan menjadi tidak terduga. Satu hal yang jelas, Anda harus selalu menunjukkan yang terbaik. Dan tahun depan akan lebih sulit untuk menjadi luar biasa. Atau mungkin prediksi saya bisa salah,” tutur Oliveira.
“Di Austria saya mengamankan kemenangan dengan manuver menyalip di lap terakhir, emosinya sangat berbeda. Ada banyak adrenalin yang mengalir saat itu. Tidak ada pertarungan di Portimao, ini tentang menjaga emosi selama balapan dan tetap tenang.”
Untuk beberapa lap, pembalap KTM itu berada antara 3 dan 4 detik di depan pengejarnya, “Sangat menyenangkan saya berhasil. Saya bahkan tidak melihat papan pit untuk tiga lap pertama, saya ingin menarik langkah saya dan mengendalikan diri saya. Setelah lap pertama saya unggul setengah detik dan kemudian secara bertahap memperbesar keunggulan saya. Saya berhasil memimpin selama 10 lap terakhir. “

Kemenangan di Depan Tribun Kosong
Sayang bagi Oliveira, kemenangannya tak bisa disaksikan langsung oleh 100.000 penggemar di Autodromo Internacional do Algarve. Karena peraturan resmi protokol kesehatan, balapan berlangsung di depan tribun yang hampir kosong.
“Kami semua harus bertahan dalam ‘gelembung’ ini. Saat kami di rumah, kami harus memilih siapa yang dapat kami lihat dan siapa yang tidak. Saya tahu bahwa pembalap lain harus berkorban lebih besar daripada saya. Karena mereka sudah lama tidak bertemu keluarga mereka.”
“Saya mengunjungi nenek saya minggu ini, tetapi saya harus tetap berada di jalan (tak masuk ke rumah), kami berdua menangis. Tidak menyenangkan, bagaimana kami harus hidup sekarang. Tapi itulah kenyataan dan kami harus beradaptasi dengan kondisi seperti ini. Pada akhirnya, saya memiliki hak istimewa untuk dapat berbagi emosi saya dengan beberapa orang dari keluarga saya untuk merayakan kemenangan ini.”