RiderTua Mobil – Nilai tukar dolar terhadap rupiah merangkak naik. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan di semua sektor, tak terkecuali industri otomotif. Banyak produsen yang mengeluhkan hal tersebut, termasuk Rolls-Royce. Dolar naik produsen mobil mewah ‘menjerit’.
Baca juga: Dolar Amerika Tembus Hampir Rp 14 Ribu, Bagaimana Dunia Otomotif ?
Konsumen Bisa Memakluminya?
Jika dolar naik, maka mau tak mau harga mobil bisa ikut naik pula. Hal ini tak hanya dirasakan produsen mobil biasa tetapi juga produsen mobil mewah. Harganya mahal karena harus diimpor dari luar Indonesia, belum lagi pajak barang mewah yang dibebankan semakin membuat harganya selangit. Sehingga mayoritas pembelinya merupakan milyuner. Tak sembarang orang tentu saja.
Donny S. Makalew selaku GM Rolls Royce Motor Cars Indonesia mengatakan
“Dolar melambung tinggi, matilah kita”
Meskipun demikian, Rolls-Royce percaya kalau setiap konsumen Indonesia memiliki cara sendiri dalam menyikapinya. Seperti memiliki planning financial (rencana keuangan), jika ada yang membeli maka berarti keadaan finansialnya cukup (berlebih malah).
Ada juga konsumen yang datang ke dealer, lihat dulu, kemudian dipikir dan dihitung baru diputuskan jadi beli apa tidak. Dan ada juga yang nunggu sampai dolar bisa turun.
Saat ini, kedudukan Rolls-Royce di Indonesia semakin mengkhawatirkan seiring dengan banyaknya model baru berdatangan dari produsen lain, seperti Lamborghini atau Range Rover.
Land Rover memang unggul dalam hal mobil SUV mewah sehingga banyak diminati konsumen Indonesia. Untuk menghadapinya, Rolls-Royce berencana membawa SUV Cullinan ke Indonesia. Kedatangan Cullinan diharapkan bisa menarik perhatian konsumen Indonesia kembali. Cullinan akan hadir di tahun depan, atau perkiraan mulai debut perdana di GIIAS 2019 mendatang.
