RiderTua.com – Sejak 2023 Yamaha belum mampu menghadirkan motor pemenang seperti yang dituntut Fabio Quartararo. Paolo Pavesio (Direktur Balap Yamaha) bisa memahami situasi atas situasi yang dihadapi El Diablo dari sisi manusiawi.
“Dari sudut pandang manusia, saya memahami rasa frustrasi di saat-saat tertentu. Tapi kami semua profesional dan menjalani perjalanan ini bersama-sama. Kami menawarkannya kesempatan untuk membalap untuk Yamaha, dan dia menerimanya.”
Paolo Pavesio: Terlalu Banyak Mengeluh di Depan Publik Tidak akan Membantu Komitmen Perusahaan, Nyindir Quartararo Nih Bos???

Sebelum direkrut Yamaha untuk naik ke MotoGP, Fabio Quartararo hanya menempati peringkat 10 dalam klasemen di Moto2 di tim Speed Up. Beberapa pengamat MotoGP mengkritisi keputusan Yamaha tersebut, mereka menganggap Quartararo belum layak dipromosikan ke kelas utama. Namun rider asal Prancis itu berhasil membungkam kritikan tersebut dengan menjadi juara dunia MotoGP pada 2021 dan runner-up pada 2022. Dia berhasil memenangkan 11 Grand Prix, total meraih 32 podium, dan 21 pole position.
Namun sejak 2023, M1 mengalami kemunduran performa. Quartararo hanya menempati peringkat 13, 10, dan 9 di klasemen dalam 3 tahun terakhir. Rasa frustrasi membuatnya sering mengatakan bahwa dia ingin hengkang dari Yamaha di media. Namun pabrikan berlogo garpu tala itu ingin mempertahankannya dengan memberinya nilai kontrak yang fantastis sekaligus menyakinkannya bahwa meraka akan segera memberi Quartararo motor yang kompetitif. Bahkan saat ini dia menjadi pembalap MotoGP dengan gaji paling tinggi di grid, dengan nilai mencapai 12 juta Euro atau Rp 206 miliar per tahun.

Musim ini, Quartararo kembali mengeluhkan motornya. Bahkan dia sempat mengancam Yamaha jika dia tidak mendapatkan motor pemenang pada 2026, maka dia akan membuka negosiasi dengan pabrikan lain untuk 2027. Bahkan kehadiran mesin V4 yang baru, tidak membuat El Diablo tersenyum. Jelas Yamaha tidak senang atas hal ini.
Paolo Pavesio menjelaskan, “Apa yang dia capai dalam 4 tahun pertama sungguh luar biasa, karena paket yang diberikan memungkinkannya untuk melakukannya. Di sisi lain, 2023 dan 2024 adalah tahun-tahun yang sangat buruk. Meski di tahun terburuk, kami menegaskan kembali komitmen kami satu sama lain. Pada 2025, kami membuktikan bahwa kami mampu membalikkan keadaan.”

“Saya akan memberikan beberapa data. Ini juga berkaitan dengan bakat membalap Fabio yang luar biasa. Tahun lalu selisih rata-ratanya dengan pole position adalah 1,3 detik. Tahun ini meningkat menjadi 0,35 detik. Dia 5 kali meraih pole position dan 10 kali start dari front row. Motornya jelas jauh lebih cepat dalam flying lap, memang sebagian berkat dirinya.”
“Motornya juga lebih cepat dalam sprint dan sedikit lebih cepat dalam balapan jarak jauh. Namun semakin lama balapan berlangsung, semakin sulit bagi kami. Tapi terlalu banyak mengeluh di depan publik, tidak akan membantu komitmen perusahaan. Kami bekerja, karena kami sebagai perusahaan berkomitmen untuk itu.”
“Kami yakin bisa membangun motor yang lebih baik, yang pada akhirnya mungkin bisa meyakinkan Fabio untuk tetap bersama kami. Tapi kenyataannya tidak. Komitmen kami adalah untuk Yamaha. Kami punya seorang juara dunia yang merupakan bagian yang sangat penting dari proyek kami. Jika kami melakukan sesuatu yang menguntungkan semua pembalap kami, maka kami akan mendapatkan hasil yang positif. Dalam olahraga adu mekanik, tidak ada yang namanya ‘magic’,” imbuh bos asal Italia itu.

Menurut Pavesio, Yamaha berkomitmen penuh untuk kembali ke puncak. “Kami telah merestrukturisasi departemen balap dengan orang-orang baru, kami punya tim baru, dan juga proyek Moto2. Semua ini akan membawa kami ke masa depan yang cerah. Kami punya visi jangka panjang dan berusaha untuk meningkatkan diri setiap akhir pekan dan di setiap balapan. Semakin baik performa kami, semakin baik pula untuk merek dan para pembalap,” jelas pengganti Lin Jarvis itu.
“Secara keseluruhan, ini menciptakan atmosfer yang positif. Keluhan yang disampaikan ke publik bukanlah bagian dari proses yang sehat ini. Dalam hubungan apapun, momen-momen sulit itu wajar. Tetapi secara teknis, saya yakin titik terendah kami adalah tahun lalu. Kami lebih berkomitmen pada MotoGP daripada sebelumnya dan ingin kembali ke puncak. Begitulah kenyataannya, dan Yamaha tidak bisa berbuat lebih dari itu. Trek bagaikan ‘hakim’ bagi kami dan begitulah dunia balap,” pungkas Pavesio.






