RiderTua.com – Ketika kepala kru Paul Trevathan ditanya, bagaimana perbandingan antara Pedro Acosta dengan pembalap KTM lainnya? Insinyur asal Selandia Baru itu menjawab, “Misalnya, dengan set-up yang sama persis pembalap lain bisa menaiki motornya tetapi mereka belum tentu bisa melakukan apa yang Pedro lakukan. Tapi ketika Pedro menaiki motor mereka, dengan mudah dia bisa melakukan hal yang sama karena dia sangat mudah beradaptasi.”
Sebagai informasi, penampilan Acosta pada debutnya di MotoGP sangat mengesankan. Rider asal Murcia Spanyol itu meraih total 9 podium dalam sprint race dan grand prix hari Minggu. Rookie dari tim Tech3 KTM itu menyelesaikan musim di peringkat 6 hanya terpaut 2 poin dari pembalap tim pabrikan KTM Brad Binder yang berada di peringkat 5 dalam klasemen keseluruhan. Ini merupakan peringkat rookie tertinggi di MotoGP sejak Fabio Quartararo yang menyelesaikan debutnya di Yamaha di peringkat 5 dalam klasemen musim 2019.
Kepala Kru Paul Trevathan : Pembalap KTM Lainnya Tidak Bisa Melakukan Apa yang Dilakukan Acosta dengan Motornya
Sepanjang musim 2024, Pedro Acosta mampu mengeluarkan lebih banyak potensi dari paket RC16 dibandingkan pembalap KTM lainnya. Menurut Paul Trevathan, kemampuan adaptasi merupakan kelebihan rider berusia 20 tahun itu.

Trevathan menjelaskan, “Dia banyak latihan, yang paling saya apresiasi karena dia tidak melihat dirinya sebagai atlet tapi melihat dirinya sebagai pengendara sepeda motor. Jadi dia tidak ingin menjadi pelari maraton, dia tidak ingin menjadi pesepeda profesional, dia ingin mengendarai sepeda motor. Jadi, latihan dan pemahamannya adalah tentang bagaimana cara menjadi cepat di atas motor.”
“Kemudian dia berlatih dengan begitu banyak disiplin ilmu yang berbeda, yang membuatnya selalu dituntut untuk beradaptasi. Dan adaptasi ini terjadi di lintasan balap, di mana motor tidak harus sempurna. Menurutnya motor tidak akan pernah sempurna. Jadi, dia selalu dapat beradaptasi di atasnya. Dan bagian ini fantastis. Dan sebagai seorang teknisi, kita hanya perlu mencapai 90 persen dan dia akan mengambil 10 persen tambahan darinya,” imbuh Paul.
Trevathan juga menegaskan bahwa pada akhirnya dia sebagai kepala kru hanya memastikan tidak mengacaukannya dan kemudian Acosta dapat mengurus sisanya. Namun, mungkin untuk pengembangan atau hal-hal seperti itu mereka bisa sedikit terhambat. “Misalnya, seperti apa yang terjadi dengan Honda dan Marc Marquez, di mana seseorang memiliki kemampuan untuk membawanya ke level lain yang tidak dapat dilakukan orang lain. Tapi ketika kehilangan kemampuan itu dan tiba-tiba motornya terlihat biasa saja. Jadi, ini sulit dipahami oleh perusahaan,” ungkap Paul.
Mantan kepala kru Pol Espargaro itu menambahkan bahwa Pedro memiliki sesuatu yang sangat-sangat unik di dunia. Di dalam garasi dia sangat tenang, namun dia selalu bersemangat. “Saya yakin, saat-saat balapan dia sering mengumpat karena dia adalah karakter yang cukup ceplas-ceplos. Tetapi dalam hal profesionalisme di dalam garasi, dia luar biasa. Dan dia tidak pernah menyalahkan apa pun. Ada berita yang mengatakan bahwa kami tidak banyak mengganti motor, dan itu benar,” ujar Paul.
Teknisi yang tinggal di Eropa mulai 1991 itu menambahkan, “Namun faktanya adalah saya sering berkata kepadanya, ‘lihat kawan, saya selalu di sini’. Dan dia menjawab ‘ya tapi saat saya membutuhkanmu saya akan meminta, tapi biarkan saya melakukan apa yang saya bisa’. Dan ini adalah pembelajaran bagi kami sebagai perusahaan dan saya sebagai teknisi, untuk memahami bahwa jika saya mengubah sesuatu di antara sesi dan kemudian dia bisa tambah cepat 0,5 detik di atasnya, maka apakah itu karena motornya atau saya?”
“Jadi, pada akhirnya kita hanya saling bertentangan. Jadi, lebih baik mengatakan ‘oke, lakukan apa yang kamu inginkan dan kemudian saat kamu dalam kesulitan, datang dan beri tahu saya’. Dan kami bekerja dengan cara ini dan itu sangat-sangat bagus,” pungkas Paul Trevathan.