Home MotoGP Takaaki Nakagami : Krisis Terbesar Honda dan Karir Balapku

    Takaaki Nakagami : Krisis Terbesar Honda dan Karir Balapku

    RiderTua.com – Takaaki Nakagami menjalani tahun keenamnya bersama Honda MotoGP di tim satelit LCR Idemitsu. Mengenai situasi secara keseluruhan di Honda, pembalap asal Chiba-Jepang itu mengatakan, “Sejauh ini, ini merupakan musim yang sangat sulit dengan banyak crash dan cedera. Dan hasilnya, saya hanya tiga kali masuk 10 besar. Jadi ya, ini musim yang sangat sulit.”

    Yang paling mengejutkan adalah, tampaknya tidak ada seorang pun di Honda yang menyadari badai ‘tsunami’ ini akan datang, yang kini telah menghancurkan pabrikan yang selama bertahun-tahun terbiasa dengan kesuksesan itu.

    Ketika Taka ditanya, apakah tidak ada tanda-tanda bahwa apa yang terjadi sekarang akan datang? Setelah diam sejenak untuk berhati-hati dalam memilih kata-kata, Taka menjawab, “Pada tahun 2022 kami memulai kesulitan. Kami mulai menderita di beberapa balapan akhir pekan, meskipun tidak di setiap balapan. Sebagai seorang pembalap, saya percaya bahwa situasi tersebut tidak muncul begitu saja pada tahun 2023, tetapi merupakan sesuatu yang berlarut-larut sejak tahun 2022.”

    Takaaki Nakagami : Krisis Terbesar Honda dan Karir Balapku

    “Saya berada tepat di belakang Marc (Marquez) ketika dia crash saat pemanasan. Saya tidak melihat sesuatu yang aneh dari belakang. Marc tidak melewatkan apex atau melakukan kesalahan apa pun. Hanya roda belakang yang slip dan kemudian mengalami highside yang keras,” ujar Taka Nakagami setelah pembalap berjuluk Baby Alien itu crash untuk kelima kalinya dalam kurun waktu sekitar 40 jam di GP Sachsenring.

    Honda RC2132V-nya membuat Marc terlempar ke udara di tikungan 7 setelah hanya melahap dua lap dalam sesi pemanasan GP Jerman, menabrak dengan keras dan mengalami patah ibu jari kiri, pergelangan kaki kanan memar, dan tulang rusuk patah. Cedera yang memaksanya melewatkan balapan utama di Sachsenring dan Assen. “Saya berada di saat tersulit dalam karir saya,” ungkap juara dunia MotoGP 6 kali itu dengan sedikit kesal.

    Nakagami mengakui bahwa dia sendiri juga takut mengalami highside serupa. “Saya berada di belakang Marc saat dia jatuh. Saya menunggangi motor yang sama dan beberapa kali merasa bahwa hal yang sama dapat terjadi pada saya. Saya sangat dekat dan tidak hanya di Tikungan 7, tapi juga di Tikungan 5, 6, 8 dan juga di Tikungan 10 dan 11,” ungkap rider berusia 31 tahun itu.

    Taka menambahkan, “Roda depan motor kami terus collaps, bagian belakang sangat tidak stabil, motor terus bergerak liar. Jadi sangat sulit. Saat kita berbelok ke tikungan, kita kekurangan cengkeraman di bagian depan dan mudah terjatuh. Dan begitu kita menarik gas dan tidak ada grip di bagian belakang, roda belakang mulai berputar/spin. Saya tidak tahu apakah itu masalah mekanik atau elektronik, tetapi dalam hal apapun itu sangat sulit untuk ditangani.”

    “Saya tahu, satu-satunya jalan keluar adalah tetap bekerja tapi kelemahan motor kami hanya ada di sana. Kita bisa melakukan fast lap dengan sangat mudah, ibaratnya sambil memejamkan mata saja bisa tapi kita tidak bisa melakukan keseluruhan balapan seperti itu. Saat kita melewati limit, kita berakhir di gravel trap,” lanjut pembalap LCR Honda itu.

    Tahun 2022 menjadi musim di mana HRC (menurut klaim mereka sendiri) memperkenalkan konsep motor baru. Apakah RC213V 2021 sudah mencapai batasnya dalam hal pengembangan? “Tidak… Tidak. Motor 2021 cukup bagus. Itu sangat kompetitif di beberapa balapan. Kemudian motor 2022 merupakan perubahan konsep yang lengkap,” elak Taka.

    Apa yang berubah bagi pembalap? “Feeling. Saya masuk ke MotoGP pada 2018 dan setiap tahun mereka mengganti motor dan membawa motor baru. Konsep umumnya selalu tetap sama, hanya karakter mesin yang berubah yakni mesin memiliki torsi lebih besar, penyaluran tenaga berbeda. Sebaliknya sasis dan nuansa roda depan dan belakang tetap sama,” jawab rekan setim Alex Rins itu.

    Takaaki Nakagami
    Takaaki Nakagami

    “Motor 2022 saat itu sangat berbeda di semua level. Sasis, geometri, kesan depan dan lain-lain. Motor telah kehilangan DNA Honda, jadi saya harus mengubah gaya balapku yang telah saya pelajari 4 tahun sebelumnya,” imbuhnya.

    Dengan kata lain, Taka harus mempelajari kembali cara mengendarai motor? “Ya, jujur saya melakukan hal itu. Motor 2022 sangat berbeda sehingga saya harus belajar kembali. Pada 2018 dan kemudian 2019, 2020 dan 2021, motor selalu memiliki satu karakter, tetapi tiba-tiba semuanya berubah baik grip di roda belakang, feeling di depan. Semuanya berubah,” jawab Taka.

    “Saya ingat, sangat terkejut ketika pertama kali mengujinya di Jerez pada tes pramusim usai balapan terakhir musim 2021. Setelah lap pertama saya berpikir, ‘Oh, ini motor yang sama sekali berbeda. Kesan pertama tidak negatif. Saya harus mengakui bahwa saya menyukai motor yang berbeda dari yang pernah kami kendarai sebelumnya. Tetapi ketika musim 2022 dimulai.”

    “Masalah terbesar adalah, kami seperti kehilangan semua pengalaman yang telah kami kumpulkan selama bertahun-tahun. Sebelumnya kami menggunakan data yang dikumpulkan saat kami kesulitan dengan penyiapan selama akhir pekan dan itu membantu kami kembali ke jalur semula. Tapi itu tidak mungkin di tahun 2022. Kami harus menemukan solusinya sendiri di balapan akhir pekan. Itu sulit.”

    Sebuah situasi yang menyebabkan insinyur yang bertanggung jawab atas proyek MotoGP, memberikan kebebasan kepada setiap pembalap untuk mengembangkan motor mereka secara independen dari yang lain. Hal ini menyebabkan kebingungan total.

    “Ya, keempat pembalap memiliki sasis yang berbeda dan mengikuti strategi pengembangan yang berbeda pula. Setiap kepala kru menerapkan ide yang berbeda. Kami tidak dapat menyalin apa pun, kami tidak dapat bertukar data, kami bahkan tidak dapat membagikan ide kami karena keempatnya punya ide sendiri,” pungkas Taka Nakagami.

    © ridertua.com

    TINGGALKAN BALASAN

    Silakan masukkan komentar Anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini