RiderTua.com – Dalam sebuah wawancara, tes rider KTM Red Bull Dani Pedrosa memberikan komentar yang menarik tentang bagaimana mantan insinyur Ducati bekerja dan rumitnya interaksi antara pembalap dan teknisi. Saat Dani ditanya, apakah ada perubahan dalam caranya bekerja atau cara pendekatannya dengan para insinyur yang baru? “Ya, mereka memiliki sistem organisasi yang berbeda. Perubahan ini telah diterapkan di tim balap sejak tahun lalu, jadi ini adalah periode transisi,” ujar rider berusia 37 tahun itu.
Selama beberapa tahun terakhir, KTM telah berulang kali merekrut staf baru dengan menggaet mantan karyawan Ducati. Setelah Fabiano Sterlacchini (sekarang menjabat sebagai kepala teknologi untuk proyek MotoGP KTM), tahun lalu Francesco Guidotti ditunjuk sebagai manajer tim Red Bull KTM setelah sebelumnya memegang peran ini di Pramac Racing selama 10 tahun.
Baru pada 2023, KTM mempunyai ‘performance engineer’ yang kini dipegang oleh Alberto Giribuola (tahun lalu sebagai kepala kru Enea Bastianini dan sebelumnya bekerja bersama Andrea Dovizioso di tim pabrikan Ducati).
Dani Pedrosa: Lebih Sedikit Feeling, Angka Berbicara Lebih Banyak
Dani Pedrosa menjadi tes rider untuk produsen MotoGP asal Austria itu sejak 2019. Dalam sebuah wawancara, pembalap asal Spanyol itu berbicara tentang metode kerja di dalam garasi dan interaksi feeling dan angka yang tidak selalu mudah.

Mengenai perubahan dalam cara bekerja atau pendekatan dengan para insinyur yang baru, dengan panjang lebar Dani menjelaskan, “Pembalap Gasgas Pol Espargaro menjelaskan kepada saya bahwa, sekarang jadwal kerja untuk tes Sepang berubah jika dibandingkan sewaktu dulu masih di KTM. Sekarang jadwal ditetapkan oleh para insinyur dan tidak bisa diganggu gugat. Sementara pembalap dapat mengubahnya lebih awal jika dia merasa perlu.”
“Saya tidak terlalu terlibat untuk mengomentari apa yang mereka lakukan, tetapi tentu saja para insinyur memutuskan ke mana mereka ingin pergi dan apa tujuannya. Dan mereka sedang mengerjakan rencana untuk sampai ke sana. Kita perlu memeriksa informasi dengan jumlah pembalap semaksimum mungkin untuk mendapatkan tren yang benar. Ini berarti bahwa setiap pembalap memiliki feeling serupa tentang apa yang sedang diuji.”
“Ini memaksa mereka untuk menjadi sangat efisien dalam perencanaan agar dapat menyelesaikannya tepat waktu. Misalnya jika kita bermaksud mengubah sasis atau garpu suspensi. Kita harus memastikan bahwa kita mendapatkan masukan yang tepat, sehingga kita tidak perlu memesannya dan kemudian membuangnya.”
“Kita dapat menguji part-part di trek dan bekerja dengan baik, kemudian skenario lain mengikuti dan tiba-tiba kita menyadari, ‘Oh, itu gagal’. Maka kita akan memesan 5 sasis yang tidak berhasil, mungkin perlu waktu berbulan-bulan untuk membangun sasis atau kopling baru dan kemudian kita seperti, ‘Tidak, terima kasih, saya tidak menginginkannya lagi’. Meningkatkan efisiensi dalam perencanaan sangat penting untuk membuat segalanya langsung bekerja setelah part-part ini tiba,” lanjut Dani.
Bisakah dikatakan bahwa, sistem baru lebih bergantung pada penalaran matematika ketimbang feeling pembalap? Jadi lebih sedikit feeling dan angka berbicara lebih banyak?
“Ya, kita bisa mengatakan seperti itu. Para insinyur mencoba memahami pembalap dengan menerjemahkan feeling menjadi sesuatu yang bisa mereka lihat. Terkadang bahasa ini sulit dipahami, terkadang malah tidak akurat. Jika pembalap tidak tahu atau tidak dapat mengekspresikannya dengan tepat, atau telemetri menunjukkannya dengan tepat, kadang-kadang agak rumit,” jawab Dani.
Lihat Juga:
Gigi Dall’igna pernah mengatakan bahwa pembalap hanyalah ‘sensor’ lain pada motor yang terkadang dapat memberikan informasi yang salah. “Ya, itu benar, itu sering terjadi. Misalnya, jika kita mengerem keras di akhir trek lurus dan merasakan bagian depan motor amblas, sementara roda belakang kehilangan kontak dengan tanah, kita merasa bahwa suspensi depan terlalu lembut, itu sudah pasti,” kata Dani Pedrosa.
Mantan pembalap Repsol Honda itu mengatakan, “Kita datang ke pit dan memberi tahu teknisi kita. Mereka memeriksa data, kembali dan memberi tahu kita bahwa kita salah dan masalahnya sebaliknya. ‘Apa yang Anda maksud dengan sebaliknya, tangan saya hampir menyentuh aspal! Saya hampir jungkir balik!’ Kemudian para teknisi melembutkan garpu dan mengirim kita keluar di trek, dan berhasil.”
“Karena masalahnya adalah spring/per terlalu keras, jadi pada titik tertentu garpu berhenti bekerja dan ban dikompresi sebagai gantinya. Dengan garpu depan yang lebih soft, dapat menempuh jarak penuh dan motor bekerja sebagaimana mestinya. Dan di atas motor kita akan bertaruh sebaliknya,” pungkas Dani Pedrosa.