RiderTua.com – Saling respek antara Pecco Bagnaia dan Fabio Quartararo bikin adem suasana. Hal ini terlihat pada hari Minggu di Valencia, ketika juara bertahan dari Yamaha itu adalah salah satu rider pertama yang mengucapkan selamat kepada pembalap Ducati itu. Setelah itu, El Diablo juga melewati tim Ducati yang bersuka cita untuk kembali mengucapkan selamat kepada sang juara dunia baru di Parc Ferme. “Rasa saling menghormati sangat besar. Dalam dunia motorsport saat ini, kita saling mengenali potensi satu sama lain, itu tepat dan bagus,” ujar Pecco Bagnaia. Apakah pembalap sekarang terlalu sopan dan kurang ‘berantemnya’ seperti pembalap dulu?..
Pecco Bagnaia: Quartararo Pembalap yang Paling Komplit
Usai GP Sachsenring, ketika jarak Bagnaia dengan Quartararo masih 91 poin, pembalap murid VR46 Academy itu menyatakan bahwa Fabio adalah pembalap yang lebih komplit. 4,5 bulan kemudian dan setelah menggenggam gelar dunia, apakah Pecco masih melihatnya seperti itu? Pecco tersenyum singkat lalu menjawab, “Ya, saya mengatakan itu di Sachsenring dan saya masih percaya bahwa Fabio adalah salah satu pembalap paling lengkap. Karena dia tidak pernah kehilangan ambisi dan kemauannya, meskipun dia memiliki motor yang lebih lambat.”
“Memang benar bahwa saya adalah pembalap Ducati pertama, tetapi dia masih bisa bertarung untuk gelar meskipun motornya punya lebih banyak masalah ketimbang saya. Saya masih percaya bahwa Fabio adalah pembalap yang lebih lengkap dibandingkan dengan saya,” ujar pemenang 7 kali musim ini.
Tetapi rider asal Turin-Italia itu juga menambahkan, “Saya telah banyak meningkat tahun ini. Saya telah tumbuh sebagai pembalap dan sebagai seorang pria. San saya pikir, saya dapat memahami situasi dengan lebih baik sekarang juga berkat bekerja dengan orang-orang saya. Saya pikir saya berada di level yang bagus dan saya berharap untuk berkembang lebih jauh.”
Faktanya, setelah paruh pertama musim yang bergejolak usai GP Jerman, Pecco tampaknya telah berubah. “Saya sangat kompetitif di Sachsenring. Seperti di Le Mans, saya memiliki kesempatan untuk memenangkan balapan, tetapi saya crash. Saat itulah saya menyadari bahwa di situlah titik kelemahan saya,” lanjut juara dunia MotoGP 2022 itu.
Rider murid Valentino Rossi itu melanjutkan, “Saya adalah seorang pembalap yang mengalami banyak pasang surut, dengan kecepatan yang baik tetapi kurang konsisten. Menerima itu tidak mudah. Namun sejak saat itu, saya menyadari bahwa saya punya masalah. Kemudian saya mencoba untuk fokus pada diri sendiri, juga terima kasih kepada tim saya di rumah yang banyak membantu saya. Saya pikir saya telah meningkat pesat musim ini.”
Bertentangan dengan rekan-rekannya, Bagnaia tidak menggunakan bantuan psikolog olahraga. “Karena saya percaya bahwa orang yang paling bisa membantu kita adalah orang-orang yang dekat dengan kita,” tegasnya.
“Saya suka ketika orang-orang di sekitar saya memberi tahu saya, apa yang mereka pikirkan dan apa yang perlu saya tingkatkan. Memang benar saya agak sulit dalam hal ini, karena awalnya saya menyangkalnya. Tapi setelah itu, saya mencoba untuk mengubah sikap saya dan berusaha untuk memahami dan menerima nasihat. Karena itu adalah nasihat untuk hidup saya. Pelatih saya, sahabat di akademi Uccio (Salucci), Vale (Rossi), Albi (Tebaldi) dan Babi, tim, tunangan dan keluarga saya sangat penting bagi saya,” pungkas tunangan Domizia Caztagnini itu.