RiderTua.com – Johann Zarco berhasil finis ke-4 dalam race utama hari Minggu di MotoGP Qatar. Meskipun hasil ini merupakan keuntungan dari penalti 16 detik yang dijatuhkan kepada Maverick Vinales, finis di posisi ke-5 akan tetap menjadi sebuah kesuksesan bagi Zarco dan Honda bahkan tanpa penalti tersebut. Hasil apik ini mengkonfirmasi lebih lanjut trek kenaikan Honda musim ini.
Selain itu, Zarco juga diuntungkan dari tabrakan antara Alex Marquez dan Fabio Di Giannantonio yang membuatnya naik dua posisi. “Insiden dengan Alex dan Di Giannantonio menguntungkan saya. Ini memungkinkan saya meninggalkan dua pesaing penting dan mengatur ritme balapan dengan lebih baik,” jelas rider asal Prancis itu.
Johann Zarco : Dengan Memanfaatkan Slipstream Saya Bisa 0,2 Detik Lebih Cepat
Namun ada momen lain yang lebih penting bagi Johann Zarco. “Fakta bahwa saya mampu tetap dekat dengan Pecco Bagnaia saat melakukan manuver menyalip Franco Morbidelli alih-alih kehilangan waktu sangatlah krusial,” ungkap rider berusia 35 tahun itu.
Zarco menerapkan strategi balapan yang cerdas. Pembalap bernomor #5 tersebut harus mengandalkan kemampuan memanfaatkan slipstream pembalap di depannya untuk mengimbangi kelemahan RC213V miliknya. “Saya tahu bahwa jika saya bisa tetap berada di belakang salah satu pembalap terdepan di tikungan terakhir, saya bisa lebih cepat 0,2 detik per lap. Jika saya membalap sendirian, saya akan kehilangan lebih banyak waktu,” jelas Zarco. Sebuah kesempatan yang tidak dapat dimanfaatkan secara konsisten oleh pembalap Honda lainnya.

Dengan torehan ini, status Zarco sebagai ‘motor penggerak’ Honda saat ini semakin kokoh. Pada akhir musim lalu, dia menunjukkan bahwa pendapat dan komentarnya menjadi semakin penting dalam pengembangan RC213V. Dan Zarco mencoba mendukung posisinya ini dengan hasil yang luar biasa. Dengan hasil apik ini Zarco bisa mengamankan tempat di tim pabrikan Honda musim depan.
“Saya senang perubahan yang saya mulai membuahkan hasil. Saya tahu saya sedang memajukan Honda. Dan saya ingin terus bersama Honda,” ujarnya.
Keputusan Zarco pindah dari tim Pramac Ducati ke tim LCR Honda musim lalu banyak yang menganggap sebagai keputusan yang konyol, mengingat Desmosedici adalah motor paling kompetitif di grid saat ini sedangkan RC213V adalah motor paling buruk dalam beberapa tahun terakhir.
Namun Zarco mengaku tidak disesali keputusannya tersebut. “Pindah ke Honda musim lalu dan membantu membangun kembali motor adalah langkah yang tepat. Fakta bahwa hal itu kini membuahkan hasil, membuat semuanya lebih menyenangkan. Dan menjadi pembalap terbaik Honda saat ini adalah konfirmasi yang luar biasa,” tegas rekan setim rookie Somkiat Chantra itu.

Zarco menambahkan, “Namun yang terpenting, ini tentang semakin dekat dengan para pembalap terdepan. Saya hanya fokus pada balapan dan melakukan yang terbaik. Begitulah yang dulu saya rasakan di Moto2 dan saya belumk pernah mengalami fase seperti itu di MotoGP.”
Tren peningkatan ini diperkirakan akan terus berlanjut di balapan akhir pekan berikutnya di Jerez pada 25-27 April mendatang. “Saya harap saya bisa menjalani akhir pekan seperti ini lagi dan bertarung untuk memperebutkan posisi 5 teratas atau setidaknya 10 besar. Karena kami akan mendapatkan beberapa suku cadang baru. Apakah kami akan menggunakannya dalam balapan atau hanya dalam tes Jerez, saya belum tahu,” pungkasnya.
Kini Zarco naik ke peringkat 6 dengan 36 poin dalam klasemen dan menjadi pembalap non-Ducati terbaik.