RiderTua.com – Jorge Lorenzo sudah 5 tahun pensiun dari MotoGP dengan menghasilkan dua gelar dunia. Mantan rider berusia 38 tahun itu mengungkapkan tentang apa yang membuat beberapa rival terberatnya begitu istimewa. Dia pernah duel melawan Valentino Rossi, Marc Marquez, Casey Stoner, dan Dani Pedrosa dalam beberapa pertarungan terbaik MotoGP.
“Dani Pedrosa, Marc Marquez, dan Casey Stoner semuanya membuat saya takjub. Dan tentu saja Valentino Rossi,” ujar Lorenzo kepada Gazzetta.
Pendapat Jorge Lorenzo Tentang Dani Pedrosa, Casey Stoner, Marc Marquez dan Valentino Rossi
Lorenzo dan Dani Pedrosa memiliki persaingan yang memaksa mereka harus ber’damai’ setelah GP Spanyol pada 2008. “Pedrosa sangat kuat di kelas 125cc dan 250cc. Dengan tubuhnya yang kecil, dia memiliki teknik yang luar biasa. Yang terpenting, dia memanfaatkan berat badannya untuk mengendarai motor. Itu sangat sulit dan dialah rider pertama yang bisa melakukannya. Kami semua meniru tekniknya,” ungkap Lorenzo.

Lorenzo menjalani musim terakhirnya di MotoGP sebagai rekan setim Marc Marquez di Repsol Honda, disaat Baby Alien berada di puncak kejayaannya. “Dengan mentalitasnya, Marquez seperti monster. Dan satu-satunya pembalap yang tidak akan memberi tahu bahwa dia suka crash. Karena tidak ada satu pun pembalap yang suka jatuh tetapi dia tidak takut jatuh, itu yang unik dari dia. Dia selalu ingin menang meskipun dalam kondisi tidak fit. Di sirkuit, bahkan jika motornya tidak bekerja dengan baik, dia punya ambisi besar. Dia selalu ingin mengalahkan rivalnya,” jelas Lorenzo.
Pada 2011, Casey Stoner berhasil memenangkan gelar dunia MotoGP keduanya sementara Lorenzo sebagai runner-up. “Stoner seorang rider dengan bakat alami. Misalnya di lintasan basah dengan bercak-bercak air, dia mengeluarkan motor dari garasi dan mampu mencatatkan rekor lintasan dimana semua rider butuh waktu 2 atau 3 detik lebih lama. Improvisasi dan kemampuan untuk melihat track limit sangat luar biasa. Sungguh bakat alami. Tidak semua pembalap memilikinya,” ujar Lorenzo.
Perseteruan Lorenzo vs Rossi mencapai puncaknya ketika dibangun tembok pemisah di garasi Yamaha saat mereka menjadi rekan satu tim. Dampak dari musim 2015 dimana gelar dunia akhirnya dimenangkan Lorenzo, masih terasa hingga saat ini.
“Valentino? Sangat lengkap. Sebagai pribadi, secara alami dia sangat pintar dan sangat karismatik. Seorang yang sangat mandiri, seorang pembalap yang bisa banyak berimprovisasi dengan motornya. Saat sedang balapan, meski lelah dia lembut dalam ngepush motornya. Dia tidak memiliki kualitas super tetapi dia sangat lengkap,” pungkas Lorenzo.