RiderTua.com – Casey Stoner terbalaskan dendamnya kepada Yamaha dengan menjadi juara dunia MotoGP 2007.. Musim MotoGP 2007 menjadi panggung bagi Casey Stoner untuk menciptakan salah satu cerita paling mengesankan dalam sejarah balap motor. Dalam tahun keduanya di kelas utama, Stoner tidak hanya merebut gelar juara dunia, tetapi juga menunjukkan kepada Yamaha bahwa keputusan mereka menarik kembali kontraknya adalah kesalahan besar. Dengan Ducati GP7 yang memiliki kelemahan signifikan, ia berhasil membalikkan situasi dan menulis sejarah baru untuk tim asal Borgo Panigale.
Casey Stoner dan Balas Dendam Manisnya kepada Yamaha di MotoGP 2007

Perjalanan Menuju Dominasi
Setelah debut di MotoGP 2006 bersama tim satelit LCR Honda, Stoner menunjukkan potensi besar meskipun musim itu diwarnai dengan banyak kecelakaan. Namun, Yamaha yang awalnya hampir merekrutnya, menarik kontraknya di menit-menit terakhir selama dua musim berturut-turut. Dalam situasi tanpa tim, Ducati datang dengan tawaran yang mengubah hidupnya. Stoner menerima tantangan untuk bergabung dengan tim pabrikan itu tanpa banyak ekspektasi selain mencoba mendapatkan beberapa podium dan mungkin satu kemenangan.
Namun, apa yang terjadi jauh melampaui harapannya. Stoner berhasil meraih sepuluh kemenangan balapan dan menutup musim dengan keunggulan 125 poin atas Dani Pedrosa. Kesuksesan ini tidak hanya mengejutkan dunia MotoGP, tetapi juga membuktikan keahliannya dalam mengatasi keterbatasan motor yang ia gunakan.
Ducati GP7: Motor dengan Karakter Unik
Stoner mengungkapkan bahwa Ducati GP7, meskipun memiliki kekuatan pada kecepatan tinggi dan stabilitas pengereman, memiliki banyak kelemahan. Motor ini sulit untuk dikendalikan pada tiga gigi awal, membuatnya kesulitan saat akselerasi di tikungan keluar. Di sirkuit yang membutuhkan daya tarik tinggi dari tikungan lambat, GP7 menjadi tantangan besar. Namun, Stoner dan timnya mampu memaksimalkan keunggulan motor tersebut, terutama di trek lurus dengan top speed yang luar biasa.
Strateginya sederhana namun efektif: memimpin balapan sejak awal dan memaksa rivalnya untuk bekerja keras mengejar. Pendekatan ini terbukti berhasil, menjadikannya pembalap terkuat di musim tersebut.

Motivasi dari Penolakan Yamaha…
Stoner tidak hanya mengendarai motor untuk menang, tetapi juga membawa semangat balas dendam yang membakar. Penarikan kontrak Yamaha di masa lalu menjadi bahan bakar ekstra baginya untuk membuktikan bahwa mereka telah membuat keputusan yang salah. Kesuksesan besar bersama Ducati menjadi jawaban atas rasa frustrasi yang pernah ia alami.
Dominasi Stoner di Ducati semakin menonjol jika dibandingkan dengan rekan setimnya, Loris Capirossi. Saat Stoner mendominasi kejuaraan, Capirossi hanya mampu mengakhiri musim di peringkat ketujuh dengan satu kemenangan di Jepang. Perbedaan mencolok ini menegaskan kemampuan luar biasa Stoner dalam menyesuaikan diri dengan karakteristik unik GP7, serta dedikasi timnya yang luar biasa. Musim 2007 menjadi bukti nyata kemampuan Stoner sebagai pembalap yang dapat mengatasi segala rintangan. Dengan kerja keras dan fokus, ia membawa Ducati meraih gelar juara dunia yang sangat prestisius, sekaligus menempatkan namanya di daftar legenda MotoGP.