RiderTua.com – Meski sudah sekitar 5 tahun tidak menunggangi motor MotoGP, Andrea Iannone mampu tampil impresif di sesi Q1. Pembalap pengganti di tim VR46 Ducati itu bahkan mampu meninggalkan lima pembalap (reguler) lain di belakangnya. Iannone nyaris kehilangan sensasi, karena putaran yang membawanya ke posisi ke-7 di Q1 dirusaknya di tikungan terakhir. Hingga saat itu, ‘the maniac’ mampu mengejar rekan setimnya Marco Bezzecchi dan bahkan berada di jalur untuk membukukan waktu terbaik.
Pembalap superbike dari tim Go Eleven Ducati itu mengatakan, “Saya rasa saya masih punya kecepatan meski di usia saya. Jadi, tidak perlu diragukan lagi. Di Q1, saya melaju dengan Bezz dan melaju sangat baik di putaran penentu tapi kemudian saya melakukan kesalahan saat mengerem di tikungan terakhir, yang membuat saya kehilangan waktu 0,3 detik.”
Andrea Iannone : Saya Menjadi ‘Raja’ Selama Lima Lap

Andrea Iannone sangat terkesan dengan motor Desmosedici GP23 yang ditungganginya. “Motor ini sangat berbeda dari yang saya tahu. Motor ini tidak ada hubungannya dengan MotoGP di masa lalu (sangat berbeda). Penanganannya sangat mengesankan. Dibandingkan dengan motor saya sebelumnya, motor ini lebih seperti sepeda,” ujar rider berusia 35 tahun itu.
Pembalap Italia itu menambahkan bahwa kemampuan motor untuk membangun cengkeraman sangat mengesankan. “Aerodinamika tentu sangat berperan. Semakin keras kita memacu motor, semakin baik motor Ducati ini melaju. Luar biasa dan sangat menyenangkan,” ujar Iannone.
Kemudian pengganti Fabio Di Giannantonio itu berani gas pol tetapi tidak mampu menyerang. Dengan finis di posisi ke-19 dalam sprint di Sepang, Iannone setidaknya meninggalkan pembalap pengganti tim Trackhouse Lorenzo Savadori di belakangnya. Dengan catatan waktu terbaiknya 1:57,7 menit Iannone berada di level yang sama dengan Raul Fernandez dan dua pembalap pabrikan Honda.
Iannone mengaitkan hasil yang diraihnya dengan kondisi fisiknya dan ketegangan yang sama sekali berbeda. “Ini benar-benar berat bagi tubuh dan saya akui bahwa saya belum siap secara fisik untuk memacu motor hingga batas maksimal. Itu terutama berlaku untuk lengan saya. Lengan saya tidak mau ikut bekerja sama. Ini sangat sulit bagi saya dalam jarak tempuh ini,” ungkap mantan pembalap MotoGP itu.
“Sangat mudah, saya hanya perlu menjawab satu pertanyaan sebelum Grand Prix. Entah saya menjadi ‘raja’ selama lima lap, menjalani lap terbaik dalam hidup saya lalu kembali ke tim di superbike. Atau, saya melaju perlahan di belakang dalam sisa balapan. Mungkin saya akan melakukan sprint di dalam sprint? Tekanannya gila dan bagi saya ini bukan tentang mengelola ban, ini tentang mengelola Andrea,” pungkasnya sambil tertawa.