RiderTua.com – Kenapa Pedro Acosta tidak menyemprotkan minuman selebrasi di podium Mandalika.. Setelah balapan MotoGP Mandalika 2024 yang berlangsung seru, perhatian penonton tertuju pada sebuah momen unik di podium: Pedro Acosta, sang pebalap muda berbakat, tidak menyemprotkan minuman selebrasi yang biasa menjadi ciri khas perayaan kemenangan di ajang ini. Momen ini mengundang berbagai spekulasi di kalangan penggemar dan media. Mengapa Acosta tidak melakukan tradisi tersebut?
Kenapa Pedro Acosta Tidak Menyemprotkan Minuman Selebrasi di Podium Mandalika 2024?
Ada beberapa alasan yang mungkin melatarbelakangi tindakan Acosta. Salah satunya adalah kesadaran akan mayoritas penduduk Lombok, lokasi diadakannya balapan ini, yang beragama Islam. Seperti diketahui, Lombok dikenal sebagai “Pulau Seribu Masjid” dengan mayoritas penduduk yang berpegang teguh pada nilai-nilai agama Islam, yang melarang konsumsi alkohol. Menghormati budaya dan tradisi lokal mungkin menjadi alasan Acosta memilih untuk tidak menyemprotkan minuman selebrasi, sebuah tindakan yang bisa dianggap kurang sensitif dalam konteks sosial masyarakat setempat.

Sebenarnya, pembalap MotoGP lainnya juga pernah menghadapi situasi serupa. Misalnya, di Qatar, negara yang juga mayoritas penduduknya Muslim, aturan negara melarang konsumsi alkohol di tempat umum, termasuk dalam acara-acara olahraga. Oleh karena itu, setiap kali MotoGP diselenggarakan di Qatar, para pembalap yang berhasil naik podium tidak diperbolehkan melakukan pesta sampanye seperti biasanya. Ini menunjukkan adanya penyesuaian terhadap aturan dan norma lokal yang kerap dilakukan oleh penyelenggara MotoGP. Namun di MotoGP Qatar tahun 2015 dibikin sampanye tanpa alkohol untuk selebrasi pemenang MotoGP.
Namun, jika melihat konteks Indonesia yang plural dan memiliki beragam agama dan budaya, tidak ada aturan resmi yang melarang penyemprotan minuman selebrasi di ajang MotoGP. Bahkan, di beberapa balapan MotoGP sebelumnya yang digelar di Mandalika, ritual ini tetap dilakukan meskipun di wilayah dengan mayoritas Muslim. Jadi, apakah alasan Acosta murni karena menghormati norma setempat, atau ada faktor lain?
Sebuah teori menarik yang bisa dipertimbangkan adalah preferensi pribadi Acosta. Bisa jadi, Acosta memang memilih untuk tidak menyemprotkan minuman selebrasi karena alasan personal atau mungkin dia tidak terlalu menyukai ritual tersebut. Di dunia olahraga, ada banyak atlet yang memiliki gaya selebrasi yang berbeda-beda, dan setiap pebalap punya kebebasan dalam mengekspresikan kebahagiaannya di podium.
Apa pun alasannya, tindakan Acosta menunjukkan betapa pentingnya menghormati keberagaman budaya dan tradisi, terutama dalam ajang internasional seperti MotoGP. Keputusan seorang pebalap untuk tidak menyemprotkan sampanye bisa jadi merupakan cara halus untuk menghargai perbedaan dan sensitivitas lokal. Ini juga menunjukkan betapa olahraga tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga jembatan yang menyatukan berbagai budaya dan nilai-nilai dari berbagai penjuru dunia.
BTW: Acosta sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait tindakannya ini, atau belum ada pertanyaan dari media… namun yang pasti, langkah yang diambilnya menambah warna tersendiri dalam perayaan kemenangan di Mandalika 2024.
Baca Juga : Berapa Harga ‘Minuman Selebrasi’ yang Disemprotkan di Podium MotoGP?