Home MotoGP Mencegah Towing di Kualifikasi MotoGP : Format Diubah Seperti Superpole?

    Mencegah Towing di Kualifikasi MotoGP : Format Diubah Seperti Superpole?

    Marc Marquez
    Marc Marquez

    RiderTua.com – Saat ini banyak pembalap MotoGP yang sengaja menunggu mencari towing di sesi kualifikasi. Hal yang sama juga terjadi di GP Inggris akhir pekan lalu. Aksi itu membuat juara bertahan Pecco Bagnaia bersikap tegas. Rider Ducati Lenovo itu mengecam aksi tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan konyol. Beberapa pembalap setuju dengan penilaiannya, namun sejumlah pembalap tidak sependapat dengannya.

    Q2 di Silverstone bukanlah kualifikasi terburuk yang menyuguhkan tindakan semacam ini. Pada balapan sebelumnya di Jerman dan Belanda, kualifikasi bisa dibilang menunjukkan contoh yang lebih ‘bar-bar’. Masalahnya, tidak ada peraturan untuk mengawasi masalah ini.

    Jika seorang pembalap diketahui telah mengganggu pembalap lain dengan cara apa pun yang dianggap tidak bertanggung jawab menurut peraturan FIM, maka dia akan dikenakan penalti. Hal itu terjadi pada Jorge Martin di Assen, ketika dia melambat di racing line di depan Raul Fernandez saat kualifikasi. Dia mendapat penalti turun 3 posisi di grid karena pelanggaran ini, namun dia hanya turun ke posisi ke-5 saat start dan itu adalah penalti yang hanya berlaku untuk balapan utama.

    Bukan bagian dari konten editorial.

    Mencegah Towing di Kualifikasi MotoGP : Format Diubah Seperti Superpole

    Akhirnya Raul Fernandez tertinggal di posisi ke-11. Meski satu lapnya sempat terganggu, namun si pelanggar tetap start di depannya di grid. Martin finis ke-2 di balapan utama, sementara Fernandez finis ke-8 hanya kalah 20 detik darinya. Dalam kasus Stefan Bradl (tes rider Honda) yang tampil dengan wildcard di Jerman, dia ‘menyeberang’ pada Q1 di tikungan 2 dan mencoba memotong ke luar lintasan namun justru menghalangi jalan Marc Marquez. Namun hukumannya cukup menggelikan.

    Kualifikasi dari posisi ke-2 hingga terakhir, penalti grid membuatnya menjadi yang terakhir. Sedangkan Marquez terpaksa start di posisi ke-13 karena waktunya terganggu saat Q1 dan tidak lolos ke Q2. Pelanggaran dan hukumannya tidak seimbang. Pelanggar berulang akan mendapat long lap penalti, tapi itu pun hukuman yang ringan mengingat keseriusan masalahnya.

    Kurangnya pencegahan dalam kasus pembalap yang menunggu pembalap lain untuk mengikuti di belakangnya (mencari towing), aturan seperti ‘area abu-abu’ yang akan terus dieksploitasi. Suka atau tidak suka, kita tidak bisa menyalahkan pembalap atas hal itu.

    Bukan bagian dari konten editorial.
    Marc Marquez - Jorge Martin
    Marc Marquez – Jorge Martin

    Solusi yang Mungkin Dilakukan

    Solusi yang paling jelas adalah aturan yang sudah diterapkan di kelas Moto2 dan Moto3. Dalam kasus terakhir, slipstreaming sangat penting untuk membukukan catatan waktu. Dan dalam beberapa tahun terakhir, adanya sekelompok pembalap yang melambat di racing line untuk mencari towing adalah tindakan yang sangat berbahaya.

    Penerapan catatan waktu minimum per sektor diberlakukan (Setiap waktu sektor tidak boleh lebih dari 110% dari waktu terbaik pribadi pembalap untuk sektor tersebut), jika lebih rendah dari itu maka akan mengakibatkan perubahan skala hukuman. Dan jika ada pelanggaran yang berulang maka akan diberikan sanksi yang lebih berat hingga larangan balapan (diskualifikasi). Namun faktanya, hal itu tidak menghilangkan perilaku tersebut. Karena ada banyak sesi di Moto3 di mana banyak pembalap mendapat penalti sebagai akibatnya. Tetapi betapa mengejutkannya ketika mereka melihat para pembalap MotoGP melakukan hal yang sama tapi lolos dari hukuman begitu saja?

    Aleix Espargaro (Aprilia) mencetak pole time sendirian di Silverstone. Di GP Inggris, rider berusia 34 tahun itu mengatakan bahwa penerapan sistem Moto2 atau Moto3 di MotoGP sebelumnya telah dibahas beberapa kali di komisi keselamatan. Namun tidak semua pembalap menyetujuinya. Dan masalah itu tetap tidak terselesaikan.

    Jika sistem Moto2 atau Moto3 tidak dapat disepakati, mungkin hukuman bagi pembalap yang tidak bertanggung jawab harus lebih berat. Tidak ada tindakan yang dianggap tidak bertanggung jawab selama sesi Q2 di Silverstone, namun adanya pembalap yang melambat di trek lurus Wellington pada 5 menit terakhir akan lebih kecil kemungkinannya jika pengawas balapan menghukum semua rider dalam bentuk start pitlane atau penalti ride-through jika ada seorang pembalap yang menghalangi jalan siapa pun.

    Penalti grid (kecuali dipaksa untuk start dari belakang grid) tidak selalu merupakan suatu hukuman. Seperti yang telah beberapa kali ditunjukkan Marc Marquez tahun ini, di masih bisa naik podium dengan start dari luar 12 besar. Terpaksa start dari pitlane setidaknya merupakan kerugian yang signifikan, sementara ride-through (lewat jalur pit lane) untuk sesuatu yang sama berbahayanya dengan melambat di racing line cukup merusak balapan untuk memberi pelajaran kepada seseorang.

    Dan jika kelas MotoGP dimintai pertanggungjawaban, hal ini akan berdampak pada menurunnya posisi mereka terutama di Moto3 di mana banyak pembalap berhasil mengatasi long lap dan penalti grid untuk bisa bersaing meraih kemenangan.

    Jorge Martin - Marc Marquez
    Jorge Martin – Marc Marquez

    Mengubah Format Kualifikasi

    Usai GP Silverstone, banyak yang menyarankan untuk mengubah format kualifikasi. Banyak komentator dan penggemar menyerukan sistem Superpole sebagai satu-satunya cara untuk menghentikan masalah tersebut.

    Ini adalah sesuatu yang memecah pendapat di antara para pembalap, dan Marquez menyebutnya  sebagai sesuatu yang ‘membosankan’. Sistem satu per satu masih digunakan di beberapa event di British Superbike, sehingga ada acuannya.

    MotoGP juga dapat mengembalikan format kualifikasi lamanya, yaitu sesi berdurasi 1 jam. Menambah waktu lintasan memberi waktu bagi pembalap untuk melakukan set-up dan mengurangi kebutuhan untuk mencari towing, sementara best lap dapat ditentukan kapan saja.

    Namun peralihan format kualifikasi MotoGP saat ini  ke format adu penalti dua grup berdurasi 15 menit, sebagian besar menghasilkan lebih banyak kesepakatan daripada alternatif lain yang disebutkan di atas. Jadi, merusak tontonan sesi tersebut demi memperbaiki masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan mudah melalui sanksi yang lebih keras atau perubahan peraturan, sepertinya merupakan penyelesaian.

    © ridertua.com

    Iklan pihak ketiga – bukan bagian dari konten editorial.

    TINGGALKAN BALASAN

    Silakan masukkan komentar Anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini