RiderTua.com – Terlepas dari apakah itu tim LCR atau tim pabrikan, semua pembalap Honda MotoGP sama-sama kecewa atas performa RC213V. Begitu juga Luca Marini dan Johann Zarco, dua pendatang baru yang diharapkan membawa pengalaman dari Ducati yang merupakan motor terbaik di grid saat ini ke Honda yang sedang terpuruk.
Sungguh ironis pabrikan berlogo sayap itu kehilangan bintangnya Marc Marquez, dua timnya hanya berada di posisi terakhir dalam klasemen tim sebelum libur musim panas, peringkat pembalap juga tidak lebih baik, parahnya lagi Honda kehilangan sponsor utama tim pabrikan nan bersejarah Repsol pada akhir tahun. Musim Honda benar-benar bencana.
Luca Marini : Tidak Menyangka akan Mengalami Begitu Banyak Masalah
Pabrikan Jepang yang dulu superior itu kini begitu jauh tertinggal di MotoGP sehingga kesulitan memperoleh poin bahkan masuk di 10 besar hampir tidak mungkin. Yang paling menyedihkan, saat ini rivalnya Yamaha lebih kompetitif dibandingkan Honda.

Pada hari Sabtu di Sachsenring, Taka Nakagami juga mengkritik performa Honda. Tapi hampir semua pembalap Honda sudah mengeluhkannya dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini menggambarkan betapa putus asanya tim LCR dan Repsol, persaingan dengan merek lain telah melangkah terlalu jauh.
Luca Marini yang berada di peringkat pembalap terburuk dengan hanya mencetak 1 poin, mengatakan, “Saya tidak menyangka akan mengalami begitu banyak masalah di awal musim.”
Tampaknya bukan berarti versi RC213V saat ini tidak dapat dikendarai. Sebuah kesimpulan yang masuk akal setelah beberapa kali mengalami crash, terutama di awal musim dan dalam beberapa tahun terakhir.
Baru-baru ini Zarco mengatakan sebaliknya, “Sebenarnya sangat menyenangkan mengendarai motor kami, hanya saja saat ini belum cukup cepat. Yamaha dulu punya karakter yang sangat mirip. Motor Jepang ini dirancang untuk membuat kita menguasai motor dengan sangat cepat.” Rider LCR itu membandingkannya dengan Yamaha M1, yang dikendarainya di awal karier MotoGP-nya bersama tim Tech3.
Ini sebenarnya keunggulan dari dua motor Jepang tersebut, bahkan dibanding Ducati. Desmosedici yang saat ini dikendarai oleh 4 pembalap terbaik di klasemen pembalap pada berbagai tahap pengembangan, lebih sulit dikendalikan.
Zarco yang mengendarai motor Ducati untuk tim Avintia dan Pramac selama 4 musim terakhir mengatakan, “Karakter Ducati berbeda. Sebenarnya tidak semudah itu dikendalikan, tetapi kita tetap bisa mencapai catatan waktu yang cepat. Kita harus terbiasa dengannya.”
Kepercayaan pada motor adalah dasar untuk hasil yang baik. Bukan hanya sekedar omong kosong, Zarco berbicara berdasar dari pengalaman yang menyakitkan yang dialaminya. “Pada 2019, di KTM saya terkadang takut. Hari ini lebih baik dan memberi kami harapan,” pungkas rider berusia 33 tahun itu.