RiderTua.com – Biasanya harga baterai pada suatu mobil ramah lingkungan dapat mempengaruhi harga jualnya. Atau paling tidak komponennya yang masih didatangkan dari luar negeri, sehingga menyebabkan banderolnya juga ikut mahal. Disebutkan harga baterai bisa melebihi atau setara dengan satu unit mobil. Untuk baterai yang dipakai oleh Hyundai, harganya bisa tembus lebih dari Rp 300 jutaan.
Harga Baterai Mobil Listrik Dapat Bervariasi di Pasarnya
Mobil listrik biasanya dapat menjadi pilihan bagus dalam mengurangi emisi yang dihasilkan oleh mobil konvensional. Hanya saja kendalanya yaitu harga baterainya yang dapat mempengaruhi harga jual suatu mobil listrik. Sebenarnya tidak hanya sebatas model BEV saja, tetapi juga mobil ramah lingkungan lainnya yang memakai baterai, seperti PHEV.
Terkadang jenis suatu baterai dapat mempengaruhi harganya, atau bahan baku yang dipakainya dan dimana komponennya didatangkan. Baterai nikel kebanyakan dijual dengan harga cukup mahal, sebagai contoh baterai pada Hyundai Ioniq 5 bisa dibanderol Rp 300 juta untuk short range, dan Rp 400 juta untuk long range. Ini disebabkan karena komponennya yang diimpor langsung dari Korea Selatan.
Beda Kualitas?
Jika ada komponen yang diimpor dari luar negeri, jelas harga jualnya menjadi mahal karena kena tarif impor. Namun Hyundai menargetkan akan segera memulai perakitan baterainya di Indonesia mulai tahun ini. Tetap saja, baterainya masih memakai nikel, bukan LFP (lithium ferro-phosphate) seperti yang digunakan oleh BYD dan Chery.
Sebelumnya Hyundai menyebut baterai LFP kurang ideal untuk mobil listriknya karena memiliki jarak tempuh lebih pendek. Memang tiap jenis baterai memiliki kekurangannya sendiri, dan LFP terkadang berukuran cukup besar, sehingga dapat menambah bobot mobil. Sementara baterai nikel juga disebut cukup membahayakan jika mengalami kerusakan akibat terkena tabrakan atau ditusuk benda tajam.
