RiderTua.com – Menurut Casey Stoner orang yang berperan menentukan baik buruknya level kompetisi di MotoGP saat ini adalah para insinyur, bukan pembalapnya.. Holeshot, kontrol traksi, anti-wheelie, kontrol start, pengatur ketinggian bagian belakang, menurut Stoner, sangat berpengaruh dalam menentukan menang tidaknya pembalap. ” Pahlawan saat ini adalah para insinyur, bukan pembalap karena telah menciptakan mesin yang begitu sempurna dan cepat,” ujarnya.
Casey Stoner adalah pendukung ‘aliran’ MotoGP tanpa perangkat elektronik. Dia adalah salah satu pembalap jadul, yang terkenal dengan drifting dan punya bakat alami dalam hal menjinakkan throttle, yang memungkinkannya memenangkan dua gelar dunia MotoGP dengan dua pabrikan berbeda… pertama dengan Ducati (2007) dan kemudian dengan Honda (2011) setahun sebelum gantung helm.
Casey Stoner: Pahlawan di MotoGP Para Insinyur, Bukan Pembalap
Mantan pembalap berusia 38 tahun ini baru mulai membalap dengan motor empat tak pada tahun 2006, ketika dia terjun ke MotoGP dengan tim satelit Honda.. Sebelumnya, Stoner telah menempa dirinya terlebih dahulu di kejuaraan CEV Repsol dan kemudian di kategori 125 cc dan 250 cc, selalu dengan mesin dua tak dan tanpa elektronik, belajar dari jatuh dan sulitnya motor tanpa elektronik membuatnya mengetahui cara mengelola gas dengan benar.

Ketika Stoner mengatakan dia akan pensiun pada pertengahan musim 2012, pembalap Australia beralasan kejuaraan dunia semakin membosankan. Bahkan setelah perpisahannya, MotoGP terus berkembang dengan pesat, baik di bidang elektronik maupun aerodinamis, hingga menciptakan motor yang begitu sempurna sehingga, dari sudut pandang Casey, menyembunyikan bakat sebenarnya dari para pembalapnya. Yang juga mempengaruhi tontonan yang nantinya kita lihat di lintasan.
Juara MotoGP dua kali itu hadir di GP Australia ebagai tamu istimewa di FOX Sport, media tempat dia berkolaborasi mengomentari balapan dari Sirkuit Phillip Island. Stoner berujar, “Elektronik mendominasi MotoGP saat ini, itu adalah salah satu alasan utama yang mendorong saya untuk meninggalkannya,” kata pembalap yang dulu lekat dengan nomor start #27.
Dia melanjutkn, “Menurut saya mengendarai motor adalah sesuatu yang luar biasa, tapi motor sekarang semuanya di bawah kendali (elektronik)…. Para pembalap ini tidak diberi kesempatan untuk berkembang dan memahami kekurangan mereka dalam berkendara, karena semuanya dikompensasi oleh elektronik. Mereka harus menghilangkannya, semuanya akan lebih menyenangkan dan spektakuler, itu adalah DNA dari balap motor,” kata Stoner..
Begitu banyak perangkat elektronik dan spoiler yang mengurangi tontonan di trek lanjutnya.. Di MotoGP saat ini terdapat lebih sedikit aksi menyalip dan lebih banyak main kereta-keretaan, dan hal ini, menurut Stoner, disebabkan oleh fakta bahwa sekarang fase pengereman dan saat masuk tikungan yang membuat perbedaan (semua dikendalikan elektronik)… MotoGP menjadi seperti Formula 1, atau bahkan lebih buruk lagi didominasi oleh elektronik. Ini bukan mobil, ini sepeda motor, kita tidak harus mengikuti arah itu,” tambahnya..
Menurut Stoner, peraturan harus ditinjau ulang dan peraturan yang ada saat ini harus dibalik, dimulai dengan menetapkan batas motor di lintasan yang boleh dimiliki setiap pabrikan atau tim, sehingga tidak ada dominasi besar-besaran seperti yang dilakukan Ducati (dengan 8 motor). Dia mengatakan bahwa dia juga akan melakukan intervensi dengan melepas sayap, sehingga menyalip bisa dilakukan dengan lebih mudah. MotoGP adalah olahraga yang spektakuler, dan Kejuaraan Dunia sekali lagi harus menjadi kenyataan yang kita semua tahu, kata mantan pembalap Ducati dan Honda tersebut.