RiderTua.com – Pemilik tim Moto2, Sito Pons tidak sependapat dengan beberapa pengamat dan penggemar yang menyerukan agar Marc Marquez meninggalkan tim Repsol Honda karena krisis performa yang sedang berlangsung.
“Marc tidak menyerah dalam balapan sepenuhnya, dia melakukan beberapa balapan dan itu membuatnya tetap waspada secara mental. Tapi ini tidak seperti 2019 lagi, dan saya tidak berbicara tentang kondisi fisiknya, saya berbicara tentang mentalnya. Otaknya tidak seperti dulu karena dia mengumpulkan banyak masukan yang tidak dia miliki saat itu. Cobaan yang dia lalui pasti terpatri dalam benaknya,” jelas Pons.
Pemilik Pons Racing itu menambahkan, “Jika kemudian kita menambahkan motor yang belum berkembang dengan cara yang sama seperti motor kompetitor, kita mendapatkan skenario di mana Marc berada. Dan Marc jatuh lagi, seperti biasa. Menurutku, itulah salah satu kesalahan yang dilakukan Marc. Marc ingin menang, meski motornya tidak mampu. Apa yang harus dia lakukan bukanlah crash, tapi mencoba mengembangkan motornya.”
Sito Pons : Marc Marquez Harus Bertahan di Honda
Krisis performa Honda dan Marc Marquez berlanjut tahun ini. Yang terakhir, dia 5 kali crash di Sachsenring dan tidak berlaga di balapan utama di Jerman dan di TT Belanda di Assen. Pembalap asal Cervera-Spanyol itu menegaskan dia telah pulih sepenuhnya selama liburan musim panas dalam 5 minggu, tetapi RC213V tidak akan mudah baginya.
Maka tidak mengherankan jika beberapa penggemar dan ahli meneriakkan agar juara dunia 8 kali itu pindah ke merek yang berbeda. Bahkan mantan juara dunia Wayne Gardner mengatakan, “Dalam pandanganku, Marquez harus mengundurkan diri selagi dia bisa. Saya penggemar beratnya, tetapi saya khawatir dia akan melukai dirinya sendiri jika dia mencoba untuk kembali.”
Berbeda dengan Wayne, mengenai situasi Marc Marquez, Sito Pons berkata, “Sekarang saya akan memberikan sebuah anekdot yang akan kita pahami dengan sangat cepat. Ketika saya berhenti balapan, saya menyerahkan motor ke Criville. Sebelum musim dimulai, Alex meminta saya untuk menguji motor dan memberinya pendapat saya. Saya telah menyelesaikan balapan terakhirku pada bulan Oktober dan itu seharusnya dilakukan pada bulan Februari. Saya mengatakan tidak kepadanya dan saya akan mengujinya di akhir musim.”
“Musim sudah berakhir dan kami datang ke Montmelo untuk tes. Saya naik motor dan saya hanya melakukan dua lap, pada lap ketiga saya berhenti. Otak saya belum siap lagi untuk mengendarai motor balap, sesuatu yang telah saya lakukan sepanjang hidupku! Tiba-tiba saya merasa bahwa saya melaju terlalu cepat dan tidak terkendali,” imbuh pria berusia 63 tahun itu.
Oleh karena itu, Pons menilai Marc harus tetap setia kepada HRC. Tapi itu bukan satu-satunya alasan. “Marc telah menjadi juara dunia 8 kali, bukan? Saya pikir dia telah mencapai lebih dari yang pernah dia bayangkan. Saya tahu bahwa Honda selalu setia kepadanya dan selalu membayarnya dengan sangat baik. Dia tanpa balapan selama hampir 3 tahun dan Honda menghormati kontrak yang mereka tandatangani,” jelas juara dunia 250cc tahun 1988 dan 1989 itu.
“Jika saya adalah Marc, saya tidak akan meninggalkan Honda. Saya akan tetap bersama Honda dan membantu mereka membangun motor yang kompetitif lagi. Itulah yang akan saya lakukan atau saran yang akan saya lakukan jika saya menjadi manajernya. Menang satu atau tiga kali balapan lagi tidak akan mengubah hidupnya,” ujar mantan pembalap asal Spanyol itu yakin.
“Akan berbeda jika dia berbicara dengan Honda dan Honda mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak akan berinvestasi untuk meningkatkan motor. Itu akan menjadi situasi yang berbeda. Tapi jika Honda siap mengembangkan motor, maka sebagai pembalap saya akan tetap bersama Honda dan memberikan segalanya untuk mengembangkan motor dan mencoba untuk menang bersama mereka lagi,” pungkas Sito Pons.