RiderTua.com – Enea Bastianini finis ke-8 dalam sprint MotoGP di Assen dan tertinggal 10 detik dari pemenang Marco Bezzecchi (Mooney VR46). TT Belanda adalah seri ketiga bagi rider Ducati Lenovo itu sejak istirahat panjang karena cedera bahu dari Portimao.
Meski start dari posisi ke-18 di grid, Bastianini mampu melesat dan menyalip beberapa pembalap. Dia juga mampu menahan Alex Marquez, Luca Marini dan Jack Miller tepat di belakangnya. “Setelah bencana di Q1, jalannya balapan tidak terlalu buruk. Kami membuat beberapa perubahan pada motor. Sekarang kami sedikit lebih baik dalam memahami situasinya. Saya menunjukkan banyak manuver dan sebenarnya kecepatanku cukup bagus. Saya tidak jauh dari puncak dalam hal itu. Jadi saya cukup senang dengan jalannya balapan tapi tidak dengan hasilnya,” ujar rider berusia 25 tahun itu.
Enea Bastianini : Marc Marquez Meminta Maaf
“Targetnya sama untuk race hari Minggu. Kami ingin merangsek kedepan. Tapi jarak yang jauh bisa menjadi masalah, bahu saya juga masih sakit. Saya mungkin harus melakukan sesuatu yang berbeda. Feeling saya dengan ban depan bagus. Cuma di empat lap pertama terasa agak aneh. Tanpa kemacetan dengan berjubelnya pembalap di depan saya, saya mungkin bisa menekan,” jelas Enea Bastianini.
Bastianini gagal mendapatkan posisi start yang lebih baik pada tengah hari, setelah melakukan kesalahan dan terlibat insiden dengan Marc Marquez di Q1 sehingga hanya start dari posisi ke-18. “Di tikungan 1 roda depan saya hampir slip, tapi saya bisa menyelamatkan diri. Marc ada di belakangku dan harus mematikan gas,” ungkap rider asal Rimini-Italia itu.
“Sebelum tikungan 4 saya ingin memberi ruang untuk yang lain dan langsung menepi ke luar jalur ‘lambat’. Pada saat itu Marc juga sedang melihat ke belakang dan karena itu menabrak saya. Hal seperti itu bisa saja terjadi, itulah MotoGP. Yah, begitulah adanya. Usai kualifikasi, Marc datang ke motorhome saya dan meminta maaf,” pungkas Bestia.
Percaya diri aja MM93 gak perlu towing towing segala, kalau udah mentok kali,udah pindah aja ke pabrikan lain. Untuk apa gaji besar tapi prestasi nol.