Fabio Quartararo : Tidak Tahu Harus Berkata Apa

RiderTua.com – Fabio Quartararo hanya menempati posisi ke-12 dalam dua sesi latihan bebas hari Jumat di balapan kandangnya di Le Mans, sehingga gagal masuk ke Q2. Kemudian dia tampak tidak berdaya dan sadar, seperti yang sering terjadi musim ini. Yamaha telah menjanjikannya motor yang lebih kompetitif, Insinyur Luca Marmorini harus menemukan power mesin yang lebih besar. Sebenarnya mesin 4-silinder inline belum ketinggalan jaman, Suzuki membuktikannya di tahun 2022 ketika Alex Rins memenangkan dua dari tiga balapan terakhir MotoGP dengan GSX-RR.

Tapi saat ini El Diablo punya sedikit peluang untuk mengulangi kesuksesannya dalam 3 tahun terakhir, yang membawanya dua kali menempati peringkat 2 dalam klasemen pembalap yakni pada tahun 2020 dan 2022 serta gelar juara dunia MotoGP pada tahun 2021.

Fabio Quartararo : Tidak Tahu Harus Berkata Apa

Ketika Fabio Quartararo ditanya, apa kata para insinyur Yamaha? Apakah mereka memberi penjelasan atas penampilan burukmu dan juga Franco Morbidelli? “Yang jadi masalah, tidak ada penjelasan. Bahkan saya, yang duduk di atas motor, tidak tahu harus berkata apa. Saya hanya tidak punya feeling di atas motor. Motor sangat agresif tidak seperti biasa. Kami kehilangan semua kekuatan yang menyelamatkan kami, saat kami terlalu lambat di trek lurus. Saat itu kami memiliki keunggulan tertentu di area lain, misalnya cornering speed,” jawab rider berusia 24 tahun itu.

“Hari ini kami membuat kemajuan di beberapa area, tetapi itu tidak mengubah hasilnya karena malah memperlambat kami di tempat lain. Kita tidak dapat membuat kemajuan di dua area sekaligus. Sepertinya kini kami memiliki lebih banyak power, tetapi kami lebih banyak kalah di tikungan ketimbang yang kami dapatkan di trek lurus.”

Di GP Jerez tahun 2022 lalu, El Diablo mampu bertahan sampai akhir melawan pemenang Pecco Bagnaia. Pecco hanya mengalahkannya dengan 0,285 detik. Kali ini bahkan tidak cukup untuk masuk 10 besar. Apakah persaingan meningkat sebanyak itu? Atau pengembangan Yamaha yang sangat mundur?

Pembalap asal Nice-Prancis itu menjawab, “Ahh… Mundur kata yang sulit diucapkan. Tapi sejak saat itu kami belum membaik sama sekali, lawan terus meningkat. Mesin kami menjadi lebih baik tapi kami kehilangan keseimbangan. Sebagai pembalap saya tidak pernah memiliki motor yang agresif . Dan kami kehilangan keunggulan saat berbelok.”

“Jika motornya agresif, saya bisa menerimanya jika kami masih memiliki performa yang membuat kami bertarung untuk memperebutkan posisi teratas. Tetapi saat ini kami memiliki masalah, kami tidak dapat terlibat duel di depan. Bahkan di trek berkelok-kelok seperti Le Mans,” lanjut Fabio.

Ing. Luca Marmorini berasal dari Formula 1. Banyak perancang mesin F1 yang membangun mesin yang terlalu agresif di MotoGP. Karena di Formula 1, di beberapa trek 70 persen kecepatan per lap dipacu karena ban lebar, di mana MotoGP terkadang hanya 10 persen. Di Kejuaraan Dunia 500cc di Shah Alam, throttle hanya terisi 7 persen per lap.

“Saya tidak tahu. Saya harap kedepannya kami mendapatkan lebih banyak power mesin. Namun ketika karakter motor yang lebih bertenaga membuat motor menjadi super agresif, butuh banyak waktu untuk membuat seluruh paket bertenaga kembali. Itu luar biasa,” ujar Quartararo.

“Saya seorang pembalap yang tidak merasa sulit untuk mengatakan, di mana saya ingin meningkat dan di mana saya kesulitan. Tetapi saat ini motornya sangat tidak stabil, sehingga saya tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan. Saya tidak dapat berkata-kata. Saat keluar dari tikungan, motornya tidak stabil, bergetar di mana-mana. Makanya susah dikomentari,” pungkas rekan setim Franco Morbidelli itu.

Hasil FP2 MotoGP Prancis 2023