RiderTua.com – 2022 adalah musim tersukses dalam sejarah Ducati Corse dengan kemenangan gelar di Kejuaraan Dunia MotoGP dan Superbike. Gigi Dall’Igna yang menjabat sebagai General Manager Ducati Corse di divisi balap Ducati Motor Holding SpA, adalah tokoh sentral dalam kesuksesan ini.
Seperti diketahui, Ducati berhasil mendominasi kelas utama pada 2022 dengan 4 tim, 8 pembalap, meraih 12 kemenangan dan 16 pole position dengan motor Desmosedici hasil rancangan insinyur jenius asal Italia itu. Pabrikan asal Borgo Panigale itu akhirnya meraih gelar dunia pembalap MotoGP berkat Pecco Bagnaia (terakhir diraih oleh Casey Stoner pada 2007). Selain itu, gelar dunia Superbike juga berhasil dimenangkan untuk pertama kalinya dalam 11 tahun (Carlos Checa menang pada 2011) bersama Alvaro Bautista.
Gigi Dall’Igna: Saya Hanya Mengincar Peringkat 1
Gigi Dall’Igna saat ini sedang mempersiapkan tes pramusim terakhir di Portimao (11-12 Maret). Dalam sebuah wawancara, saat Gigi Dall’Igna ditanya, seberapa sulit baginya secara pribadi di Ducati Corse dalam beberapa tahun pertama setelah dia tiba di musim gugur 2013? Dia digambarkan sebagai penyelamat yang berjasa dan mercusuar harapan dan harus membawa Ducati keluar dari kesengsaraan mereka dalam waktu singkat. Tapi motor untuk tahun 2014 sudah siap saat Gigi tiba. Jadi diperlukan kesabaran.
“Tentu tidak mudah sampai kami mencapai hasil yang diinginkan. Tapi penting bagi Ducati untuk meningkat mulai dari 2015. Sejak 2017 kami bertarung untuk hasil bagus setiap tahun,” jawab Gigi.
Kita tahu bagaimana pembalap bereaksi ketika mereka tidak mencapai tujuan mereka. Sebagai teknisi dan manajer umum, bagaimana reaksi Gigi terhadap kemunduran atau kegagalan? “Itu sama untuk semua orang, bahkan untuk orang seperti saya. Jika kita tidak mencapai tujuan kita dan kita tidak mendapatkan hasil yang kita inginkan, kita tidak bisa bahagia dan puas. Apakah kita finis kedua, ketiga atau keempat, tidak ada bedanya. Satu-satunya tempat yang saya cita-citakan yanga da di kepala saya adalah menjadi yang pertama. Itulah cara saya,” ujar insinyur berusia 56 tahun itu.
Gigi menambahkan, “Hingga tahun 2022, saya dapat mengungkapkan bahwa hasil Kejuaraan Dunia Superbike adalah perhatian terbesar saya. Karena Ducati telah mencapai hasil Superbike yang sangat bagus selama bertahun-tahun. Dan butuh waktu terlalu lama bagi kami untuk memenangkan Gelar Dunia lagi. Itu sudah pasti.”
Jadi siapa yang lebih ambisius, para pembalap atau seorang Gigi Dall’Igna? “Semua orang yang terlibat dalam proyek kami kompetitif, mereka ingin sukses. Semua orang ingin mendapatkan ruang yang kita butuhkan,” jelas bos balap asal Italia itu.
Apakah Gigi suka bersepeda motor? “Saat naik sepeda motor, saya bak seorang turis. Saya suka mengendarai sepeda motor dengan istri saya. Kami pergi ke Yunani, ke Sisilia, Sardinia, ke Corsica. Di musim panas hal ini sangat menyenangkan. Bahkan istri saya mengendarai sepeda motor sendiri. Tapi saya menjual sepeda motor saya ketika putri pertama kami lahir karena sepeda motor bukanlah kendaraan keluarga yang ideal,” jawab Gigi.
“Setelah anak-anak kami lebih besar, saya akan kembali bersepeda motor dan menghabiskan banyak waktu berkeliling dengan istri saya. Tapi kami berperilaku seperti pelancong, bukan seperti pembalap,” imbuh Gigi sambil tersenyum.
Banyak manajer di paddock adalah mantan pembalap. Gigi belum pernah ikut balapan motor. Apakah itu ada plus atau minus? “Saya selalu berusaha memahami apa yang diinginkan pembalap, meskipun pembalap seringkali tidak dapat mengartikulasikannya dengan jelas. Kita sering tidak mendapatkan semua informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Ketika seorang pembalap mengangkat suatu masalah, semua orang di Ducati berusaha untuk memahami masalahnya, bukan hanya saya. Kami adalah tim!” tegas Gigi.
Paolo Ciabatti dan Davide Tardozzi meringankan pekerjaan Gigi di manajemen Ducati Corse. Juga di departemen teknis di Ducati, karena ada banyak pakar terkenal di semua bidang baik di mesin, sasis, aerodinamika, dan sebagainya.
Gigi mengatakan, “Tentu saja ada Paolo dan Davide di satu sisi. Mereka melakukan pekerjaan dengan baik dan mudah-mudahan akan terus melakukan seperti itu di masa depan. Tapi kita tidak boleh melupakan kru tim, insinyur, dan kepala kru seperti Christian Gabarrini dan Dani Romagnoli, kepala kru Jorge Martin, atau insinyur elektronik dan kru dari Pecco dan yang lainnya.”
“Kami memiliki banyak teknisi yang mencoba memahami pembalap. Semua orang melakukan itu. Tetapi jika pembalap melakukan kesalahan atau mengatakan sesuatu yang salah, dan jika kita yakin bahwa apa yang dikatakannya salah, maka kita akan menentangnya karena kita tidak setuju dengan pendapatnya.”
“Harus seperti itu. Karena kita punya angka, kita punya datanya. Kami harus meningkatkan performa, kami harus mengenali kenyataan dan tidak melakukan eksperimen aneh,” lanjutnya.
Tapi apakah Gigi terkadang tetap mendengarkan seorang pembalap meskipun dia meragukan pendapatnya? Mungkin pendapat Gigi juga salah? “Pasti, pasti. Kami tidak menyuruh siapa pun untuk tutup mulut, tetapi kami perlu melakukan diskusi penting tentang topik ini. Kami harus meningkat, itulah tujuan kami. Itu tujuan saya dan juga tujuan pembalap. Jadi, mereka harus mengungkapkan pendapatnya kepada saya. Dan saya juga harus memberi tahu mereka, apa yang saya pikirkan. Kita harus berkomunikasi secara terbuka,” pungkas Gigi dall’Igna.