RiderTua.com – Pembalap pabrikan Ducati Pecco Bagnaia tahu betul bahwa pembalap Formula 1 berpenghasilan jauh lebih banyak ketimbang pembalap MotoGP. Baru-baru ini surat kabar harian terkenal Italia ‘La Repubblica’ mengungkapkan bahwa Francesco ‘Pecco’ Bagnaia menerima sekitar 5 juta euro (RP 83 miliar) dari Ducati sebagai juara dunia termasuk bonus gelar sebesar 1,5 juta euro (Rp 25 miliar). Selain itu, ada pendapatan dari sponsor pribadi di baju balap dan helm.
Terlepas dari angka yang cukup besar tersebut, pendapatan juara dunia MotoGP masih tertinggal jauh dari jumlah yang diperoleh oleh juara dunia Formula 1 yang diraih Max Verstappen (mendapat gaji 40 juta dolar AS/Rp 623 miliar dan bonus kemenangan Jurdun 20 juta dolar AS/Rp 311 miliar).
“Pabrikan mobil jauh lebih besar dari pabrikan sepeda motor, mau tidak mau sponsor dan segala sesuatu yang menyertainya juga berbeda,” kata Bagnaia ketika ditanya tentang perbedaan yang jelas dengan kelas utama balap roda empat.
Pendapatan Juara Dunia F1 dan MotoGP Jauh Banget, Pecco Bagnaia: Ojo Dibandingke!
Tetapi pembalap berusia 25 tahun itu juga menekankan, “Saya percaya bahwa MotoGP telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, dan saya percaya bahwa pertunjukan yang dapat dilakukan MotoGP dalam balapan adalah sesuatu yang luar biasa. Pasti ada lebih banyak yang harus dilakukan.”
“Dari sudut pandang saya, Kejuaran Dunia perlu sedikit ‘diremajakan’. Sprint race jelas merupakan sesuatu yang ekstra dalam hal ini,” imbuhnya merujuk pada format baru MotoGP.
Mulai musim ini dan seterusnya, sprint race MotoGP yang menempuh setengah jarak balapan utama akan digelar pada hari Sabtu di setiap balapan akhir pekan. Selain itu, juga terdapat jadwal untuk ‘Rider Fan Show‘ pada hari Minggu.
“Kami juga sering berbicara dengan (Carmelo) Ezpeleta dan mereka yang bertanggung jawab selama setahun terakhir untuk menemukan ide dan menarik lebih banyak penonton. Karena dari sudut pandang saya, MotoGP memang bisa menawarkan banyak hal,” pungkas Bagnaia.
Kembali ke aspek finansial, menurut manajer senior Carlo Pernat, masalah rumit pembayaran bonus untuk sprint race masih harus diselesaikan.
