RiderTua.com – Sito Pons dan tim MotoGP-nya (West Honda Pons, Camel Pramac Pons, terakhir dengan Camel Honda Team MotoGP 2005) meraih 13 kemenangan balap di kelas utama (500cc dan MotoGP), yang disumbangkan oleh pembalap seperti Alex Criville, Alberto Puig, Carlos Checa, Alex Barros, Loris Capirossi dan Max Biaggi.
Sejak awal Kejuaraan Dunia Moto2 pada tahun 2010, Sito Pons telah menjadi bagian dari kelas menengah bersama pabrikan Kalex. Juara Dunia 250cc tahun 1988 dan 1989 (dengan Honda NSR250) itu harus mengundurkan diri dari Kejuaraan Dunia MotoGP setelah musim 2005, ketika dia gagal mencapai kesepakatan dengan sponsor Camel mengenai kontrak sponsor untuk Max Biaggi.
Sito Pons: Kembali ke MotoGP Sudah Dibahas Sejak 2013
Pada tahun 2006 dan 2007, tim milik Pons absen dari paddock. “Pada tahun 2009 kami kembali ke kelas 250 dengan tim balap milik kami sendiri. Saat itu kami menempati peringkat 2 di Kejuaraan Dunia bersama Hector Barbera. Kami memenangkan balapan Kejuaraan Dunia 250cc terakhir dalam sejarah bersamanya, saat itu di Valencia,” ujar mantan pembalap asal Spanyol itu.
Beberapa kali Pons berniat kembali ke kelas utama MotoGP dalam beberapa tahun terakhir. Tapi bos tim yang terlibat dalam Kejuaraan Dunia 2022 dengan Aron Canet dan Jorge Navarro di Flexbox HP40 dan memiliki direktur teknis terkenal Santi Mulero itu, tidak punya peluang. Meski setelah Suzuki Ecstar mundur sehingga tersedia dua slot kosong, untuk sementara diberikan untuk pabrikan sepeda motor.

Pons menjelaskan, “Kami sering berdiskusi tentang MotoGP dengan CEO Dorna Carmelo Ezpeleta. Kami bertanya, apakah kami bisa kembali ke kelas MotoGP dengan Team Pons. Tapi Carmelo menjelaskan kepada saya, bahwa dia menginginkan pabrikan dan tidak menandatangani tim satelit tambahan saat ini.”
“Itu adalah jawaban yang jelas. Bertahun-tahun lalu, kami sudah menanyakan hal itu kepadanya, apakah kami bisa mendapatkan slot di MotoGP. Pernah ada kesempatan, tapi kami melewatkannya karena tidak ada pabrikan yang memberi kami motor,” imbuhnya.
“Pada bulan Mei ketika Suzuki mengumumkan akan mundur di akhir 2022, kami membicarakannya lagi dengan Carmelo. Kami memiliki sumber daya, kami memiliki pengalaman. Tapi sayangnya ada satu. Tim satelit tidak punya tempat,” sesal pemilik tim berusia 63 tahun yang putranya Axel dan Edgar tidak pernah mendapat tempat di Kejuaraan Dunia Moto2.
Sito Pons mengakui, dia juga membuat representasi untuk Dorna pada 2015 ketika bos tim Yamaha Giovanni Cuzari masuk penjara dan kemudian kehilangan dua tempat MotoGP. Pons juga menyatakan minatnya pada 2018, ketika tim Jorge Martinez dan Marc VDS membersihkan lintasan MotoGP.
“Pertama kali kami bertanya kepada Carmelo tentang comeback di MotoGP pada 2013. Tapi itu tidak pernah menghadirkan peluang serius,” lanjutnya.
Sito Pons tahu bahwa slot MotoGP menjadi sangat berharga dalam beberapa tahun terakhir dengan masuknya pabrikan baru. Pertama, Dorna membayar setiap tim satelit hingga 7 juta euro (Rp 115 miliar) setahun, kita dapat menjalankannya dengan baik sekitar 10 juta euro (Rp 165 miliar). Dan beberapa pabrikan memasok motor gratis kepada tim satelit terbaik, membayar gaji pembalap, dan menempatkan insinyur di pit.
Jadi saat ini, anggaran tim satelit MotoGP tidak lebih dari nilai untuk tim Moto2 (untuk 2 pembalap) yang membutuhkan anggaran 2,5 hingga 3 juta euro (Rp 41 – 50 miliar). “Ya, anggarannya sama di kedua kelas, kurang lebih. Di MotoGP, tim mendapatkan dukungan finansial lebih banyak dari Dorna,” pungkas Sito Pons.