Monster Energy Yamaha MotoGP RiderTua.com – Fabio Quartararo berujar bukan long lap penalti, tapi dia bermasalah dengan ban… Fabio Quartararo start dari posisi ke-2 di GP Silverstone. Rider Yamaha MotoGP itu masih bertahan di posisi itu hingga pada lap 4 harus berbelok ke jalur yang lebih panjang untuk menjalani long lap penalti di tikungan 14. Alhasil, rider asal Prancis itu langsung merosot ke posisi ke-5 dan kalah lebih dari 1 detik. Masalah yang lebih besar datang ketika dia tertinggal tiga tempat di belakang Alex Rins, Jack Miller, dan Pecco Bagnaia. Semakin banyak lap dan mengenal motornya, pasukan Ducati semakin membuat Quartararo khawatir, terutama Pecco..
“Saya pikir long lap penalti akan membuat saya tertinggal jauh ke belakang, tapi ternyata tidak terlalu buruk. Yang sangat buruk adalah ban belakang sehingga saya tidak bisa mengendarai motor kami di belakang pembalap lain. Ini mimpi buruk. Satu motor tidak apa-apa, tetapi begitu lebih dari satu, ban belakang menjadi sangat panas dan kehilangan performa. Saya balapan dengan cara yang sama sekali berbeda dari yang lain dan menyalip adalah mimpi buruk bagi saya,” ungkap El Diablo.
Fabio Quartararo: Long Lap Penalti Tidak Terlalu Buruk, Ban Belakang yang Sangat Buruk
Pembalap berusia 23 tahun itu kemudian merosot kembali ke posisi ke-8 dan nyaris mampu menahan rivalnya Aleix Espargaro di belakangnya. Pilihan ban belakang medium ikut bertanggung jawab atas hal ini. “Itu keputusan kami, kami belum mencoba ban belakang hard. Kami membuat kesalahan dengan tidak berusaha keras. Itulah masalahnya dan dalam kondisi ini sangat penting untuk menggunakan ban ini,” jelas Fabio Quartararo.
Tanpa long lap penalti, apakah Quartararo akan finis lebih jauh di depan dengan ban medium-hard? “Ya, saya pikir begitu. Karena masalah kami bukan jarak. Akhirnya kami kalah 1,5 detik, tapi itu tidak buruk. Jika saya hanya berada di belakang motor dan kehilangan 1,5 detik, itu akan baik-baik saja. Tapi ketika kami berada di belakang motor lain, ban belakang saya sangat panas, saya kehilangan performa dan ban menjadi aus. Akan lebih baik dengan kompon hard tetapi kita selalu lebih pintar setelah balapan,” jawab rekan setim Franco Morbidelli itu.
Bukankah tekanan udara di ban depan menyebabkan masalah? “Tidak apa-apa dengan ban depan. Biasanya saya benci ban yang sangat soft, tapi ban itu bekerja dengan baik untuk kami di trek ini,” ujar Quartararo.
Pada akhirnya, pemenang GP Silverstone tahun lalu itu finis ke-7 dan unggul 1 poin atas Aleix Espargaro yang finis tepat di belakangnya meski dalam kondisi cedera. Tetapi kalah 17 poin dari pemenang Pecco Bagnaia (Ducati).
“Jika kita melihat dua balapan terakhir, saya hampir kehilangan dua balapan. Tentu saja saya melihat Pecco lebih baik dalam perebutan gelar. Tapi itu sesuatu yang harus kita biasakan. Karena mereka lebih banyak pengalaman dan motor di lintasan,” kata Quartararo merujuk pada TT Belanda di Assen, di mana Bagnaia juga menang sementara dia gagal mencetak poin karena crash.
“Kami selalu cepat pada hari Jumat karena motor kami sangat-sangat mirip dengan motor tahun lalu. Semakin banyak balapan, semakin baik mengenal motor. Pada hari Jumat mereka sedikit lebih lambat, tetapi dengan lebih banyak latihan bebas dan lebih banyak lap, lawan juga jauh lebih cepat dari kami,” pungkas Quartararo mengungkapkan kekhawatirannya terhadap rival utamanya Ducati.