RiderTua.com – Pada musim balap 2019, Marc Marquez harus memberi Alex Rins kemenangan di Silverstone hanya terpaut 0,013 detik. Meski demikian, rider Repsol Honda itu merebut gelar dunia ke-8 nya, atau ke-6 di kelas MotoGP. Yakni dengan 12 kemenangan dan 6 kali finis di tempat kedua dalam 19 balapan. Pembalap asal Spanyol itu berbicara secara terbuka tentang fase tersulit dalam karir MotoGP-nya dan mengungkapkan apa yang memotivasinya.
Setelah setahun istirahat, balapan MotoGP kembali ke Inggris akhir minggu ini. Saat ini Marc berada di peringkat 11 di Kejuaraan Dunia. Kakak Alex Marquez (LCR Honda) itu mengalami tahun yang sulit sejak lajunya terhenti pada 19 Juli 2020 akibat kecelakaan di GP Jerez yang parah. Tiga kali menjalani operasi lengan atas dan dua kali transplantasi tulang. Namun 11 bulan kemudian, dia merayakan kemenangan MotoGP ke-57 di Sachsenring. Marc tidak merahasiakan betapa frustasinya dia karena lengan kanan dan bahu kanannya masih menghambatnya untuk menjadi yang ‘seperti dulu’.
Marc Marquez: Saya Menderita dan Tidak Bisa Menikmati Balapan
“Sangat sulit untuk menerima bahwa pembalap lain lebih cepat dari kita. Tetapi kita harus menyadari di mana kita berada dan ke mana kita akan pergi,” kata Marc Marquez dalam sebuah wawancara dengan The Guardian sebelum GP Inggris.
Pada saat yang sama, juara dunia 8 kali itu menekankan, “Motivasi saya lebih besar dari sebelumnya, karena untuk pertama kalinya saya mengalami momen yang sangat sulit dalam karir saya. Di saat-saat sulit, kita harus menunjukkan potensi kita. Di saat-saat yang baik, semua orang bahagia, tenang, dan cepat. Tetapi di saat-saat sulit kita harus berjuang.”
Baca juga: Marquez Tak Bisa Melakukan Keajaiban dengan Motornya
“Cara termudah adalah membatalkan balapan dan kembali ketika saya merasa siap, dalam 1 atau 2 tahun. Tapi itu bukan gayaku. Gaya saya adalah mencoba menderita dulu, lalu berkembang, dan kembali. Dan untuk menikmatinya di atas motor. Karena sekarang saya tidak bisa menikmatinya, saya menderita.”
Marc sendiri menggambarkan tahun 2020 sebagai titik terendah dalam karirnya. “Saya takut, saya tidak akan lagi punya lengan kanan yang normal di masa depan. Ada saat di bulan Oktober atau November, ketika saya bahkan tidak bisa menahan sebotol air, bahkan sulit untuk makan. Saya tidak bisa bergerak ke kanan secara normal. Itu membuatku takut,” ungkapnya.
Ketika ditanya apa yang paling mengganggunya selama melewati masa sulit ini? Pembalap Spanyol itu langsung menjawab, “Yang selalu saya rindukan adalah perasaan saat menang. Ini seperti obat setiap saat, kita membutuhkan lebih banyak dan menginginkan lebih.”