Home MotoGP Pro dan Kontra Mesin Inline Yamaha Dibanding Honda dan Ducati !

    Pro dan Kontra Mesin Inline Yamaha Dibanding Honda dan Ducati !

    RiderTua MotoGP – Di Kejuaraan Dunia MotoGP kita mengenal empat tipe mesin V4 (Honda, Ducati, Aprilia, KTM). dan menyisakan dua jenis mesin  4 silinder sebaris ( inline) yaitu Yamaha dan Suzuki. Ulasan menarik datang dari mantan direktur balap Aprilia Jan Witteveen yang memperhatikan secara seksama konsep dan mengidentifikasi masalah Yamaha dan Suzuki dengan mesin in-line. Berikut ini Pro dan Kontra mesin inline Yamaha dibanding Honda dan Ducati !

     Ducati GP18 YZR M1 2018 RC213V 2018 Mesin inline cukup kompetitif

    Di Kejuaraan Dunia MotoGP 2019, ada pabrikan Honda, Ducati, Aprilia dan KTM yang mengandalkan mesin V4-90 derajat. kemudian Yamaha dan Suzuki menggunakan mesin empat silinder in-line di tim mereka. Suzuki pernah mencoba dan sedikit berhasil dengan konsep mesin V4 mereka. Namun untuk GSX-R1000 Superbike Suzuki lebih sukses selama bertahun-tahun dengan mesin empat silinder segaris. Suzuki pernah keluar dari Kejuaraan Dunia MotoGP pada akhir 2011 dan kembali pada 2015 dengan mesin inline. Maverick Vinales menang di Silverstone pada musim 2016 dengan GSX-RR terbaru ini.

    Bukan bagian dari konten editorial.

    Kawasaki sangat sukses dengan mesin empat silinder di Superbike World Championship. Jika dibandingkan catatan waktu saat tes di Jerez 2016-2017, kecepatan mereka hampir setara pembalap MotoGP.

    engine m1 vs rc212v

    Pro dan Kontra Mesin Inline Yamaha Dibanding Honda dan Ducati

    Jan Witteveen menyatakan bahwa Honda dan Yamaha memiliki dua solusi mesin yang sangat berbeda untuk Kejuaraan Dunia MotoGP. Namun keduanya mampu memdominasi beberapa musim secara bergantian. Honda dan Yamaha sukses di Kejuaraan Dunia MotoGP dalam beberapa tahun terakhir. Honda di 2011 bersama Stoner dan 2013, 2014, 2016, 2017 dan 2018 dengan Juara Dunia Marc Marquez, Yamaha tahun 2015 bersama Lorenzo. Keduanya mendulang sukses walau beda tipe mesin, kemudian Ducati datang dengan racikan mesin dan sukses pada 2017 – 2018 dengan konsep V4.

    Keunggulan ( Pro) Mesin-V4 (Honda, Ducati, Aprilia, KTM) :

    Bukan bagian dari konten editorial.
    • Unggul dalam hal Performa.
    • Mesin lebih kecil dan lebih ramping sekitar 20 sentimeter.
    • Keunggulan dari sisi aerodinamis.
    • Dengan mesin V4 dapat membuat saluran inlet langsung dari atas dan memiliki lebih banyak ruang untuk airbox.
    • Lebih bagus dalam hal saluran masuk (inlet).

    Keunggulan (Pro) Mesin Inline-4 (Yamaha dan Suzuki) :

    • Unggul dalam hal sasis, ketika crankshaft bekerja dengan arah yang berlawanan. Backward Rotating Crankshaf, Poros engkol bergerak kebelakang, bukannya maju. Keuntungannya memberikan efek gyroscopic roda. Gaya sentrifugal kemudian bekerja melawan hal itu dan membuat perilaku motor saat di tikungan menjadi lebih netral. Roda bergerak ke depan, poros engkol ke belakang, yang jelas memberi keuntungan saat ditikungan. Sepeda motor berperilaku lebih netral dan stabil. Dan suspensi juga lebih mudah disetel.

    New RC213V Reverse Rotating Crankshaft

    Dengan sistim Backward Rotating Crankshaf Yamaha memiliki keunggulan ini hingga 2016. Namun kemudian semua mesin MotoGP mengadopsi cara ini. Juga mesin V4, dimulai dengan Ducati kemudian Honda, Aprilia dan KTM.

    Dengan demikian, keunggulan Yamaha dan Suzuki ini tidak ada lagi. Satu-satunya keunggulan Yamaha dan Suzuki saat ini adalah hanya pada tikungan cepat, karena crankshaft in-line empat silinder sedikit lebih panjang. Sedikit lebih mudah untuk mencapai kecepatan menikung yang lebih tinggi. Mulai awal 2017 keuntungan kecepatan di tikungan Yamaha dan Suzuki tidak lagi menjadi milik mereka.

    Solusi Yamaha dan Suzuki ?

    Kedua konsep mesin baik V4 dan Inline-4 harus menyesuaikan dengan chasis dan gaya balap saat ini. Di sini Yamaha dan Suzuki harus menemukan sesuatu untuk mengembalikan keunggulan yang hilang dan tidak mudah karena terbentur regulasi. (speedweek.com, 19/01/19)

    © ridertua.com

    Iklan pihak ketiga – bukan bagian dari konten editorial.

    TINGGALKAN BALASAN

    Silakan masukkan komentar Anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini