Pasar LMPV Indonesia masih ramai dengan gebrakan besar-besaran dari Mitsubishi Xpander dan Wuling Confero. Kedua merek ini seolah ingin menunjukkan tajinya di hadapan kompetitornya. Tentu para senior kelas LMPV merasa terancam, termasuk duo XeniAvanza yang masih memimpin total penjualan.
Namun dari para pemain lama kelas LMPV tersebut, Nissan Grand Livina-lah yang bisa dikatakan paling menderita. Kenapa?
Penjualan Grand Livina Anjlok
Dari hasil penjualan akhir bulan Oktober oleh Gaikindo, Livina hanya mampu terjual sebanyak 110 unit, jauh dari penjualan bulan September yang mencapai 570 unit. Selain itu, konsumen sepertinya mulai tidak tertarik dengan Livina yang modelnya sudah kurang menarik.
Walau begitu, Nissan masih optimis jika Livina akan tetap bertahan di tengah derasnya persaingan dari kompetitornya. Dan untuk mempertahankan nama Grand Livina tentu tidak mudah bagi Nissan. Karena mereka menganggap konsumen tidak menyadari keunggulan yang dimiliki Livina.
Strategi Nissan Membendung Kompetitor
Oleh karena itu, Nissan harus mencari strategi baru, agar ke depannya Livina tetap hidup di kelas LMPV Indonesia dan menunjukkan kembali keunggulan Grand Livina. Sebagai contoh diselenggarakannya acara “Tantangan 7 Liter Livina” yang diadakan di Bali, untuk membuktikan ketangguhan Livina dalam hal irit BBM.
Nissan harus melakukan terobosan canggih untuk mengkatrol penjualan Grand Livina. Apakah Livina juga perlu di’facelift’ seperti XeniAvanza dan Ertiga yang rencananya bakal dipermak dengan wajah baru di tahun 2018 nanti ? Kita tunggu berita teranyar dari Nissan.
