Home MotoGP Cedera, Air Mata, dan Kebangkitan: Kisah Tragis Jorge Martin di 2025

    Cedera, Air Mata, dan Kebangkitan: Kisah Tragis Jorge Martin di 2025

    Jorge Martin - Aprilia MotoGP Rider
    Jorge Martin

    RiderTua.com – Bagi Jorge Martin seharusnya musim 2025 menjadi momen baginya untuk mempertahankan gelar MotoGP-nya. Setelah perpisahannya yang harus dilakukannya dengan Ducati akbat mereka lebih memilih Marc Marquez... Namun pembalap asal Madrid ini malah menghadapi tantangan baru di atas Aprilia. Masa adaptasinya berantakan karena cedera, ia harus absen di sebagian besar balapan.

    Pada tahap pembukaan musim bulan Februari 2025, semuanya terlihat berjalan mulus bagi ‘Martinator’. Proses adaptasi dengan motor RS-GP memberikan harapan besar untuk membuktikan bahwa Ducati salah membuangnya..  Martin punya hasrat besar untuk kembali ke lintasan setelah menaklukkan takhta MotoGP..

    Cedera, Air Mata, dan Kebangkitan: Kisah Tragis Jorge Martin di 2025

    Jorge Martin - Maria Monfort
    Jorge Martin – Maria Monfort

    Ia sudah membayangkan kembali ke lintasan dengan nomor 1 yang ia raih dengan kerja keras dan dedikasi, dengan tim satelit Pramac Ducati… Namun Sepang menjadi alarm pertama. Kecelakaan berbahaya di Tikungan 2 selama uji coba resmi mengirim Martinator langsung ke pusat medis dengan patah tulang di tangan kanan dan kaki kirinya.

    Jorge menelepon Maria saat sudah berada di rumah sakit, dan percakapan itu berubah menjadi momen penuh air mata dan kepanikan… “Jorge meneleponku… dia sudah di rumah sakit…Kami sedang berbicara, dia mulai menangis, dan aku juga… itu adalah tragedi,” kata pacarnya, Maria Monfort…

    Konten promosi pihak ketiga – hasil dapat berbeda untuk setiap individu.
    Jorge Martin - Supermoto
    Jorge Martin – Supermoto

    Crash Lagi Saat Latihan..

    Itu baru awal dari efek domino yang menyakitkan Martin, karena begitu memaksa ingin tampil di seri perdana Thailand 2025, Jorge latihan berlebihan, berlatih dengan motor supermoto di Menarguens. Hasilnya sangat fatal: crash lagi dengan empat patah tulang di sisi kiri tubuhnya.

    Selama dua minggu penuh, ia hanya fokus pada pemulihan… “Dia menghabiskan dua minggu untuk pemulihan penuh waktu. Dia mencurahkan seluruh energinya untuk kembali balapan secepat mungkin. Sehari sebelum naik pesawat, dia pergi berlatih dan mengalami kecelakaan itu,” jelas Maria.

    Bagi seorang juara dunia bertahan, insiden demi insiden ini adalah pukulan berat baginya. Menonton seri pembuka musim dari rumah menjadi pil pahit yang harus ditelan.. Secara mental, situasi ini terasa jauh lebih berat dibanding cedera pertama. “Itu sangat sulit. Secara psikologis, saya pikir itu lebih sulit daripada yang pertama. Maksud saya, tidak bisa melakukan latihan pramusim sudah sulit, tetapi tidak bisa memulai musim bahkan lebih buruk,” kata Martin..

    Drama di Qatar

    Namun tragedi sebenarnya datang pada April, di Grand Prix Qatar… Itu seharusnya menjadi momen comeback-nya yang ditunggu-tunggu, tetapi Losail menjadi tempat salah satu crash paling memilukan dalam beberapa tahun terakhir…

    Jorge Martin - Fabio Di Giannantonio
    Jorge Martin – Fabio Di Giannantonio

    Setelah crash pada lap ke-14 dan benturan tak disengaja dengan motor Ducati milik Di Giannantonio, Martin menderita pneumotoraks dan patah sebelas tulang rusuk.

    Kata-kata Maria Monfort tentang momen itu di rumah sakit, sangat emosional… “Saat Maria masuk ke ruangan rumah sakit itu, semuanya langsung runtuh. Begitu Jorge melihatnya, air matanya tumpah tanpa bisa ditahan. Ia menangis terus, seperti orang yang sedang benar-benar ketakutan. Di sela tangisnya, Jorge terus mengulang kata yang sama, bilang kalau ia tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi ia mencintainya. Berkali-kali. Tanpa jeda. Dan di momen itu, Maria ikut menangis. Situasinya terlalu berat untuk ditahan sendiri.

    Jorge Martin
    Jorge Martin

    Ucapan-ucapan itu terdengar bukan sekadar kata cinta biasa. Rasanya lebih seperti kalimat perpisahan, keluar dari seseorang yang sedang berada di titik paling rapuh dalam hidupnya.. Jorge Martin takut dia tidak akan selamat… “Dia sangat kesakitan, dia tidak bisa berhenti menangis. Dia sangat takut. Kemudian saya berkata pada diri sendiri bahwa saat pertama kali saya masuk ke ruangan, Jorge yakin dia akan meninggal.”

    Hari-hari kelam bagi sang pembalap dan orang-orang terdekatnya.. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya terus menangis tanpa henti. Masa depannya sebagai pembalap tidak pasti, kembalinya dia ke MotoGP diragukan. Saat itu dia merasa nasib buruk telah menimpanya berulang-ulang…

    Saat kembali ke GP Motegi, ia mengalami satu masalah lagi…yakni patah tulang selangka setelah menabrak Marco Bezzecchi, yang memaksanya absen dari tur Asia…

    Waktu terus berjalan, cedera perlahan sembuh, dan Jorge akhirnya bisa kembali naik motor di GP Valencia. Balapan itu bukan soal hasil, bukan soal posisi, tapi soal menutup satu musim yang rasanya ingin cepat dilupakan. Dan anehnya, setelah garis finis dilewati, perasaan yang muncul justru mirip dengan momen saat ia menjadi juara dunia. Bukan karena menang, tapi karena ia sadar satu hal: ia masih ada di sini. Pada titik itu, Jorge Martin terasa seperti terlahir kembali…

    “Perasaan yang dirasakan Jorge di akhir balapan itu, kurang lebih, sama seperti saat ia menjadi juara. Ia terlahir kembali,” pungkas kekasihnya…

    Konten promosi pihak ketiga – hasil dapat berbeda untuk setiap individu.

    © ridertua.com

    Konten promosi pihak ketiga – hasil dapat berbeda untuk setiap individu....

    TINGGALKAN BALASAN

    Silakan masukkan komentar Anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini