RiderTua.com – Fabio Di Giannantonio berujar bahwa saat lap pertama balapan biasanya sering kehilangan beberapa posisi setelah terjebak di kerumunan pembalap. Namun, yang paling menjadi perhatiannya adalah feeling-nya dengan Desmosedici GP25 tahun ini tetap tidak stabil, sama seperti halnya Pecco Bagnaia…
Pembalap tim VR46 itu sering menjalani akhir pekan balapan yang sulit tahun ini. Biasanya dia mengalami balapan rumit sejak tikungan pertama, memaksanya untuk mengejar ketertinggalan dan memberikan tekanan lebih pada ban… Namun dia dengan sadar untuk memilih tidak nekat dan mengaktifkan mode ‘Kamikaze’..
Fabio Di Giannantonio: Maaf, Saya Tak Punya Nyali untuk Manuver ‘Kamikaze’ di Lap Pertama!

Namun biasanya juga, Fabio Di Giannantonio perlahan-lahan bisa memulihkan posisinya, berkat kecepatan yang konsisten. Bisa kembali masuk 10 besar, selain memanfaatkan jatuhnya beberapa pembalap didepannya, dan di putaran terakhir mampu menyalip beberapa pembalap lagi.. Hasilnya tahun ini tentu bukan yang diharapkan dari seorang pebalap Ducati dengan motor spek pabrikan, tetapi ia menyoroti balapan MotoGP yang dimulai dengan buruk. “Saya tidak puas… kami sebenarnya memiliki kecepatan untuk finis di lima besar.”

Ada Masalah Apa dengan GP25?
Poin yang paling menyulitkan, sekali lagi, adalah sesi kualifikasi…memulai balapan dari baris ketiga membuat segalanya lebih sulit. Harus diakui juga bahwa Desmosedici GP25 bisa sering menang kalau di tangan Marc Marquez. Hal ini menyebabkan Pecco dan Diggia cukup pusing, seperti yang diakui sendiri oleh pebalap asal Roma itu.
“Tahun ini kami banyak mengubah setingan motor. Kami bekerja sama dengan Ducati dan tim untuk mendapatkan hasil terbaik. Tetapi jika kita fokus mencoba hal-hal baru, terkadang kita tidak bisa mendapatkan putaran tercepat… Lebih baik merasakan sensasi terbaik dengan motor daripada memasang komponen terbaru…” ujarnya..

Lap Pertama Hati-hati ‘Anti Kamikaze’…
Saat ditanya: Apakah rasa percaya dirinya lebih tinggi seperti saat akhir musim 2023, ketika ia meraih kemenangan MotoGP pertamanya dan sejauh ini satu-satunya di Qatar? “Ya….Sejujurnya, saya tidak punya nyali untuk membalap dengan gaya kamikaze di lap pertama. Tentu saja, saya berusaha menempatkan diri di posisi terbaik agar bisa maju lebih cepat, tetapi saya juga ingin bertahan sampai akhir balapan…. Kita melaju dengan kecepatan 300 km/jam di trek lurus sebelum mengerem, dan ada beban lebih dari 200 kilogram di depan (motor dan pembalap). Jika kita menabrak seseorang, rasanya sangat sakit. Saya lebih suka melakukan manuver yang bersih,” pungkas Diggia..






