RiderTua.com – MotoGP musim 2024 memberikan cerita dramatis yang penuh pelajaran bagi Pecco Bagnaia. Meski menjadi pembalap tercepat dengan kemenangan terbanyak sepanjang musim (11 kemenangan), pembalap Italia itu harus merelakan gelar juara dunia jatuh ke tangan rivalnya Jorge Martin. Dalam wawancara usai balapan final di Barcelona, pembalap tim Ducati-Lenovo itu mengakui bahwa Martin lebih konsisten dan itulah yang menjadi kunci keberhasilannya.
Bagnaia tampil sempurna di Catalunya, merebut pole position dan memenangi dua balapan terakhir musim ini. Namun, selisih 10 poin dari Martin tetap tidak terkejar. Kekalahan ini sebenarnya sudah ia prediksi sejak sprint race di Malaysia, di mana kesalahan tambahan memperkecil peluangnya untuk mempertahankan gelar juara dunia.
“Saya sudah menerima kekalahan ini sejak sprint race di Malaysia. Setelah itu, saya fokus memenangi tiga balapan terakhir. Tapi Jorge sangat konsisten dan pantas mendapatkan gelar ini. Dia belajar bahwa terkadang lebih baik bermain aman dan finis di posisi kedua daripada mengambil risiko berlebih,” ujar Francesco Bagnaia.
Pecco Bagnaia : Sejak Sprint Malaysia Saya Tahu akan Kalah dari Jorge Martin dalam Perebutan Gelar Dunia
Menurut Davide Tardozzi (manajer tim Ducati-Lenovo) kecepatan saja tidak cukup untuk memenangkan gelar dunia MotoGP. “Pecco adalah pembalap tercepat tahun ini dan menunjukkan bahwa dia pantas mengenakan nomor 1. Tapi dia membuat terlalu banyak kesalahan. Meski menang lebih sedikit, Jorge Martin lebih sering naik podium dan itulah yang membuatnya menjadi juara dunia,” jelas manajer tim asal Italia itu.

Pecco Bagnaia sendiri mencatatkan total 18 kemenangan sepanjang musim ini (7 kemenangan sprint dan 11 kemenangan grand prix), namun hal itu tidak cukup dibandingkan dengan konsistensi Martin yang sering finis di posisi ke-2 atau podium. “Kejuaraan dunia ini ditentukan oleh dua faktor yakni kekuatan dan konsistensi. Saya adalah yang terkuat, tapi Jorge adalah yang paling konsisten. Itulah yang membuatnya menang,” ungkap murid Valentino Rossi itu.
Pelajaran Berharga untuk Masa Depan
Pecco Bagnaia tidak hanya menerima kekalahannya dengan sportif, tetapi juga bertekad untuk belajar dari pengalaman ini. Dia mengakui bahwa beberapa kesalahan kecil seperti crash akibat tekanan berlebih, harus diperbaiki untuk musim berikutnya.
“Kadang-kadang, lebih baik berpikir panjang dan finis di posisi ke-4 atau ke-5 daripada jatuh. Saya akan belajar dari ini,” ujar Bagnaia. Rider berusia 27 tahun itu juga menyatakan kekagumannya pada Jorge Martin, baik sebagai pembalap maupun sebagai individu.
Bagnaia memberikan penghormatan penuh kepada Martin, menyebutnya sebagai pembalap hebat dengan keluarga yang luar biasa. “Jika bukan saya yang memenangkan gelar, maka dia adalah orang yang pantas mendapatkannya. Kami memiliki persaingan yang fair sepanjang musim dan saya menghormatinya sepenuhnya. Dia lebih baik dari saya dalam beberapa aspek,” tambah Pecco.
Dengan semangat belajar dari kesalahan dan fokus pada peningkatan, Bagnaia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi musim berikutnya. Kegagalannya tahun ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya keseimbangan antara kekuatan dan konsistensi di dunia balap MotoGP yang kompetitif.