RiderTua.com – Cepat, agresif dan tanpa cela. Kombinasi yang belum pernah terlihat sebelumnya dari seorang rookie Pedro Acosta. Namun dalam balapan utama GP Indonesia, pembalap GASGAS Tech3 itu menunjukkan bahwa dia pantas dianggap sebagai bintang baru MotoGP.
Start dari posisi ke-3 di grid, di awal balapan Acosta dengan sigap mempertahankan posisi ketiganya. Kemudian dengan cepat menyalip Enea Bastianini dan merebut posisi kedua dari pembalap pabrikan Ducati itu di lap ketiga. Sejak saat itu, rookie berusia 20 tahun itu hanya kalah dari Jorge Martin (pemenang) hingga finis.
Pedro Acosta : Berusaha Terus Mengikuti Martin Karena dengan Melihatnya di Depan Memberi Tambahan Motivasi
Namun Pedro Acosta tidak mau jika hanya finis ke-2 dan kalah dari Jorge Martin. Alih-alih merasa puas atas keberhasilannya di awal, Acosta justru terus mengejar dan memperkecil gap dengan pemimpin klasemen itu menjadi 0,5 detik. Para penggemar dan KTM pasti bisa merasakan peluang kemenangan bagi Acosta.
Baru pada sepertiga akhir balapan, terlihat jelas bahwa Martin masih memiliki cadangan dan mengendalikan balapan dengan sempurna. Ketika Bastianini turun ke posisi ke-3 lalu crash sehingga tidak ada lagi tekanan dari belakang, Acosta menerima hasil tersebut dan dengan aman membawa posisi ke-2 hingga ke garis finis.
Acosta menjelaskan, “Kami juga kuat balapan terakhir kali di Misano, tetapi saya mengalami crash di kedua balapan. Jadi saya berkata kepada diri sendiri ‘lebih baik posisi kedua daripada crash lagi’, karena dengan begitu kami dapat mengumpulkan informasi penting. Kami bisa senang dengan hasilnya. Pada hari Kamis saya sudah berpikir bahwa ini adalah lintasan yang bagus untuk kami. Faktanya kami melakukannya dengan baik sepanjang akhir pekan, bahkan dengan fast lap perorangan yang biasanya bukan kekuatan kami.”

Salah satu kelemahan Acosta sejauh ini adalah start dan beberapa lap pertama balapan. “Itulah sebabnya saya berusaha keras hari ini. Saya mencoba untuk konsisten sejak awal, bahkan lebih aktif dari biasanya dan mencoba menyalip Bastianini seawal mungkin,” jelas rekan setim Augusto Fernandez itu.
Acosta juga melihat aspek positif dalam proses pengejarannya pada Martin, meskipun pembalap Pramac Ducati itu gas pol saat dia hanya unggul 0,6 detik dan sekali lagi menempatkan motornya dengan gap yang lebar di antara dirinya dan pengejarnya. “Saya mencoba untuk tetap bersamanya karena melihat Martin memberi kita tambahan motivasi di kelas ini,” ungkapnya.
Untuk balapan berikutnya di Motegi Jepang, Acosta bertekad untuk lebih konsisten finis di 5 besar dan tampil sama baiknya baik dalam sprint pada hari Sabtu maupun pada race hari Minggu. “Kami harus meningkatkan sprint karena potensi yang kami tunjukkan hari ini jauh lebih baik ketimbang kemarin. Kadang-kadang pertarungan melawan Martin sangat ketat, tentu saja saya juga memikirkan kemungkinan untuk menang. Namun masih ada tanda tanya. Lain kali saya harus melibas lebih banyak lap dalam latihan dengan kompon balap, maka kami akan berada di posisi yang lebih baik,” jelas calon rekan setim Brad Binder di tim pabrikan KTM tahun depan itu.
Meski begitu Acosta, tim Tech3, dan KTM punya banyak alasan untuk merayakannya. “Tim dan karyawan di pabrik pantas mendapatkan kesuksesan ini karena mereka semua bekerja keras untuk membawa kami ke puncak. Terima kasih saya sampaikan kepada semua teknisi di Mattighofen yang bekerja siang dan malam untuk terus menghadirkan suku cadang baru bagi kami. Dan kepada orang-orang di lintasan yang menginvestasikan seluruh hidup mereka dalam olahraga ini dan tim kami,” ungkap Acosta.
Tentu ada alasan lain, mengapa mereka baru merayakan keberhasilan ini 2 jam setelah balapan berakhir. Usai balapan, Stewards FIM mengumumkan penyelidikan terhadap kemungkinan pelanggaran aturan tekanan minimum pada ban depan Acosta. Ini artinya, jika Acosta terbukti melanggar maka dia akan dikenakan penalti waktu 16 detik. Namun akhirnya mereka bisa bernafas lega, karena Acosta dinyatakan lolos dan dia bisa mempertahankan posisi ke-2 nya.