RiderTua.com – Pada tahap awal race 27 lap di seri MotoGP kedua di Misano, Luca Marini merosot ke posisi ke-19. Tetapi secara bertahap mendapatkan momentum untuk mengejar rekan setimnya Joan Mir. Pada sepertiga akhir balapan, rider Repsol Honda itu akhirnya mampu menyerang. Dia berhasil menyalip 3 pembalap yakni Jack Miller, Johann Zarco, dan kemudian Raul Fernandez sebelum melintasi garis finis di posisi ke-12 atau tertinggal lebih dari 2 detik di belakang Mir (finis ke-11).
Sejauh ini, finis ke-12 ini merupakan hasil terbaiknya sebagai pembalap pabrikan Honda setelah finis ke-15 di Sachsenring. Marini menjelaskan, “Saya sangat senang. Itu adalah balapan pertama tahun ini yang benar-benar saya nikmati. Kami telah menyusun paket yang bagus, usaha para teknisi membuahkan hasil. Sekarang tercermin dalam hasil.”
Luca Marini : Dengan Aerodinamika Baru Kami 0,2 Hingga 0,5 Detik Lebih Cepat Per Lap
Target berikutnya adalah mencari akar permasalahan yang masih misterius. “Dalam tiga lap pertama, ban belakang tidak pernah benar-benar siap digunakan. Sementara yang lain memacu dengan kecepatan penuh, saya tidak dapat mempertahankan diri atau menyerang. Roda belakang yang spin seperti menjalar, saat motor dalam kemiringan penuh, ban terlalu mudah selip,” ungkap Luca Marini.

Adik Valentino Rossi itu melanjutkan, “Dibandingkan dengan KTM dan Ducati, kami kehilangan waktu dan tidak dapat bersaing. Lebih mudah melawan pembalap Honda lainnya, tetapi melawan KTM dan Ducati kami akan kalah. Kami benar-benar harus mencari akar permasalahan ini, karena tidak banyak membantu jika kami memiliki kualifikasi yang layak tetapi kemudian kehilangan tiga atau empat posisi lagi setelah start.”
Sisi positifnya, Marini sangat senang dengan fairing baru yang dibawa Honda ke tes Misano (Senin 9 September). “Ini adalah kombinasi dari banyak modifikasi kecil yang memberi saya feeling yang lebih baik, termasuk swing arm belakang. Namun, langkah terbesar Honda adalah dengan aerodinamika baru. Secara keseluruhan, kami menjadi 0,2 hingga 0,5 detik lebih cepat per lap,” jelas rider berusia 27 tahun itu senang.
Mengenai serangan Enea Bastianini terhadap Jorge Martin di lap terakhir, Marini berpendapat bahwa itu merupakan manuver yang tidak fair, meskipun pada akhirnya itu menjadi ‘keuntungan’ bagi Pecco Bagnaia dalam perebutan gelar. “Menyerang pembalap lain dengan begitu keras, patut dipertanyakan. Jika Jorge Martin tidak membuka diri, dia akan jatuh. Dia terpaksa mengorbankan kesempatannya untuk menang,” tegas Maro.
Suami Martha Vicenzi itu menambahkan, “Menurut pendapat saya, kita bergerak ke arah di mana menyalip di kelas ini menjadi semakin sulit, yang memicu insiden seperti itu. Setelah musim ini, kita harus duduk bersama dan mencoba mencari solusi. Tetapi karena race director tidak campur tangan dalam insiden ini, ini harus tetap menjadi aturan untuk balapan yang tersisa di musim ini. Jika Martin melakukan manuver serupa di Indonesia, dia juga harus lolos!”