RiderTua.com – Dengan meraih Gelar Dunia di MotoGP pada 2022, Pecco Bagnaia mencapai titik tertinggi dalam karir balapnya hingga saat ini. Tapi untuk sampai ke posisi tersebut sangatlah tidak mudah bagi pembalap Ducati Lenovo itu. Dalam sebuah wawancara, rider berusia 26 tahun itu mengungkapkan mengapa dia sempat berpikir untuk menyerah untuk menggapai impian seluruh pembalap di dunia itu.
Francesco Bagnaia memulai karirnya pada tahun 2012 di Moto3 dengan tim Repsol CEV asal Spanyol. Saat itu dia menempati peringkat 3 secara keseluruhan di belakang Alex Marquez dan Luca Amato asal Jerman. “Saya selalu bertarung di puncak melawan (Alex) Rins dan Marquez. Tapi kemudian saya sadar bahwa saya belum siap untuk terjun di Kejuaraan Dunia, jadi saya ingin bertahan di kejuaraan Spanyol untuk 1 tahun lagi,” ungkap Pecco.
Pecco Bagnaia : Melakukan Debut Moto3 Pada 2013 adalah Kesalahan Terbesar dalam Karirku
Namun rencana Pecco Bagnaia berubah ketika dia melakukan debut di Moto3 pada 2013 dengan FTR Honda bersama Romano Fenati untuk tim Italia. Kemudian rider asal Turin-Italia itu mengungkapkan, “Itu adalah kesalahan terbesar dalam karir balapku. Saya adalah pembalap Dorna dan mereka menginginkanku di Kejuaraan Dunia. Oleh karena itu langkah ini prematur.”

Dan seperti yang diperkirakan, musimnya mengecewakan. Dalam 17 balapan, bahkan Pecco tidak masuk 15 besar. “Pengalaman ini membantuku untuk menguasai situasi sulit hari ini. Karena saat itulah saya belajar untuk tidak pernah menyerah,” aku adik Carola Bagnaia itu.
Untuk musim 2015, Pecco pindah ke tim pabrikan Mahindra milik Jorge ‘Aspar’ Martinez, di mana secara bertahap dia mulai merengkuh kesuksesan demi kesuksesan. Podium pertamanya di Moto3 diraihnya di Le Mans diikuti pada tahun 2016 dengan 2 kemenangan, 4 kali masuk 3 teratas dan peringkat 4 di klasemen pembalap.
Karena lama berkecimpung di kejuaraan Spanyol dan bergabung di tim Aspar Moto3 yang notabene berasal dari Spanyol, tak heran jika Pecco fasih berbicara bahasa Spanyol dengan sangat baik dan kadang-kadang masih mengunjungi tim tempat dia berutang kesuksesannya itu.
“Tepat sekali, kadang-kadang saya masih menghubungi Jorge Martinez dan tim. Mereka memberi saya motivasi untuk kembali ke puncak. Saya berterima kasih kepada mereka untuk itu,” ujar tunangan Domizia Castagnini itu.
Tim Aspar telah menjadi bagian penting di paddock GP selama bertahun-tahun dan telah membantu banyak pembalap untuk sukses di kelas Moto3 dan Moto2. Pada 2010 hingga 2018, Aspar juga berlaga di kelas MotoGP bersama Ducati, Aprilia, dan Honda.
Di masa lalu, pembalap seperti Mattia Pasini, Alvaro Bautista, Nicolas Terol, Jonas Folger dan Jorge Martin telah membawa kesuksesan yang tak terhitung jumlahnya untuk tim, termasuk 4 gelar dunia di kejuaraan dunia 125cc dan 2 gelar dunia di kelas Moto3 bersama Albert Arenas (2020) dan Izan Guevara (2022).
Di Kejuaraan Dunia Junior Moto3, tim Aspar berjaya bersama Raul Fernandez (KTM) pada 2018, Izan Guevara (KTM) pada 2020 dan Dani Holgado pada 2021 (GASGAS). Di Moto2, Martinez terakhir merayakan kemenangan balap pertama bagi Jake Dixon di Assen. (RTN)